Thank you banget buat kalian yang udah baca ceritaku, yang sangat tidak jelas ini :)
Jangan lupa tinggalin jejaknya buat vote sama komen nya yaa
•••••
Happy reading 🌼
Pagi ini Hazel bangun lebih cepat dari biasanya, malam tadi sepulang dari restoran Hazel benar benar sulit untuk tidur. Pikirannya hanya berputar-putar bertanya tanya tentang siapa orang orang disana.
Semua orang disana nampak mengenali Hazel, tapi diri Hazel sendiri sama sekali tidak mengenali mereka. Pikirannya tertuju pada lelaki yang bilang Hazel mirip dengan seseorang bernama Nindya.
Lelaki yang sebenarnya adalah ayahnya itu sedikit memberi pikiran pada otak Hazel, siapa gerangan lelaki itu, lalu siapa sebenarnya Nindya itu.
"Abang" panggil Hazel. "Bang!-- Abang!" Panggilnya lagi kencang.
"Masih tidur kali yak manusia kebo satu tu" gumamnya sembari mengikat asal rambutnya.
Hazel berjalan keluar kamarnya dilihatnya Azlan yang sudah berseragam rapi duduk di meja makan.
"Jam segini udah siap? Mau kemana? Jam setengah lima pagi lho ini" tanya Hazel pada Azlan yang tengah memakan roti tawar dengan selai kacang diatasnya.
"Kepo kali" jawab Azlan tetap memakan santai rotinya.
"Nanya doang!"
•••
Bel sekolah baru saja berbunyi menggema di seluruh bangunan sekolah, membubarkan Kennand dan teman temannya yang semula berkumpul di kantin masih ingat ritual pagi mereka?
"Hari ini pelajaran siapa?" Tanya Langit. "Hari ini hari apaan si?" Lanjutnya bertanya.
"Selasa" jawab Derry. "Pelajaran pak Azis hari ini" lanjutnya.
"Pak Azis? Bagus lah, palingan tugas nyatet doang"
"Doang Lo bilang?" Pekik Axel. "Pak Azis sekali nyatet, bikin tipes jir"
"Kunci markas dimana Ken?" Tanya Ellio menarik kursi bangkunya.
"Jio" jawab Kennand singkat.
"Malem ini ke bar halal gimana?, gak akan macem macem kok refreshing aja gimana?" Ajak Axel.
"Bar halal?" Beo Derry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kennand Perfect Boyfriend
Fiksi Remaja'𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐩𝐮𝐫𝐚-𝐩𝐮𝐫𝐚𝐚𝐧' Sebuah bukti nyata bahwa tidak ada takdir yang tidak mungkin. Bahkan dari sebuah kebohongan bisa menjadi kisah yang berharap utuh sel...