Happy reading
•
•Sungguh, jika pergi bersama Kennand ia seperti sangat merasa rendah.
Walaupun sejak kecil Hazel hidup dengan ekonomi yang bisa dibilang menengah ke atas, tapi jika ia bersama Kennand tetap terlihat sangat rendah.
"Jangan buka pintu sendiri" ucap Kennand saat melihat Hazel yang hendak membuka pintu mobilnya.
Hazel mengurungkan niatnya, sembari berpikir kenapa Kennand melarangnya?.
Ia berhenti berpikir saat melihat pintu mobil sudah terbuka, dan menampilkan Kennand yang membukakan pintu itu untuk Hazel.
"Padahal bisa buka sendiri"
Kennand menggeleng dengan sudut bibir yang terangkat membentuk seulas senyum tipis.
"Nih punya tangan, aku bisa buka sendiri"
Ucapan Hazel itu hanya dibalas anggukan kecil kepala Kennand.
"Abang bolehin kamu pergi?" Tanyanya.
Hazel mengangguk. "Tadi Abang masih kerjain tugas kuliahnya sama mba Zhiva, tahun depan kan mereka udah lulus"
"Tahun depan juga kita lulus" balas Kennand.
"Iya tau, tapi kan kita lanjut kuliah kalau Abang udah selesai, mungkin kalau Abang udah siap dia mau nikah"
"Bagus, biar kamu gak sendirian di rumah kalau bang Alan pergi"
Hazel mengangguk lagi. "Emm, betul buat rumah gak sepi kayak rumah kosong lebih tepatnya"
Kennand tersenyum kecil. "Kita masuk sekarang"
Tangan kanan Kennand terangkat, merangkul pundak gadis yang jauh lebih pendek darinya. Mungkin perbandingan tingginya bisa kalian bayangkan.
185 (+) cm banding 160 cm.
Hazel sudah bertambah tinggi dari sebelumnya, walau hanya naik 4cm saja.
Suasana yang nyaman dan elegan, mungkin jika Hazel lama dengan Kennand ia akan terbawa belajar menjadi seseorang yang berkelas.
Saat menikmati momen itu satu panggilan telepon cukup mengganggunya, tapi ketika melihat nama Aqila disana mau tak mau harus Hazel angkat.
"Ya ada apa?"
Hazel leluasa bertanya dengan suara normal karena Kennand tengah memesan makanan mereka, jadi ia bisa tetap menjadi Hazel yang bar-bar disini.
"Hazel plis, lo sibuk gak?"
"Iya ini lagi sibuk, tapi ada apaan dulu"
"Ada sesuatu yang mau gue omongin, penting."
"Gak sekarang Qila, gue lagi diluar"
"Ngapain lo jam segini diluar? Tumben gak dimarahin Abang lo"
"Iya ini lagi, anu lagi---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kennand Perfect Boyfriend
Teen Fiction'𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐩𝐮𝐫𝐚-𝐩𝐮𝐫𝐚𝐚𝐧' Sebuah bukti nyata bahwa tidak ada takdir yang tidak mungkin. Bahkan dari sebuah kebohongan bisa menjadi kisah yang berharap utuh sel...