Part : 34

1K 56 0
                                    

Happy reading


Rasa malas begitu menyelimuti Kennand, entah kenapa akhir-akhir ini ia lebih betah di markas dibanding apartemennya.

Mungkin disini ada teman-temannya? Alasannya bukan, entah apa alasannya ia lebih tenang ada disini saja.

Ia sendiri di markas, teman-temannya ada di rumah masing-masing. Ini bukan jadwal mereka berkumpul jadi wajar saja hal ini terjadi.

Kennand mengusap gusar wajahnya. Akhir-akhir ini walaupun bisa dibilang bahagia tetap terselip sesuatu yang membuatnya tertekan.

Ia sering mendapat bisikan yang mengatakan hal aneh, namun tidak ada siapapun. Ia cukup kesal dengan hal ini.

Bisikan itu selalu datang di malam hari dan ketika dirinya sedang memikirkan hal berat.

Ini bukan horor menurut Kennand, tapi lebih ke gangguan yang ia tak tahu darimana asalnya. Ia fikir ini karena ia sedang memikirkan hal yang lumayan berat akhir-akhir ini.

Tiba-tiba ia merasa kedinginan, apa karena ia memakai baju tipis di malam hari? Tapi baju yang ia pakai cukup tebal, walaupun berlengan pendek.

Mungkin ini faktor angin malam saja, atau mungkin akan hujan malam ini jadi lebih terasa dingin.


Suara ketukan pintu terdengar, ditambah suara Azlan yang memanggil nama Hazel.

"Apa? Ganggu." Ujar Hazel saat baru saja membuka pintu kamarnya.

"Abang ada urusan sebentar, kamu gak apa-apa sendirian?"

Hazel terdiam. Akhir-akhir ini Azlan sering keluar malam. Tapi kali ini ia tak memikirkan itu, ia lebih memikirkan betapa menakutkannya jika ia ditinggal Azlan sendirian di rumah.

"Mau kemana?" Tanya Hazel bernada resah.

"Ada urusan adek, Abang keluar sebentar ya" bujuknya berpamitan, tapi disisi lain Azlan juga tau adiknya ini ketakutan.

"Lama?"

Azlan menggeleng. "Enggak tau, kalau ngobrolnya panjang ya bakalan lama, tapi kayaknya sebentar".

"Ikut"

"Gausah, ini malem dek, nanti kamu sakit."

"Bukannya Hazel emang sakit?"

Azlan meneguk salivanya, Hazel biasanya tak seperti ini. Bahkan ia sangat semangat jika sendirian di rumah tapi kali ini kenapa tiba-tiba jadi seperti ketakutan.

"Iya makanya itu, nanti drop dek, tidur aja ya, hm?"

Azlan mengusap surai hitam milik adiknya. Sesayang itu ia pada adik yang bisa dibilang menyebalkan ini.

"Yaudah, tapi jangan lama-lama. Takut"

Azlan mengangguk lembut. "Iya, gak akan lama, obat?"

"Udah"

"Bagus, dah Abang pergi ya, hati-hati di rumah, tidur oke?" Perintah Azlan.

Kennand Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang