Bab 33

8.9K 464 11
                                    

SELAMAT MEMBACA ^_^

Jangan lupa vote agar Author semangat update😘

Ran duduk di pinggir ranjang. Wajahnya menunduk memperhatikan Kenzo yang berjongkok di depannya sedang mengobati luka pada lutut Ran.

TOK TOK TOK. Suara ketukan pintu sedikit membuat keduanya terkejut. Untung saja di saat bersamaan Kenzo selesai mengobati. Dia berdiri dan berjalan membukakan pintu.

"Saya ingin mengantarkan makan siang, Tuan." Ucap sang pegawai hotel pria. Di depannya terdapat sebuah trolley makanan.

"Silahkan." Setelah mendapat izin, sang pegawai membawa masuk trolley dan memindahkan isinya ke atas meja.

Ran yang melihat sosok sang pegawai langsung menurunkan baju handuknya yang sempat dibuka hingga paha atasnya saat Kenzo mengobati lututnya.

"Kalau begitu, saya permisi." Selesai dengan tugasnya, sang pegawai pergi.

"Ayo makanlah." Ajak Kenzo kepada Ran sambil menarik kursi dan duduk.

Ran menurut. Dia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Kenzo.

Setelah selesai, mereka berdua istirahat untuk menyiapkan tenaga di hari esok karena besok mereka akan keluar dan berkeliling kota Paris.

***

Keesokan harinya, Kenzo terbangun. Dengan mata yang setengah terbuka, dia melihat kamar dipenuhi dengan cahaya matahari pagi yang menerangi dari arah jendela. Dia menengok ke arah jendela sambil menutupi matanya dengan salah satu telapak tangan karena silau. Dilihat gorden jendela telah terbuka. Sepertinya Ran lah yang membukanya, begitu pikir Kenzo.

"Selamat pagi." Ran mendekat ke ranjang.

Kenzo menengok. Dilihatnya sang istri tersenyum cerah dengan riasan yang natural. Lalu pandangannya turun ke bawah memandang pakaian Ran.

 Lalu pandangannya turun ke bawah memandang pakaian Ran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Kenzo terbengong, Ran terheran. "Ada apa?" Mata Ran mengikuti arah pandang Kenzo. Ternyata pandangannya ke arah pakainnya.

"Mengapa pakaianmu seperti itu?" Kenzo menaikan sebelah alisnya.

"Apa kurang cocok?" Ran jadi kurang percaya diri. Padahal dia sudah berdandan berjam - jam.

"Ini musim panas. Cahaya matahari bisa membakar kulitmu." Sebenarnya bukan itu maksud Kenzo. Dia memang sedang terpukau dengan dandan Ran kali ini. Sudah lama sekali sejak mereka lulus kuliah, Ran jarang memakai pakaian pendek. Apalagi seseksi ini. Dia selalu memakai kaos, kemeja panjang, celana panjang, ataupun rok yang panjangnya menutupi lutut. Sejak lulus cara berpakaian Ran sangat dewasa. Namun kali ini, dengan pakaian seseksi ini Ran terlihat lebih muda dan cantik.

Ran tertawa kecil. Dia kira pakaiannya terlihat aneh. "Jangan khawatir. Aku sudah memakai sun cream."

"Oh." Hanya satu kata saja yang terdengar dari mulut Kenzo.

Ran menarik selimut dan menarik tangan Kenzo. "Ayo cepatlah kamu mandi dan bersiap - siap. Jangan membuatku menunggu lama. Aku tidak ingin dandanan ku menjadi rusak."

Kenzo sebenarnya sedikit kesal. Dia baru saja bangun dan nyawanya belum pulih namun Ran tiba - tiba langsung menariknya. "Baiklah baiklah."

Ran tersenyum melihat sang suami masuk ke kamar mandi. Dia sudah membayangkan moment yang menyenangkan yang akan terjadi hari ini.

***

1 jam kemudian, Ran dan Kenzo sudah berada di lobby menunggu Essie datang. Ran merasa cemburu karena ada banyak mata yang terus memandang Kenzo. Bukan cemburu kepada wanita, namun kepada pria. Dia takut para pria itu membuat Kenzo jatuh cinta lagi. Sudah untung si Kris lenyap dari hidup Kenzo. Sekarang saingan Ran tidak ada lagi. Dia bisa melaksanakan rencananya dengan mudah. Yaitu rencana membuat Kenzo sembuh dan jatuh cinta padanya.

Ran memanyunkan bibirnya. "Jangan melihat kesana. Tatap ke arah aku saja." Ran menarik dagu Kenzo agar wajahnya berbalik menatapnya.

"Bagaimana aku tahu kedatangan Essie jika tidak melihat ke arah sana?" Protes Kenzo namun dia tidak menolak sentuhan tangan Ran di dagunya.

"Kan ada aku. Jika Essie datang aku akan memberitahumu."

Kenzo tidak bisa berkutik. Dia membiarkan Ran melakukan apapun sesukanya. Kini dia hanya memandang wajah Ran. Jika dilihat dengan teliti, wajah Ran sangat cantik dan sempurna. Kedua matanya yang kecil dan sipit, hidungnya yang mancung, bibirnya yang kecil dan berwarna merah muda. Kenzo bisa mencium aroma stroberi di bibir Ran. Aroma yang sangat familiar. Entah pelembab bibir atau lipstik, Kenzo tidak mengerti dengan jenis - jenis riasan wanita. Namun dia sering merasakan aroma stroberi ini saat mencium bahkan melumat bibir Ran di saat dia akan 'memuaskan' Ran. Rasanya sangat manis dan sedikit asam seperti buah stroberi yang diberi gula.

"Ah itu dia Essie!" Di saat Kenzo fokus memperhatikan Ran, disaat yang sama wanita itu tiba - tiba berbicara. Spontan Kenzo menengok dan melihat Essie mendekat.

"Halo selamat pagi." Essie memberikan sapaan kepada pasangan ini yang terlihat bangkit berdiri menyambutnya. "Wah, pakaian Tuan dan Nyonya terlihat serasi hari ini."

Kenzo tersenyum kecil.

"Terima kasih." Jawab Ran. Dia paham apa yang diucapkan oleh Essie.

"Kalau begitu, mari. Hari ini kita akan mulai keliling kota Paris."

Ran mengangguk dengan mata berbinar. Lalu dia melingkarkan tangan di lengan sang suami. "Ayo Kenzo."

***

Satu jam mobil menyusuri jalan - jalan di Kota Paris. Ada banyak toko - toko disepanjang jalan seperti toko bunga, toko pakaian, toko parfum, dan lainnya.

"Apakah kami boleh turun disini?" Tanya Ran kepada Essie. "Aku dan suamiku ingin pergi ke toko - toko itu."

Essie mengerti keinginan Ran. Dia memerintahkan supir untuk berhenti dan menurunkan Ran dan Kenzo.

"Memangnya kamu ingin beli apa?" Heran Kenzo.

"Hanya jalan - jalan. Memangnya tidak boleh?" Ran sedikit kesal dengan Kenzo. Sebenarnya ini rencananya agar bisa berduaan dengan Kenzo. Tapi mengapa Kenzo tidak paham. "Dasar tidak peka." Dia sengaja berbicara keras agar Kenzo mendengarnya. Lalu duluan jalan.

Kenzo menghela nafas. Sepertinya Ran mulai bertingkah kekanakan lagi. Dengan cepat dia menyusul.

"Mau apa kamu? Sana tunggu saja di mobil." Usir Ran.

"Mengapa aku harus tunggu di mobil? Aku juga ingin jalan bersama mu."

"Ck. Jalan bersama ku apa? Sudah sana tunggu di mobil saja." Ran tahu Kenzo hanya ingin ikut - ikutan saja. Ran hanya ingin keinginan itu tulus dari hati Kenzo.

CUP. Kenzo mencium pipi Ran.

"Kenzo!" Tentu saja Ran terkejut.

"Jangan marah lagi. Mengerti?"

Pipi Ran merona merah. Belum pernah dia melihat Kenzo bersikap selembut ini. "Baiklah. Aku tidak akan marah. Tapi ada syaratnya."

"Syarat?"

Ran memejamkan mata dan memonyongkan bibirnya. Ini adalah kode agar Kenzo mencium bibirnya. Tidak merasakan sesuatu, Ran membuka mata sedikit. Dilihatnya sang suami masih diam. "Tidak mau?"

Kenzo perlahan melangkah maju. Tangannya memegang kedua pipi Ran dan mengecup lembut bibir itu. "Sudah, kan?"

Meskipun hanya sebentar, tentu saja membuat Ran senang. Setelah itu mereka jalan bersama sambil bergandengan tangan.

TBC

My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang