SELAMAT MEMBACA ^_^
Jangan lupa vote agar Author semangat update 😘
Kris tersenyum puas di kamar rawatnya setelah menerima pesan dari seseorang yang dia suruh untuk menyerahkan dokumen bukti tindakan korupsi ayahnya Ran ke kantor polisi. Sang pesuruh itu mengabarkan target mereka telah dipenjara hari ini. Namun ekspresinya berubah saat membaca bagian Kenzo dan ibu mertua yang ternyata hanya datang ke kantor polisi. Tidak ada nama Ran yang tercantum di pesan tersebut. Dia pun bertanya - tanya kemanakah wanita sialan itu? Bukankah seharusnya dia datang dan menangis meraung - raung di kantor polisi karena ayahnya menjadi tahanan?
"Sial." Kris kesal. Semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana. "Wanita sialan itu." Kris mengepal tangannya dengan kuat. Jika begini jadinya, maka dendamnya tidak terbalaskan.
"Apakah Kenzo sengaja merahasiakannya?" Kris menebak. Setelah dipikir - pikir, dia pun mendapat ide baru. Dia berencana akan memberitahu Ran secara langsung. Dia pun tersenyum tipis. "Benar. Itu ide yang sangat bagus."
Namun langkah pertama dia harus keluar dari rumah sakit dulu jika ingin menemui Ran. Dia pun langsung menelpon salah satu bodyguard nya yang berjaga di depan kamar. Ya, selama ini ada dua bodyguard nya yang berjaga di depan kamar. Hal ini dimaksudkan untuk menahan kakak - kakaknya agar tidak masuk. Namun entah mengapa kakak - kakaknya bisa lolos kemarin. Itu membuat Kris marah besar dan mengancam mereka. Dua bodyguard yang ketakutan memohon ampunan Kris dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
"Ya, Tuan Kris." Sahut sang bodyguard yang terdengar dari arah ponsel.
"Masuklah." Kris hanya mengatakan satu kata dan langsung menutupnya. Tak lama, dia mendengar pintu kamar terbuka dan langkah kaki mendekat.
"Bukalah seluruh pakaian mu."
"Ya?"
Kris melirik tajam. Dia kesal dalam hati melihat kebodohan bodyguardnya ini. "Apakah saya harus mengulanginya?"
"Ma..maaf Tuan." Sang bodyguard menunduk. Lalu dia segera melaksanakan perintah sang bos.
Kris mencabut infusnya dan membuka pakaiannya juga. Lalu dia memakai baju sang bodyguard.
"Tuan.. apakah Anda ingin pergi sekarang?"
Kris melototi si bodyguard. Berani sekali dia bertanya, begitu pikir Kris. "Bukan urusanmu."
Sontak yang dipelototi pun langsung menunduk.
Setelah selesai berpakaian, Kris melepas perban di kepalanya dan berjalan keluar kamar begitu saja.
***
"Papa.." Di tengah malam, Ran bergumam sendiri dalam tidurnya. "Tidak..jangan.." Ran menggeleng. Alisnya berkerut. "Tidak!! Papa!!!" Ran membuka matanya lebar - lebar. Ternyata dia mimpi buruk. Dia pun bangkit duduk dan mengatur nafasnya yang terengah - engah.
"Ini tidak mungkin bukan." Ran berbicara sendiri. "Aku pasti terlalu terpengaruh dengan ancaman Kris sehingga terbawa ke mimpi."
Ran meremas kepalanya. Dia harus melupakan perkataan Kris. Dia tidak boleh terpengaruh begitu saja. Dia yakin dokumen yang diperlihatkan Kris adalah palsu. Tidak mungkin Papa melakukan hal memalukan itu.
Ran menyibak selimut dan turun dari ranjang. Dia keluar dari kamar. Dia berniat ingin minum. Dia pun berjalan ke dapur mencari air putih dan gelas.
Di kamar, Kenzo meraba - raba sisi sebelahnya. Namun tidak merasakan apapun. Perlahan dia membuka mata dan melirik ke arah kamar mandi. Dia mengira Ran ada disana. Dengan keadaan masih mengantuk, Kenzo turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Dia hanya berjaga - jaga saja. Takut Ran tersandung atau tergelincir di kamar mandi.
Tapi setelah 10 menit menunggu, Ran tidak kunjung keluar. Kenzo mengetuk pintu kamar mandi namun tidak ada tanggapan. Justru dia dikejutkan dengan pintu kamar yang terbuka dan masuklah sosok yang dicarinya.
"Ran?" Mata Kenzo membulat. Ternyata daritadi istrinya pergi ke luar kamar.
Ran menengok ke arah Kenzo. "Hm? Kenzo mengapa kamu disana?" Dia heran melihat sang suami diam berdiri di depan kamar mandi.
"Aku kira kamu di kamar mandi." Kenzo berjalan mendekat. "Mengapa kamu keluar kamar di tengah malam?"
Ran menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya merasa haus."
"Jika kamu haus, seharusnya bangunkan saja aku. Biar aku yang ambilkan air." Kenzo menyelipkan rambut kiri Ran ke belakang telinga. "Apakah kamu tahu aku jadi khawatir?"
Ran menangkap tangan Kenzo dan membawanya ke depan mulut. Cup. Dia menciumnya. "Maaf."
Kenzo memeluknya. Namun hanya sebentar. Dia mengajak Ran untuk naik ke ranjang dan tidur kembali.
"Aku tidak bisa tidur." Adu Ran di dalam pelukan Kenzo.
"Mengapa?"
Ran tidak mungkin memberitahu Kenzo alasannya. Dia pun terpaksa berbohong. "Aku tidak mengantuk."
"Haruskah aku nyanyikan lagu pengantar tidur supaya kamu mengantuk?"
Ran tertawa. Sebenarnya Kenzo tidak sedang melawak, hanya saja Ran merasa perkataan Kenzo barusan sangat lucu.
"Mengapa kamu tertawa? Apakah kamu meremehkan suaraku?" Kenzo berpura - pura kesal.
"Tidak. Hahaha..." Ran menggeleng. "Hanya saja aku merasa seperti anak kecil jika kamu menyanyikan lagu itu."
Kenzo pun ikut tertawa.
"Tapi nyanyikan untuk anak kita juga. Aku rasa dia juga tidak bisa tidur." Ran mengusap perutnya.
Kenzo ikut mengusap perut Ran. "Oke. Aku akan bernyanyi untuk kalian berdua." Kenzo berdeham beberapa kali lalu nyanyian pun di mulai.
Ran memperhatikan Kenzo dari dekat. Melihat sang suami yang rela bernyanyi demi dirinya dan anaknya, Ran sungguh bangga. Usahanya selama ini tidak berakhir sia - sia. Kenzo berubah menjadi sosok pria sejati. Menjadi sosok suami sekaligus ayah yang sangat menyayangi keluarganya.
Ran harus mempertahankan semuanya. Cinta, keluarga dan tentunya sang suami. Karena semua itu adalah sumber kebahagiaannya. Dia harus bisa melawan orang - orang yang ingin mengambil kebahagiaan ini. Tidak peduli seberapa sulit dan beratnya, namun Ran harus bertahan.
TBC
Triple update sesuai keinginan kalian. Yuhuuu💃
Mohon maaf sekali Author selalu lama update🤧 Terima kasih kepada readers yang selalu setia menunggu novel ini🥺
I 💜 U
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)
RomanceMemiliki suami yang tidak percaya akan adanya cinta yang tumbuh dalam kehidupan antar lawan jenis? Bagaimana kelanjutan hubungan ini? Apakah pernikahan yang telah dibangun selama 5 tahun akan kandas? Atau memilih untuk tetap bertahan demi keluarga? ...