Bab 9

15K 574 1
                                    

SELAMAT MEMBACA ^_^

Jangan lupa vote agar Author semangat update😘

Di bawah pohon rindang, Ran dan Sunny duduk santai di rumput beralaskan tikar sambil memandang kejauhan para suami yang sedang menemani Raiden bermain.

"Aku kira Kenzo tidak suka anak kecil. Namun nyatanya dia terlihat akrab dengan Raiden. Padahal mereka baru kenal."

"Ya. Bahkan dia tersenyum."

"Oh iya.. bagaimana dengan buku yang aku berikan?" Mendengar pertanyaan barusan, Ran yang sedang minum hampir saja tersedak. "Apakah kamu sudah mempraktekannya?"

"Sunny! Bisakah tidak membahas itu disini? Malu tahu."

"Tenang saja. Percakapan kita tidak akan ada yang mendengar."

Ran melihat ke sekitar untuk memastikan. Untung saja perkataan Sunny benar. Ya, mungkin karena taman ini ramah dengan keluarga jadinya tiap orang yang ada disekeliling mereka terlihat fokus dengan aktivitas masing - masing. Ada yang berpiknik juga dan ada yang bermain.

"Aku tidak sanggup membaca buku itu."

"Mengapa?"

"Di bab pertama saja semua tulisannya sangat vulgar! Apalagi gambar - gambarnya!! Astaga.." Ran menggelengkan kepalanya. "Aku sungguh tidak mengerti. Mengapa gambar - gambarnya sangat mendetail? Aku jadi malu melihatnya."

Sunny tertawa. "Justru bagus, bukan? Kita yang membacanya bisa lebih paham."

"Sunny!" Ran memanyunkan bibirnya. Wajahnya semakin memerah. Bisa - bisanya sang sahabat tertawa sambil berkata seperti itu. Sungguh memalukan.

"Maaf. Maaf."

"Tapi.. menurutku cara seperti itu tidak akan mempengaruhi Kenzo."

"Jadi dia tidak terangsang?"

"Sepertinya. Padahal aku sudah mencoba menggodanya."

"Tidak berhasil, ya? Apa jangan - jangan dia sudah menjadi gay sejati?" Sunny mengusap dagunya berpikir keras.

"Entahlah."

"Atau... kamu yang salah teknik?"

"Itu tidak mungkin. Aku sudah mengikuti petunjuk dari buku, kok." Ran menghela nafas lesu. "Apa karena akunya yang lemah?"

"Maksudmu?"

"Aku merasa tubuhku terlalu sensitif. Tiap kali Kenzo menyentuhku, aku mudah sekali terangsang olehnya."

"Hmm.. coba kamu baca lagi bukunya. Seingatku di salah satu babnya ada penjelasan mengenai rangsangan. Mungkin itu bisa membantumu."

Ran hanya mengangguk menurut.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Kemunculan Kenzo yang tiba - tiba di dekat mereka yang membuat kedua wanita itu kaget bukan main.

Sejujurnya dari awal Kenzo terus memperhatikan Ran dan Sunny yang berbicara dengan wajah serius. Namun karena suara mereka terdengar pelan, jadinya Kenzo tidak bisa mengetahui apa yang mereka dibicarakan. Dia hanya tidak mau Sunny membawa pengaruh buruk pada Ran.

"Tidak ada." Ran langsung berdiri berusaha melindungi Sunny dari incaran Kenzo. "Mengapa kamu kesini? Apa sudah selesai bermainnya?"

Kenzo tidak menggubris sang istri. Tatapan matanya masih tajam ke arah Sunny yang sinis. "Jangan coba - coba memberikan hal buruk padanya."

"Cih.." Sunny memutarkan bola matanya. "Sok mengancam. Memangnya aku takut?"

Ran yang sadar melihat sang suami mengepalkan tangan menjadi gelisah. Tampaknya dia marah.

"Mama!"

Ran menghela nafas lega. Untung saja Raiden datang. Anak itu berlarian mendekat ke arah mereka. Suasana yang mencengkam dalam sekejap kembali normal karena Sunny langsung melemaskan wajahnya.

"Sayang? Sudah selesai bermainnya?" Sunny menyambutnya dengan pelukan lalu mengecupi pucuk kepala sang anak sambil mengelapi dahinya yang penuh keringat.

"Tadi dia bilang padaku kalau dia lapar." Jawab suami Sunny yang baru tiba menyusuli sang anak.

"Benarkah?" Sunny tertawa gemas ke arah Raiden. "Kalau begitu sekarang waktunya makan cemilan. Ada kue kesukaan Raiden juga."

"Yeaay!! Aku mau!"

Semua orang mengambil posisi duduk melingkar di atas tikar. Sunny dibantu oleh sang suami membuka sebuah tas besar berisi kotak bekal untuk cemilan dan makan siang nanti.

"Kamu yang buat ini semua?" Takjub Ran melihat banyaknya kotak bekal yang dijejer rapih.

"Tidak juga. Sebagian ini dibuat oleh Taka."

"Sungguh? Wah Anda sangat hebat." Puji Ran dan dia memberikan ancungan jempol pada Taka.

"Sebenarnya baru belajar sedikit karena Raiden suka sekali makan cemilan." Taka mengusap leher belakangnya. Dia terlihat malu - malu. "Itu pun masih banyak kegagalannya."

"Tidak apa - apa. Yang penting kamu sudah berusaha, sayang." Sunny menepuk bahu Taka lalu beralih ke Ran lagi.

"Ayo dicoba."

Karena sudah dipersilahkan, Ran langsung mencicipi semua jenis kue. "Hm.. luar biasa. Semuanya sangat enak."

Taka dan Sunny terlihat senang.

"Kenzo, kamu harus mencobanya juga. Aku suapi, ya?" Tawar Ran yang ternyata mendapat penolakan dari sang suami.

"Aku tidak bisa memakannya. Aku sedang gangguan pencernaan."

Sunny yang mendengar kembali memutarkan bola matanya sinis. Dia tahu Kenzo sebenarnya tidak menginginkan makanan yang dia dan Taka buat.

"Kamu sakit?" Raut wajah Ran berubah serius. "Apa kamu sudah minum obat?"

Sungguh sial bagi Kenzo. Dia berniat berbohong namun malah menimbulkan masalah yaitu membuat Ran khawatir.

"Ka..kalau begitu aku belikan obat dulu." Ran hendak bangkit berdiri namun tangannya langsung ditahan oleh Kenzo.

"Tidak apa - apa. Aku bisa mengatasinya sendiri. Lanjutkan saja makanmu."

Ran masih khawatir. Tapi Kenzo berhasil meyakinkan dirinya dengan anggukan kepala yang mengisyaratkan bahwa dirinya akan baik - baik saja.

Sunny berdehem. "Ngomong - ngomong aku punya berita baru untukmu."

Ran menoleh ke arah Sunny yang terlihat sedang merogoh tasnya dan memamerkan sebuah foto hasil USG perutnya.

"Aku hamil lagi!!"

"Sungguh?" Ran menutup mulutnya terharu. "Selamat, Sunny. Aku senang mendengarnya."

"Terima kasih."

Sunny memberikan foto hasil USG-nya pada Ran dan Ran pun menatapnya sambil tersenyum.

"Bagaimana dengan dirimu? Apakah sudah ada tanda - tandanya?"

Pertanyaan Taka mendadak membuat kedua sahabat saling bertatapan. Pasalnya, Ran dan Kenzo merupakan pasangan yang duluan menikah. Barulah dirinya dan Sunny setelah lulus kuliah 2 tahun kemudian.

"Itu.. "

"Mereka masih berusaha. Ya kan Ran?" Sela Sunny. "Kita tinggal tunggu saja kabar baiknya." 

Sunny menjadi tidak enak terhadap sahabatnya saat sang suami membahas anak. Tapi ini sepenuhnya bukan kesalahan sang suami karena dia memang tidak pernah memberitahu siapa Kenzo yang sebenarnya.

TBC

My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang