SELAMAT MEMBACA ^_^
Jangan lupa vote agar Author semangat update😘
"Sayang, kamu sedang tidak enak badan? Mengapa makanannya tidak dihabiskan?" Marissa, ibu kandung Ran bertanya pada sang anak yang melamun ke arah Kenzo yang duduk di sebrangnya dengan tangannya yang memegangi sendok bergerak mengaduk - aduk makan malamnya.
Ran yang cepat kembali ke dunia nyata hanya menggeleng sambil tersenyum. Lalu dia melanjutkan aktivitas makannya tanpa melirik lagi ke arah Kenzo karena tidak ingin sang ibu curiga dan merusak pesta perayaan anniversary orang tuanya yang sengaja dirayakan di kediaman keluarga Eren, rumah yang penuh kenangan masa kecil Ran.
Kenzo ternyata diam - diam memperhatikan Ran dari posisinya. Sudah beberapa hari belakangan sejak kejadian di kantor, Ran jadi pendiam. Lebih tepatnya dia mengabaikan Kenzo. Ketika diajak berbicara, Ran justru menjawabnya dengan ketus. Kenzo tidak paham lagi apa yang sebenarnya Ran sedang rencanakan.
"Tumben sekali kamu duduk di sebelah Mama." Jonathan alias ayah kandung Ran keheranan melihat sikap putri kesayangannya. Sejak menikah Ran selalu lengket dengan Kenzo, bahkan saat duduk dia selalu memilih duduk disebelahnya. Tapi tidak kali ini. "Apa kalian bertengkar?"
Ran menjadi kikuk. Namun dia berusaha menjawabnya dengan tenang. "Tidak, kok. Kami baik - baik saja."
Richard memperhatikan menantu dan anaknya secara bergantian. Dia juga menduga bahwa pasangan ini sedang bertengkar. Namun karena malam ini adalah malam penting, mereka menyangkalnya.
Setelah acara makan malam, mereka beralih ke acara inti yaitu perayaan anniversary, meskipun hanya kecil - kecilan. Ran membawakan kue yang sudah disiapkan dari dapur ke meja makan lalu Kenzo membantunya menyalakan lilin.
Marissa dan Jonathan terlihat bahagia. Mereka meniup lilin secara bersamaan lalu saling memberikan kecupan bibir dan berpelukan. Ran yang menyaksikannya menitikkan ait mata. Selain karena terharu dengan hubungan kedua orang tuanya yang masih romantis, dia juga sebenarnya ingin merasakan hal yang sama dengan Kenzo. Merayakan anniversary pernikahan.
Setelah kedua mertuanya memberikan selamat, Ran melangkah mendekat dan memeluk Marissa dan Jonathan sekaligus. "Selamat anniversary Ma, Pa. Aku sangat bahagia melihat kalian."
Ran menciumi pipi keduanya secara bergantian.
"Terima kasih, sayang."
Jonathan dan Marissa balas memeluk sang anak dengan hangat.
Tidak ingin ketinggalan, Kenzo ikut memeluk dan memberikan selamat.
Setelah kue dipotong, masing - masing menikmatinya sambil mengobrol santai di ruang tengah. Namun di tengah obrolan Ran izin istirahat duluan dengan alasan perutnya sakit. Ran tidak berbohong. Memang perut bagian bawahnya terasa nyeri akibat datang bulan yang dia dapatkan 2 hari lalu.
***
"Kris sekali lagi aku perjelas bahwa kamu bukanlah simpanan atau selingkuhan atau apapun itu. Aku sungguh tulus padamu. Aku... mencintaimu."
"Aku tahu kamu mencintaiku. Aku juga...."
Ran yang tengah berbaring tiba - tiba bangkit duduk dan mengacak rambutnya frustasi. Ingatan pernyataan cinta Kenzo kepada Kris selalu saja terlintas. Dia sungguh kesal dengan otaknya yang tidak ingin menghapus ingatan itu. Seharusnya aku tidak mendengar percakapan mereka. Batin Ran.
KREK. Tiba - tiba pintu terbuka. Seseorang masuk ke dalam kamar tersebut dengan membawa wadah di tangan kirinya. Kedatangan Kenzo disini ingin melihat keadaan Ran. Bukan. Sebenarnya dia memang satu kamar dengan Ran. Sudah menjadi kesepakatan, mereka akan tidur satu kamar ketika ada orang tua mereka atau saat menginap di rumah orang tua mereka.
"Apa perutmu masih sakit?"
Ran enggan merespon. Dia kembali berbaring memunggungi sang suami yang kini telah duduk di pinggir ranjang dan sibuk menyiapkan kompres.
Kenzo membalikkan tubuh Ran ke arahnya. Namun Ran langsung bersikap ketus.
"Apa yang mau kamu lakukan?"
"Kompreslah perutmu. Ini air hangat."
"Aku tidak membutuhkannya."
Tidak menyerah, Kenzo mengangkat gaun tidur Ran hingga perut ratanya yang kecil terlihat dengan jelas.
"Kenzo!" Protes Ran. Karena hampir dua bulan ini dia tidak pernah 'dilayani' lagi oleh Kenzo, sekarang dia agak malu memperlihatkan bagian tubuhnya pada pria tersebut.
"Jangan." Tahan Kenzo saat Ran ingin menutupinya lagi. "Kompreslah dulu perutmu."
"Ck!" Ran hanya pasrah membiarkan Kenzo mengompresi perutnya. Dia tidak mau berdebat yang ujungnya Kenzo pasti memaksa. Selain itu, dia juga sedang menahan rasa sakit di perutnya sehingga tidak punya tenaga untuk melawan Kenzo.
"Ada apa denganmu?" Tanya Kenzo setelah sempat terjadi keheningan yang lama di antara mereka.
"Apanya?" Ran terlihat acuh tak acuh dengan wajah yang berpaling. Tidak menatap Kenzo.
"Tadi di depan para orang tua, apa kamu sengaja?"
Ran menoleh. "Apa maksudmu?"
"Kamu tidak mengerti atau pura - pura? Mengapa kamu menjauhiku? Apa kamu ingin semuanya mengira kita sedang bertengkar lalu mereka menyalahkanku? Kamu puas kan jika aku kena masalah?"
Meski rendah, tapi nada bicara Kenzo terdengar sangat dingin.
"Tidak. Aku tidak ada maksud apapun. Mengapa kamu menuduhku seperti itu?" Ran menjadi kesal. Entah angin darimana tiba - tiba dirinya dituduh pembuat masalah.
"Tidak ada maksud apapun? Apa kamu mencoba berdalih sekarang?"
"Sudah ku bilang aku tidak bermaksud apapun. Apa kamu masih belum mengerti juga?!"
Sudah menahan sakit, dituduh yang bukan - bukan, lengkap sudah. Hati Ran sakit. Dia marah dan membuang handuk ke lantai dengan kasar. "Aku tidak butuh perhatianmu!"
Ran membalikan badannya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)
RomanceMemiliki suami yang tidak percaya akan adanya cinta yang tumbuh dalam kehidupan antar lawan jenis? Bagaimana kelanjutan hubungan ini? Apakah pernikahan yang telah dibangun selama 5 tahun akan kandas? Atau memilih untuk tetap bertahan demi keluarga? ...