Bab 8

18.3K 610 9
                                    

SELAMAT MEMBACA ^_^

Jangan lupa vote agar Author semangat update😘

TING NONG. TING NONG. Kenzo berdiri di depan pintu apartemen memenceti bel yang terpasang disana. Tidak menunggu lama, seseorang membuka pintu tersebut dari dalam.

"Masuklah."

Kenzo melangkah masuk menuju ruang tengah. Dia duduk di sofa sambil memperhatikan Kris yang berjalan ke dapur mengambil sesuatu di kulkas.

"Mengapa membunyikan bel? Bukankah kau tahu kode sandinya?"

"Aku hanya ingin saja. Ngomong - ngomong ada apa memanggilku kesini?"

Kris berjalan menghampiri Kenzo dan menyodorkan sebuah botol kaca berukuran kecil. "Minumlah."

"Apa ini?" Tanya Kenzo sambil menerimanya.

"Minuman herbal. Aku membelinya di toko khusus. Walaupun terlihat aneh, tapi bisa bantu mempercepat penyembuhan sakitmu. Bukankah tadi pagi kamu mengeluhkannya padaku?"

"Terima kasih."

Kris duduk di sebelah Kenzo. Dia tersenyum senang melihat sang kekasih menghabiskan minuman herbalnya tanpa sisa.

"Apakah pahit?"

"Sedikit."

Kris membantu meletakkan botol ke atas meja lalu menarik Kenzo ke dalam pelukannya. "Maaf untuk semalam."

Kenzo gantian mengambil alih pelukan. "Jangan seperti itu lagi."

"Hm. Aku berjanji."

"Hari ini aku mengunjungi dokter. Dia bilang ke depannya saat berhubungan kita tidak boleh terlalu kasar."

Kris menjauhkan dirinya sedikit agar bisa menatap wajah Kenzo. "Kau ke dokter? Mengapa tidak bilang padaku? Dokter bilang apa? Apakah masalahnya cukup serius?"

"Sekarang aku sudah merasa baikan. Dokter sudah memberiku obat."

"Kenzo.." Kris memeluk Kenzo dengan perasaan menyesal. "Maaf.. maafkan aku.."

Kenzo mengusap kepala Kris pertanda bahwa dia sudah memaafkan pria itu.

***

2 hari kemudian merupakan akhir pekan. Ran dan Kenzo terlihat sedang sarapan bersama di meja makan. Kenzo dengan tenang mengunyah sedangkan Ran melirik ke arahnya hendak mengatakan sesuatu.

"Hari ini Sunny mengundang kita liburan bersama keluarganya. Apakah kamu ada pekerjaan? Jika ada tidak apa - apa. Aku bisa menolaknya."

Kenzo meletakkan peralatan makannya dan mengambil selembar tisu membasuh mulutnya membuat Ran jadi pesimis dengan sikapnya yang seakan enggan meresponinya.

"Kenzo?"

"Aku senggang hari ini."

"Benarkah?"

"Hm."

"Baguslah kalau begitu." Ran tersenyum senang. Dalam otaknya, dia mulai membayangkan moment - moment indah yang akan terjadi antara dirinya dan Kenzo. Sungguh ini kesempatan langka. Biasanya saat akhir pekan Kenzo selalu menghabiskan waktu seharian di ruang kerjanya. Ran terlalu takut untuk mencoba mengajak Kenzo jalan meskipun hanya sebentar. Bukan hanya karena ingin mencuri waktu untuk bermesraan namun dia tidak ingin Kenzo terlalu stres dengan pekerjaan kantor.

"Habiskan makananmu." Tegur Kenzo melihat sang istri yang asik cengar cengir sendiri.

"Ah.. ya..."

***

"Ran!" Sunny melambaikan tangannya saat melihat kedatangan Ran dan Kenzo dari kejauhan. Pasangan suami istri itu pun berjalan mendekat.

"Apakah kami terlambat?"

Sunny menggeleng. Namun ketika pandangannya ke arah Kenzo, raut wajahnya berubah mengejek.

"Kau tumben sekali ikut. Aku kira kau sama sekali tidak punya waktu untuk istrimu."

Sunny menganggap Kenzo merupakan pria yang 'paling sibuk' di dunia sehingga Ran merasa seperti terabaikan. Waktu Kenzo dan Ran bertemu hanya saat pagi dan malam ketika dirinya pulang saja. Selebihnya jarang sekali mereka bertemu di luar rumah. Kenzo lebih banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan dan... tentu saja kekasih gay-nya. Semua ini bukanlah kebohongan atau bualan semata. Namun berdasar dari curhatan seorang Ran.

"Berisik." Ketus Kenzo. Dia tidak terlalu suka dengan Sunny yang kerjaannya suka mencampuri kehidupan orang lain. Bukan sekarang saja. Namun sejak dulu saat mereka bertiga masih kuliah.

Sunny ingin sekali memukuli kepala Kenzo. Berbicara dengan pria itu selalu saja membuat orang emosi. Selain perkataannya yang terdengar kejam, kadang pria tersebut tidak merespon. Sunny berbicara kepadanya seperti berbicara pada dinding.

"Sudahlah. Aku tidak ingin melihat keributan disini." Ran berusaha menenangi sang sahabat. "Ngomong - ngomong dimana suami dan anakmu? Aku tidak melihat mereka daritadi."

Baru saja disebut, suami dan anak Sunny datang sambil bercanda berdua. Mereka kembali dari toilet. Ran yang melihat sedikit iri. Dalam hatinya ingin sekali Kenzo juga seperti itu dengan anak mereka kelak. Tapi, apakah itu hal yang mungkin terjadi? Ran saja masih ragu dengan hubungan pernikahan mereka. Bercita - cita memiliki anak sepertinya hal yang mustahil.

"Tante Ran!" Anak Sunny yang masih berusia 2 tahun berlari menghampirinya dengan ceria.

Sambil tertawa gemas, Ran berjongkok menyambutnya dengan pelukan. "Raiden sayang.. keponakanku yang sangat tampan.."

Dipuji tampan, Raiden terlihat malu - malu. Ran yang melihat reaksinya semakin gemas. Dia mencubiti pipi gembul anak tersebut.

"Oh? Siapa paman itu?" Raiden keheranan mendapati sosok pria tinggi yang berdiri disebelah Ran yang tampak asing baginya.

"Dia? Tentu saja suami Tante Ran. Namanya Kenzo."

Ini merupakan pertemuan pertama antara Raiden dan Kenzo. Selama ini anak itu hanya kenal Ran karena wanita itu selalu berkunjung ke rumah Sunny dan bermain dengan Raiden hingga keduanya dekat satu sama lain.

"Tampan, kan?" Ran berbisik pada Raiden sambil menatap ke arah Kenzo dengan tatapan bangga.

Raiden mengangguk mengiyakan. Perlahan dia melangkah mendekati Kenzo. Dengan jarinya yang mungil dia meraih jari tangan Kenzo yang ukurannya jauh lebih besar.

"Paman Kenzo.. maukah paman temani Raiden main?"

TBC

My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang