Part : 57

671 52 2
                                    

Happy reading


Kini semua anggota inti Azgerios duduk dengan posisi melingkar. Bukan tanpa alasan mereka duduk seperti ini, tapi karena mereka menunggu detik-detik menuju hasil dari SNMPTN mereka.

"Anjrit, bangke! Dua puluh detik lagi, gue gak kuat, mules." Ujar Axel nampak tak bisa tenang.

Namun Langit terlihat berbeda, ia terlihat sangat santai tanpa raut ketakutan sedikitpun. "Santai lah Axel, Axel. Nilai kita udah jeblok begitu, gausah berharap lebih, nanti kecewanya berlebihan juga"

"Iya sih tapi--- WOY MALAH LIMA DETIK LAGI!!" Serunya ribut sendiri.

Semuanya nampak terdiam menatapi angka 5 yang perlahan mundur hingga angka 1 terlihat.

"Udah bisa di klik, mau barengan, suit apa satu-satu?" Tanya Jio.

"Barengan aja, tadi kan konsekuensinya begitu dari awal" omel Derry, ia sangat takut dengan hasilnya hingga membuatnya emosi.

"Tarik nafas, satu--- dua--- tiga!" Jio menghitung. Mereka berenam nampak mengklik itu secara bersamaan. Dan menutup mata mereka bersamaan pula. Note, kecuali Kennand. Ia sangat santai karena ia sendiri yakin ia akan lulus secara nilai rata-ratanya sangat tinggi, juga dibantu sertifikat bahkan hingga olimpiade Asia.

Ini bukan hasil yang mereka kira.

"Buka matanya, udah keluar hasilnya" ucap Kennand santai, ia melihat layar laptopnya menampilkan warna biru yang artinya ia lolos. Sudah ia duga.

Tapi hasil dari teman-temannya....

Setelah mendengarkan perkataan Kennand tadi, satu persatu mereka mulai membuka matanya. Langsung terdiam karena kaget akan hasilnya.

"MAMA!!! LIO LOLOS, LIO JADI ANAK KULIAH!!" Seru ellio sangat bahagia. Ia tak menyangka ia akan lolos dengan nilai yang menurutnya cukup buruk.

"Ken, coba lo cek punya gue. Ini laptop udah lama soalnya takutnya lag. Masa gue lolos si? Nilai gue dibawah delapan lima padahal" ujar Axel tak percaya.

"What?! Kita semua lulus? Dapet biru semua?" Jio sendiri juga nampak terkejut saat melihat satu persatu layar laptop teman-temannya.

"Lo lulus juga?" Tanya Langit.

Jio mengangguk. "Gue juga lulus"

"Tuh kan apa gue bilang, fiks kita harus sungkem sama pak Azis!"

"Pak Azis saha?" Jio nampak kebingungan.


"Gimana dek?" Suara lembut itu terdengar dari balik telepon, suara kakaknya yang amat sangat Hazel rindukan.

"Acel lulus Abang, tapi ini bisa ditunda kan? Bukan Acel gak mau kuliah tapi.. ya gitu Abang tau sendiri mungkin"

Dapat di dengar suara Hazel yang benar-benar merasa kecewa.

"Kamu gak mau coba kuliah disana aja? Abang bisa bilang sama ayah"

"Enggak mau, kalaupun mau, Acel udah bilang dari waktu itu"

Kennand Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang