Bab 59

4.4K 300 0
                                    

SELAMAT MEMBACA ^_^

Jangan lupa vote agar Author semangat update😘

Di kantor saat Kenzo tengah melakukan rapat, ponselnya bergetar beberapa kali. Namun Kenzo tidak mengetahuinya. Dia teramat fokus dengan presentasi proyek terbarunya. Barulah saat rapat selesai, dia melihat di ponselnya ada banyak panggilan tak terjawab.

Kenzo mengerutkan alis saat membaca tulisan yang tertera di ponselnya. "Bukankah ini nomor ponsel Mama mertua?" Dia bergumam sendiri.

Klotak. Klotak. Terdengar bunyi nyaring yang khas saat seseorang mengenakan high heels. Itu dia. Sang asisten, Mina. Dia berjalan mendekat Kenzo yang masih terduduk di kursinya sambil menatap ponsel.

"Tuan Kenzo. Untuk makan siang, apakah ingin dibawakan sekarang ke ruangan Anda?"

"Ah ya." Kenzo menjawab secepat kilat dan langsung bangkit dari duduknya. Sambil berjalan meninggalkan ruang rapat menuju ruangan pribadinya, dia mengutak - atik ponselnya. Pikirannya saat ini sedang kacau. Tidak biasanya sang mertua menelpon berkali - kali. Apakah terjadi sesuatu? Begitu pikirnya.

Saat mengecek di bagian pesan, tidak ada satupun pesan masuk dari sang mertua. Lalu dia memutuskan untuk menelpon balik. Tuuut. Tuuut. Tuuut.

"Hallo, Ma?"

"Kenzo..." Terdengar suara sang mertua yang serak diselingi dengan isakan.

"Ma? Apakah Mama baik - baik saja?"

"Ken-zo.. apa-kah ka-mu bi-sa ke kantor po-lisi se-karang? Ma.. Mama sa-ngat bi-ngung ha..harus me-minta to-long ke-pada siapa."

Mendengar Mama berbicara terbata - bata, Kenzo menjadi panik. Apalagi dia mendengar kata kantor polisi. "Memangnya apa yang terjadi, Ma? Mengapa Mama ada di kantor polisi?"

"Tadi pagi.. mereka.. mereka datang ke rumah. Lalu mereka... membawa Papa."

"Apa? Mengapa bisa? Apakah polisi memberitahu Mama alasannya?"

"Mereka bilang Papa ditangkap atas tindakan korupsi."

"Korupsi?" Kenzo menaikan sebelah alisnya. Dia sungguh tidak percaya Papa mertuanya terlibat hal itu. Menurutnya ini tidak benar. Papa mertuanya pasti sedang dijebak. "Baiklah, Ma. Aku akan kesana sekarang. Kirim saja lokasinya padaku."

Setelah penggilan berakhir, dengan tergesa - gesa Kenzo berjalan menuju pintu. Namun dia hampir saja tertabrak dengan Selena yang membawakan nampan yang atasnya adalah menu makan siang untuk CEO tersebut.

"Maaf, Tuan Kenzo. Saya tidak tahu kalau Anda..." Belum selesai Selena berbicara, Kenzo memotongnya.

"Tolong undur rapat selanjutnya. Saya harus pergi sekarang."

"Ba..baik Tuan." Selena hanya mengiyakan. Sejujurnya dia tampak kebingungan mendengar Kenzo yang bebicara sangat cepat. Bahkan ketika Kenzo sudah keluar, dia masih terdiam heran. Namun saat dia menyadari makanan yang dia bawa, dia pun melongo ke pintu dan berniat untuk menanyakan nasib makanan tersebut. Tapi Kenzo sudah menghilang. Sepertinya pria itu sudah masuk ke dalam lift.

***

Mobil Kenzo tiba di depan kantor polisi. Lalu dia turun dan segera masuk mencari keberadaan Mama mertua. Di dalam dia menemukan sang mertua sedang menangis terisak di depan polisi yang bertugas memasukan data pribadi tersangka ke dalam komputer.

"Tuan... saya mohon maafkan suami saya. Saya yakin suami saya tidak pernah melakukan hal itu."

"Maaf Nyonya. Kami tidak bisa. Seperti yang Anda lihat, di depan Anda adalah dokumen barang bukti yang kuat yang menyatakan bahwa Tuan Eren bersalah."

Mama menggeleng - geleng. Dia tidak percaya dengan dokumen itu. Dia masih saja bersikukuh untuk meminta sang polisi melepaskan suaminya.

"Jika Anda merasa keberatan, Anda berhak menghubungi pengacara untuk sidang nanti."

Kenzo mengepalkan tangannya. Dia juga tidak percaya dengan barang bukti tersebut. Dia yakin seseorang pasti memalsukannya. "Tuan..." Kenzo mendekat. "Apakah Anda yakin bukti tersebut asli? Apakah Anda sudah memeriksanya?"

Sang polisi sedikit terkejut melihat seorang pria yang tiba - tiba mendekat dan ikut berbicara padanya. "Maaf. Anda siapa?"

"Saya adalah menantunya, Kenzo Delfen."

Polisi mengangguk paham. "Baiklah Tuan Delfen. Saya akan menjelaskannya. Untuk barang bukti kami telah terima beberapa hari lalu. Kemudian kami melakukan pemeriksaan mendalam dan hasilnya adalah dokumen tersebut asli dan benar. Tersangka telah melakukan tindak korupsi pada 6 tahun lalu. Yang terlibat bukan hanya tersangka saja, namun beberapa petinggi pemerintah ikut terlibat."

Mendengar penjelasan sang polisi, Mama semakin tak berdaya. Rasanya ini semua mimpi buruk. Tubuhnya pun melemas dan akhirnya dia jatuh pingsan. Melihat hal itu, Kenzo dan sang polisi menjadi panik. Mereka pun membawa Mama ke sofa tunggu di bagian tengah ruangan tersebut. Mereka melakukan apapun yang bisa dilakukan agar Mama bisa cepat sadar.

***

Jam pun menunjukkan pukul 2 siang. Kenzo dan Mama bangun dari kursi dan beranjak pulang. Mereka telah menyelesaikan urusan administrasi kepolisian. Mereka berjalan keluar dari kantor polisi dengan Kenzo yang merangkul bahu Mama untuk menahan tubuh Mama agar tidak terjatuh ke lantai. Mertuanya itu sangat merasa sedih dan terpukul.

"Mama jangan khawatir. Istirahatlah di rumah. Biarkan aku yang mengurusi pengacara untuk Papa."

Mama mengangguk pelan. Mereka pun masuk ke mobil. Mereka duduk di bangku bagian belakang.

"Kenzo..."

Mama menoleh setelah memasang sit belt. "Mama mohon jangan biarkan Ran tahu. Mama khawatir dia akan stress dan berdampak pada kandungannya."

Kenzo mengangguk. "Ya, Ma. Aku akan merahasiakannya."

"Terima kasih."

Setelah keduanya menaiki mobil, Pak Yu pun menyalakan mesin dan melajukan mobil menuju rumah mertua sang bos. Lalu mobil kembali ke kantor karena Kenzo harus melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

***

Malam hari tepat sebelum makan malam tiba, Ran keluar dari kamarnya. Dia menuruni tangga dan pergi ke ruang makan. Disana dia melihat makanan sudah siap di atas meja. Namun dia tidak melihat tanda - tanda Kenzo pulang. Dia pun berjalan ke halaman depan. Tidak ada mobil Kenzo disana. Ran menghela nafas. Dia sedikit kecewa karena mengira Kenzo melupakan janjinya. Namun kekecewaan itu hilang saat dia melihat Pak Joshu berlarian dari pos satpam dan membuka pintu gerbang.

"Kenzo!" Ran tersenyum lebar melihat mobil sedan hitam memasuki halaman.

Kenzo turun dari mobil dan berjalan mendekat sambil tersenyum. "Aku pulang." Dia mengecup kening Ran dengan lembut. "Apakah aku menepati janjiku?"

Ran mengangguk. Dia pun memeluk tubuh sang suami. "Aku sungguh merindukanmu. Rasanya seperti bertahun - tahun kita tidak bertemu."

Kenzo hanya tertawa kecil. Dia membalas pelukan Ran. Namun tanpa diduga, Ran menjauh sedikit dan meraih salah satu tangan Kenzo. Lalu meletakkannya ke perut.

"Bayi kecil, Papa sudah pulang. Ayo beri salam dulu. Selamat kembali ke rumah, Papa." Ran berbicara kepada sang janin seolah - olah sang janin mendengar perkataannya.

Kenzo tersenyum gemas. Dia pun berjongkok dihadapan perut Ran dan menciumnya. "Terima kasih, bayi kecil." Kenzo mengikuti apa yang Ran lakukan tadi.

Ran tersenyum sambil mengelus perutnya. Dia yakin sang janin senang mendapat ciuman dari sang ayah.

"Bibi sudah menyiapkan makan malam. Ayo kita masuk."

Kenzo mengangguk. Dia berdiri dan menggandeng tangan Ran. Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah.

TBC

My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang