SELAMAT MEMBACA ^_^
Jangan lupa vote agar Author semangat update😘
Sambil sarapan, Anna mewakili para orang tua kembali membahas rencana membawa Ran ke dokter kandungan.
"Dokter kandungan?" Ran terkejut.
"Benar. Tadi sebelum kamu bangun, kami sudah membicarakannya dengan Kenzo."
Ran melirik ke arah Kenzo dan dia bisa mengartikan ekspresi wajahnya. Ada semacam kegelisahan dan tekanan. Ran beralih kembali menatap Anna.
"Apakah harus berkonsultasi? Bukankah saat kami baru menikah kami sudah cek kesehatan? Dokter sendiri yang bilang bahwa kami sehat."
Marissa yang ada disebelahnya meraih tangan sang anak dan mengusapnya pelan. "Tapi konsultasi kali ini berbeda. Ini akan membantu kalian cepat punya anak."
"Maksudnya?"
Marissa melirik ke arah Anna mempersilahkannya untuk memberi penjelasan lebih detail. "Jika kalian sudah berkonsultasi dengan dokternya dan pastinya akan ada tindakan dari dokter. Mungkin seperti pemberian obat kesuburan atau yang lainnya. Yang jelas kalian akan dibantu oleh sang dokter agar cepat punya anak."
"Jangan khawatir, sayang. Dokter ini merupakan dokter bagus lulusan dari luar negeri." Yakin Marissa.
"Tapi.. bukankah aku harus berdiskusi dulu dengan Kenzo?"
"Mengapa? Apa kamu ragu?" Tanya Anna. "Lagipula ini hanya konsultasi. Mama lihat ada banyak pasangan yang berhasil memiliki anak setelahnya."
Ran menjadi cemas. Dia yakin Kenzo tidak menyetujui rencana ini. Dia tahu jika rencana ini terlaksanakan, maka akan terjadi masalah besar. Dia harus mencari alasan lain agar rencana ini gagal. "Tapi.. aku malu."
"Malu?"
"Aku malu jika harus menceritakan tentang hubungan ku dengan Kenzo kepada dokter yang seharusnya ini adalah privasi bagi semua pasangan."
"Mama mengerti. Mama akan memilihkan dokter perempuan."
"Tapi.. bagaimana dengan Kenzo?" Ran melirik ke arah Kenzo dan memberi isyarat agar dia juga membantu menolak. Mumpung Ran memberikan celah untuk beralasan.
"Aku tidak bisa jika dokternya perempuan." Jelas Kenzo dengan tegas.
***
Sore harinya Ran dan Kenzo pulang. Dalam perjalanan, ketika mobil berhenti di lampu merah, Ran membuka mulutnya tanpa mengalihkan pandangannya ke arah orang - orang yang menyebrang di depan mobil mereka.
"Kamu seharusnya berterima kasih padaku. Aku sudah bantu berbicara agar mereka membatalkan rencana konsultasi."
"Hm. Terima kasih." Ucap Kenzo terdengar datar. Saat lampu hijau menyala, dia menginjak gas melajukan mobil.
Ran menunduk dan menghela nafas sambil menggenggam erat sit belt yang terpasang di tubuhnya. "Hah... seharusnya aku setuju saja. Jika konsultasinya berhasil dan aku hamil, aku pasti sangat senang." Ran tersenyum miris membayanginya. "Mungkin sangking senangnya aku pasti akan menangis."
Kenzo melirik ke arah Ran. Ekspresi wajahnya menggambarkan bahwa wanita itu terlihat sedih sekaligus putus asa.
"Kapan kita akan seperti itu, Kenzo? Membuat keluarga kecil kita dan bahagia selamanya." Ran menunduk. "Ah tidak tidak. Itu pasti tidak akan terjadi. Kamu sangat mencintai Kris. Aku mendengarnya."
DEG. Jadi saat itu dia mendengar percakapannya dengan Kris di kantor waktu itu? Batin Kenzo tidak menyangka.
"Lalu buat apa aku berusaha membuatmu mencintaiku? Aku ragu. Mungkin kemungkinan nya 99,9%. Apa sebaiknya aku menyerah saja, Kenzo?" Ran menoleh menatap Kenzo dengan mata memerah. "Maksudku.. apa sebaiknya kita bercerai?"
CIIIIIT. Tiba - tiba Kenzo menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Untung saja mereka sudah memasuki area komplek perumahan. "Jadi kamu ingin menyerah?" Mata Kenzo bergetar menahan amarah. Dia sangat sangat tidak suka saat Ran kembali membicarakan perceraian.
Kenzo mencengkram tangan Ran dengan kasar dan menatapnya tajam. "Kamu berani?"
"Shhh.. sakit.." Ran meringis kesakitan yang membuatnya tidak bisa fokus dengan pertanyaan Kenzo.
"Jawab aku Ran! Kamu berani?!" Kenzo meninggikan suaranya. Ran yang tidak mau kalah ikut meninggikan suaranya.
"Ya! Memangnya kenapa?! Lagipula, Kris sudah berencana mengumumkan hubungan kalian. LALU APA GUNANYA AKU BAGIMU? AKU SUDAH BEBAS SEKARANG! AKU SUDAH TIDAK HARUS MENUTUPI KEBUSUKANMU DAN KRIS LAGI!!!"
"RANYA!!"
"Kenapa? Kamu tidak akan membebaskanku, hah? Kamu tidak ingin bercerai denganku begitu? Baiklah terserah. Tapi aku tetap akan mengirimkan gugatan perceraian di pengadilan."
BUUUGH! Kenzo memukul kaca jendela di sebelah Ran yang membuat Ran takut setengah mati hingga dia meringkuk melindungi diri, takut - takut setelah ini Kenzo memukulinya. BUUUGHH! Sekali lagi Kenzo memukul kaca jendela hingga tangannya memerah akibat benturan keras. Ran hanya bisa berharap dalam hati agar kacanya tidak pecah olehnya.
"CUKUP DENGAN BUALAN MU!! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
Ran terkekeh mengejek. "Benarkah? Kita lihat saja nanti."
"Tidak nanti." Kenzo mencengkram dagu Ran dan menarik wajahnya mendekat. "Tapi sekarang."
Ciuman brutal pun terjadi. Ran berusaha melepaskan diri dengan cara memukuli bahu Kenzo dan mengigit bibirnya hingga berdarah. Namun Kenzo tidak menyerah. Dia mengunci tangan Ran dan memperdalam ciuman mereka dengan memaksakan lidahnya memasuki mulut Ran agar bisa melumatnya.
Kenzo terus mendominasi hingga kepala Ran terpojok di kaca jendela. Ketika dia hampir kehilangan nafasnya, Kenzo melepaskan pagutan bibir mereka dan memberi ruang sang istri untuk bernafas tanpa merubah posisi kening dan hidung mereka yang masih tetap menempel satu sama lain.
"Lepaskan aku.."
"Jangan bicara. Bernafaslah dengan benar."
Ran mencengkram bahu Kenzo. Bertatapan dengan mata indah sang suami dari jarak yang begitu dekat sungguh gila rasanya. Jantungnya berdetak tidak karuan. Apalagi merasakan panas nafas Kenzo pada bibirnya saat dia berbicara barusan, membuat tubuh Ran panas dingin.
Mereka saling bertatapan sebentar sebelum Kenzo mencium Ran lagi. Kali ini dengan lembut sambil melepaskan sit belt Ran dan mengangkat tubuhnya hingga terduduk di pangkuannya.
"Kenzo.." Pipi Ran merona merah dan matanya menyayu.
"Kamu suka?" Kenzo mengusap bibir Ran yang mengkilat basah dengan air liur mereka.
Ran mengangguk. Rupanya dia sudah terlena dengan Kenzo. Bagaimana tidak, sejujurnya sudah lama sekali dia merindukan hal ini. Sentuhan dari sang suami.
"Aku ingin lebih.. aku ingin dirimu.."
"Jangan sekarang. Kamu sedang menstruasi."
Ran menggeleng. Dia membuka atasannya bersama dalamannya yang berwarna putih hingga tampaklah kedua dadanya yang bulat padat dengan pucuk yang berwarna pink yang sudah menegang seakan siap menyambut 'permainan' dari Kenzo.
TBC
Bagaimana? Partnya panjang gak? Hehe😉
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)
RomanceMemiliki suami yang tidak percaya akan adanya cinta yang tumbuh dalam kehidupan antar lawan jenis? Bagaimana kelanjutan hubungan ini? Apakah pernikahan yang telah dibangun selama 5 tahun akan kandas? Atau memilih untuk tetap bertahan demi keluarga? ...