Part : 19

1.3K 89 0
                                    

Haii
.
Udah sih mau ngetik hai doang, haha
.
Jangan lupa tinggalin jejak buat vote sama komen yaa, makasii

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

🌼 Happy reading 🌼

Keduanya sudah sampai di depan rumah sakit dimana Langit dirawat. Mungkin beberapa hari lagi, mungkin 2 atau 3 hari Langit akan segera pulang, kemungkinan ia akan kembali ke sekolah.

"Tunggu sebentar," pinta Kennand.

Hazel mengangguk. "Iya,"

Hazel memutuskan keluar untuk menghirup udara segar, ia rasa dalam mobil itu sangat pengap.

"Puyeng gue, Kennand gak peka, udah tau gue gak bisa pake AC mobil, masih aja dipake mana gede lagi, Astagfirullah" omel Hazel memijat pelipisnya.

"DARRRRR!!!". Entah datang darimana tiba-tiba Qila dan Lia datang berbarengan, datang tanpa salam yang ada malah rusuh.

"Gak kaget" respon Hazel sinis.

"Yeuhh, gaada niatan ngagetin juga sih, Lo ngapain disini jir? Gak masuk? Terus lo--"

"Nyari udara segar dulu, pengap" jawabnya.

"Lo darimana? Kenapa tadi gue telpon gak angkat?" Tanya Lia.

Hazel menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Bukan gue gak angkat, gak kedengaran," kekeh Hazel.

"Sama aja, dodol!"

"Terus kalian darimana?" Tanya Hazel.

"Nyari makanan, laper kita" jawab Qila menepuk-nepuk perutnya yang terasa kenyang.

"Zel, ini yang----", ucapan Kennand terhenti, matanya membulat terkejut. Kenapa Qila dan Lia ada disana, habis ini udah, selesai, mereka pasti dibuat bahan julid.

Begitupun Hazel, ia membulatkan matanya sempurna, membekap paksa mulutnya sendiri. Mengerjapkan matanya berkali-kali, terbongkar sudah rahasia elakan nya selama ini.

Sementara itu, Qila dan Lia menutup mulut nya karena terkejut. Seorang Kennand yang anti cewek, sekarang berdua dengan sahabatnya sendiri, yang selalu ngelak kalau ada topik pembicaraan soal Kennand.

Semuanya terdiam mematung, tak ada sepatah katapun yang terucap. Yang ada hanya ekspresi terkejut dan tak percaya. Padahal ini hanya kejadian biasa, namun tak biasa bagi mereka.

"Cel? Lo?," Qila menunjuk Hazel kecil, dengan tangan kiri yang tak lepas menutup mulutnya.

Hazel mengepalkan tangannya dibawah mengode. Yang bisa dilakukan hanya pasrah, karena tidak ada alasan untuk mengelak lagi semuanya sudah jelas.

"Kenapa?" Tanya Kennand dingin.

"Kalian berdua dateng barengan, apa emang barengan, eh gimana si? Yaa maksudnya kalian--"

"Iya," jawab Kennand yang tentu saja membuat Hazel marah.

"Kennand-!!" Geramnya pelan.

Kennand Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang