Part : 17

1.3K 94 42
                                    

🌼Halooo🌼

Tiba tiba kangen bikin dialog buat Langit, hehe
Padahal baru bentaran ini ditinggal Langit.

Yang fiksi lebih ngangenin ternyata, huhu
#kangenlangit

ಥ╭╮ಥ

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

Happy reading 🌼

Lia menatap Langit yang terbaring lemah itu dengan mata yang berkaca-kaca. Ia ingin mengeluarkan semua keluh kesahnya selama tidak ada Langit disisinya.

"Langit,," panggilnya dengan suara bergetar, juga tangan yang meraih untuk menggenggam tangan Langit. "Gak mau bangun?" Lanjutnya mengelus punggung tangan Langit.

Lia menghapus air mata yang begitu saja menetes di pipinya. "Gue butuh Lo, bangun Lang, gue mohon," lanjutnya dengan suara lemah.

Bunyi mesin EKG menggema keras di ruangan itu. Membuat perasaannya semakin campur aduk.

"Lo janji kan, gak bakalan ninggalin gue? Lo janji kan Lang?" Ucap Lia terus menerus berharap ada suara yang Langit ucapkan, ia rindu suara khas itu terutama suara tawanya.

"Ayo tangkap kupu kupu lagi, Lo suka itu kan? Gue rindu suara Lo, ayo bangun, jangan lama-lama tidurnya" kata Lia sesekali mengusap air matanya.

"Lo capek ya? Gapapa Lo tidur, istirahat, tapi janji habis ini jangan tidur lama kayak gini lagi ya? Habis ini gue bakal jaga Lo baik baik, layaknya Lo jaga gue kemarin--"

Kejadian kemarin seperti batu besar yang menghantam keras tubuhnya.

"Lang, gue bisa gantiin posisi Lo gak? Kemarin kalau gue berhasil halangin Lo, gue yakin sekarang Lo baik baik aja"

Entah mungkin ini keajaiban Tuhan atau memang doa Lia yang terkabul, tangan Langit perlahan bergerak pelan.

Perasaanya yang tidak bisa dibayangkan lagi betapa bahagianya, Lia tersenyum lebar disela-sela tangisnya.

"Langit,," ucap Lia penuh harap, matanya berbinar saat melihat Langit perlahan membuka matanya.

Sudut bibir Langit terangkat, saat matanya sedikit terbuka, walau belum sadar sepenuhnya Lia sangat bahagia akhirnya Langit dapat membuka matanya.

"Langit," Lia menangis pelan, seperti ia kembali merasakan kehangatan hidupnya.

"Li,--" ucap Langit terpotong. "Kenapa n-nangis?" Titih Langit bergetar.

"Langit," Lia masih menangis tak percaya, Tuhan benar benar mengabulkan doanya.

"G-gue gak apa-apa, gausah nangis" lanjut Langit, perkataan singkat itu mampu mengembalikan kebahagiaan dan menghapus semua kekhawatirannya tadi.

"Jangan tinggalin gue, ini gue gak lagi mimpi kan?" Lia tersenyum kecil.

"Siapa yang tega ninggalin Lo?" ucap Langit lemah. "Cuma orang bodoh yang berani ninggalin Lo" lanjutnya.

"Langit,,"

"Apa sayang?" Respon Langit berusaha meyakinkan Lia bahwa ini bukan mimpi, walaupun ia belum sepenuhnya sadar, bahkan luka tusukannya terasa sangat sakit.

Kennand Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang