Part : 65

678 39 0
                                    

Happy reading


Suasana menjadi sedikit lebih tenang sepertinya, tepat pada pagi hari setelah malam Hazel dinyatakan berhasil melewati masa kritisnya. Kini ia sudah ada di ruangan rawat biasa.

Meskipun belum sadar 100% bahkan saat sesekali siuman ucapannya melantur, sadarnya pun tak lama hanya beberapa menit kemudian tak sadarkan diri lagi. Ini proses yang cukup panjang, Anderson hanya mengatakan bahwa ini adalah hal yang normal.

Bahkan mungkin Hazel sampai saat ini belum menyadari kakak laki-lakinya ada disini.

Azlan tak pernah beranjak dari tempat duduknya di sebelah Hazel. Menunggu gadis itu memanggil namanya, sekali saja tak masalah. Mimpinya beberapa hari lalu, membuatnya tak tenang.

"Lan," Suara pintu terbuka terdengar. Abhi  segera masuk ke ruangan itu dengan niatan mengingatkan Azlan untuk makan. Lelaki itu benar-benar tak menjaga jadwal makannya sejak ada disini.

"Kenapa ayah?" Spontan Azlan bertanya dengan nada sopan.

"Makan dulu gih, udah jam segini kamu belum makan. Sarapan aja kamu lewatin pasti kan?"

"Alan gak lapar ayah." Jawabnya.

Abhi menggeleng. "Gak ada alasan kayak gitu, kamu harus makan sekarang. Mau ayah yang ambil atau kamu yang ambil?"

"Nanti biar Alan aja yang ambil." Balas Azlan lagi.

Abhi kembali menggelengkan kepalanya. "Gak ada nanti nanti, sekarang aja, biar Hazel ada ayah yang jaga, kamu makan dulu."

"Nanti malam Alan yang jaga ya ayah." Pinta Azlan, pasalnya beberapa malam kebelakang Abhi tidak memperbolehkan Azlan untuk ada di rumah sakit. Ia menyuruh Azlan untuk pulang dan istirahat di apartemen Hazel.

"Nanti malam pasti diambil sama om tante kamu, kamu istirahat aja kayak biasa."

Azlan membuang nafasnya kuat, cukup kesal tapi hal yang disuruh Abhi ada benarnya. Jika Azlan sendiri kurang istirahat, maka, jika ia sakit pasti akan merepotkan banyak orang. Jadi ia lebih baik menurut saja.

"Alan makan dulu dibawah ya ayah,"

"Gitu dong, gih sana. Hazel biar ayah yang jaga."

Akhirnya Azlan menurut. Ia membawa handphonenya kemanapun. Azlan tak bisa berbahasa Inggris, jadi bagaimanapun di tangannya harus ada fitur pembantunya selama disini, translate bahasa.

Beberapa menit berlalu..

Abhi mengganti kantung infus Hazel karena dirasa sudah habis. Abhi melihat bagaimana gadis itu menggeliat tak nyaman. Sepertinya Abhi melakukan itu terlalu berisik sehingga membangunkan gadis itu dari tidurnya.

Namun, Abhi heran mengapa Hazel tak melantur seperti biasanya. Hingga Abhi mengambil kesimpulan bahwa Hazel sudah 100% sadar.

"Ayah.." Panggil Hazel lemah.

Abhi terduduk, mendekati anak gadisnya. "Kenapa? Kamu mau apa? Ayah ambil sekarang."

"Hazel.. haus.. boleh Hazel minum?" Pintanya.

Kennand Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang