Part : 63

593 40 3
                                    

Happy reading


Jas khas dokter masih melekat pada tubuh Abhitama kurang lebih sudah ada 9 jam setelah Hazel dinyatakan kritis namun belum ada peningkatan sedikitpun. Obat, suntikan, bahkan sangat banyak alat yang melekat pada tubuh gadis itu seperti tak berpengaruh apa-apa.

Perubahan 0.0000001 persen pun tak ada, apalagi lebih.

Dengan telapak tangan yang basah karena keringat dingin, juga handphone yang sedari tadi ia genggam. Abhi akan menelepon Azlan tadinya, bagaimanapun sesuatu yang akan terjadi kedepannya Abhi tak tahu, jadi ia ingin Azlan ada disini.

Azlan harus ada untuk Hazel tentu saja. Belasan tahun Hazel hanya dirawat oleh Azlan seorang diri. Jadi kakak laki-lakinya itu harus tahu dan harus siap menerima apapun yang akan terjadi kedepannya.

Abhi mulai mencari nomor telepon anak laki-lakinya, kemudian menunggu anaknya itu mengangkat panggilan teleponnya.

"Assalamualaikum, Lan.."

"Waalaikumsalam, kenapa ayah?"

"Ayah ganggu kamu? Subuh-subuh gini?"

"Enggak ayah gak sama sekali, ada apa ayah?"

"Apa urusan kamu disana udah selesai?"

"Baru selesai sore tadi yah, Alan ada niatan buat istirahat sebelum Alan kesana, cuma ada yang ngeganjel. Alan gak bisa tenang, Alan juga gak bisa tidur dari kemaren."

"Kamu gak tidur dari kemaren? Tidur Lan, istirahat dulu."

"Gak bisa ayah, kayaknya Alan mau percepat keberangkatan Alan buat kesana, mungkin pagi ini atau siang ini."

Abhi menghela nafas tenang, ternyata Azlan sudah ada niatan datang cepat tanpa ia minta dan sudah pasti tak akan menggangu urusannya.

"Kenapa dipercepat? Bukannya jadwal kamu seminggu lagi?"

Abhi hanya berpura-pura berkata seperti itu, karena tak mau membuat Azlan khawatir dan curiga karena semua dokter disana sudah angkat tangan untuk menangani adiknya.

"Alan kepikiran adek terus, kayaknya yang ngeganjel sekarang juga kayaknya gara-gara Alan kepikiran adek."

"Apa kamu gak capek?"

"Alan lebih capek kalau kayak gini terus, kepikiran adek terus."

"Adek kamu juga gitu, tiap hari teleponin kamu kan? Dia juga butuh kamu kayaknya."

"Adek jadi operasi hari ini ayah? Dia lagi apa sekarang?"

"Kayaknya dibatalin, Lan. Adek kamu tidur nyenyak banget sekarang, sepi. Biasanya rame dia berantem sama Nazel, atau ngobrol cerita sama om tantenya."

"Dibatalin? Kenapa dibatalin ayah?"

"Ada sesuatu hal, adek kamu nungguin kamu dulu kayaknya. Kondisinya gak memungkinkan buat operasi, jadi ayah putusin buat dibatalin aja."

"Tadi Alan cek cek tiket buat pergi kesana, kenapa jadi dua ya ayah? Kan Alan sendirian?"

"Jio, buat dia itu. Ayah sengaja suruh dia kesini juga, permintaan ayah dia harus ikut dan dia nurut."

Kennand Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang