Happy reading 🐢🐢
•
•Michael, Alana, Jio dan Hazel baru saja selesai makan, sungguh santapan makan malam yang lezat.
"Tumben makan" cibir Jio.
"Acel makan salah, gak makan salah, terus maunya apa?"
"Jangan marah-marah nanti cepet tua"
"Kayak kamu gak suka marah aja" timpal Michael.
"Hazel lebih parah, dia marah setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik dia marah-marah"
"Emang ngurangin uang jajan kak Jio? Enggak kan? Yaudah diem."
Jio terdiam, hanya terdengar suara tawa kecil dari Alana dan Michael. Mungkin bisa dibayangkan apabila suatu saat Jio punya adik, ribut saja setiap hari yang ada.
"Perkara makan jadi ribut, toh Hazel makan baru satu kali, kamu makan pagi, makan siang di sekolah ini abis tiga piring" ucap Alana berceramah.
"Ya namanya laper, lagian jangan salahin Jio salahin perut Jio yang lapar mulu"
"Winter!" Panggil Jio pada kucing kesayangannya, kucing berwarna putih yang selalu menemaninya setiap malam.
"Ini beresin punya kakak juga" perintah Jio pada Hazel yang tengah membereskan piring-piring.
"Ihh, beresin aja sendiri yang makan kak Jio, punya tangan juga"
"Gak bisa tuh tangannya lagi gendong winter" Jio beralasan, kemudian pergi menuju sofa dan menonton TV.
"Gak usah nonton kartun ah, mana kartun cewek, kebiasaan kamu nanti kalau punya anak gimana?"
"Yaa Jio ajak nonton bareng lah, seru ini"
Mau dimana pun Jio berada, tontonannya selalu kartun yang dikhususkan untuk anak perempuan, sudah menjadi sebuah kebiasaan yang sepertinya susah untuk dihilangkan.
"Winter aja betah Jio ajak nonton Barbie setiap hari, gak kenapa-kenapa tuh sehat-sehat aja"
"Ucing nya tertekan" ujar Hazel yang baru saja datang dari arah dapur.
"Ucing apaan dah?". Jujur Jio pun tak tau kalau kata 'ucing' adalah kucing dalam bahasa Sunda.
"Kucing itu, kamu tinggal lama di Bandung itu aja gak tau" timpal Michael.
"Jio baru pertama kali denger kalau itu"
Hazel pergi dari ruang tamu itu menuju ke sebuah ruangan, kamar tidur lebih tepatnya. Ada telepon yang memang harus ia jawab tidak di depan orang lain, walau itu keluarganya sendiri.
"Cowoknya tuh pasti" cibir Jio pandangannya mengikuti kemana Hazel pergi sebelum pintu kamar tidur itu tertutup.
"Siapa cowoknya? Kok papa gak tau?"
"Temen Jio" jawab Jio menepuk-nepuk pantat winter.
"Yang mana? Temen kamu kan banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kennand Perfect Boyfriend
Ficção Adolescente'𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐩𝐮𝐫𝐚-𝐩𝐮𝐫𝐚𝐚𝐧' Sebuah bukti nyata bahwa tidak ada takdir yang tidak mungkin. Bahkan dari sebuah kebohongan bisa menjadi kisah yang berharap utuh sel...