Bab 16

11.2K 568 25
                                    

SELAMAT MEMBACA ^_^

Jangan lupa vote agar Author semangat update😘

Keesokan paginya Kenzo bangun lebih awal. Dia turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, dia kembali untuk mengecek keadaan sang istri. Ternyata Ran masih tertidur lelap dibawah selimutnya.

"Ran, bangun. Ini sudah pagi."

Ran yang merasakan tubuhnya diguncang mengerutkan alisnya karena sebal dengan orang yang seenaknya saja mengganggu mimpinya. "Ck! Aku tahu. Biarkan aku tidur sebentar saja."

Ran menepis tangan Kenzo dan berharap pria itu segera pergi. Namun Kenzo masih tetap membangunkannya.

"Ran.."

"Sebentar saja. Apa kamu tidak paham dengan ucapanku?" Ketus Ran dengan mata yang masih tertutup.

Kenzo yang akhirnya mengalah keluar dari kamar dan pergi ke dapur menyiapkan air panas untuk menyeduh teh. Beberapa menit kemudian, dia menoleh karena mendengar beberapa suara langkah kaki mendekat. Ternyata para orang tua bermunculan dengan muka segar sehabis mandi.

"Selamat pagi."

Kenzo menyapa mereka dan menyuguhkan masing - masing secangkir teh di meja makan sembari menunggu sarapan siap.

"Mama tidak melihat Ranya disini. Apakah dia belum bangun?" Tanya Marissa ketika menyadari tidak ada kehadiran sang anak disana.

"Ya. Dia bilang masih ingin tidur sebentar."

Marissa mengangguk paham.

"Oh iya Kenzo. Mama kebetulan sudah menemukan dokter kandungan yang bagus untuk Ranya." Ucap Anna tiba - tiba membuat Kenzo yang hendak minum tertahan ketika mendengarnya. "Mama akan membawa dia kesana jika masa menstruasinya sudah selesai. Tentunya membawamu juga."

"Benarkah?" Marissa tampak tertarik. "Itu kabar yang bagus." Sebenarnya sudah lama sekali dia menantikan hal ini agar bisa membantu putrinya agar cepat hamil.

Anna mengangguk. "Dokter ini sangat terkenal. Dia juga merupakan lulusan dari luar negeri."

Para ibu terdengar bersemangat. Namun sebuah kalimat tak terduga keluar dari mulut Kenzo. "Aku dan Ran tidak akan kesana."

Baginya, ini hal yang gawat. Bagaimana jika sang dokter yang memeriksa Ran mendapati bahwa wanita itu masih perawan yang menandakan bahwa mereka tidak pernah berhubungan intim? Pasti akan muncul banyak pertanyaan dari kedua pihak keluarga. Mereka merasa terbohongi oleh Ran dan Kenzo. Setiap kali di tanya tentang kehamilan, mereka berdua selalu menjawab bahwa mungkin belum waktunya Tuhan memberikan anak kepada mereka. Karena alasannya berkaitan dengan Tuhan, mereka percaya - percaya saja. Namun semakin lama itu membuat para orang tua frustasi, terlebih para ibu yang tidak sabar menunggu kehadiran cucu.

"Mengapa?" Anna agak syok dengan penolakan tegas anaknya.

"Percayalah. Sebentar lagi pasti Tuhan akan memberikan anak kepada kami." Lagi - lagi Kenzo membawa - bawa Tuhan sebagai alasannya. Semua orang sudah menduga.

"Mau sampai kapan? Selama ini kami sudah cukup bersabar, Kenzo. Kami percaya Tuhan akan mengirim cucu kepada kami. Tapi mau sampai kapan kami menunggu, Kenzo? Apa kamu tahu betapa frustasinya kita semua? "

"Ya, Kenzo. 5 tahun sejak kalian menikah sudah cukup lama bagi kami. Baiklah. Anggap saja kami mentoleransi kalian selama 2 tahun karena kalian harus fokus lulus kuliah. Lalu 3 tahun selanjutnya bagaimana? Sudah terlalu lama, bukan? Apa kamu tidak ingin membahagiakan mertuamu ini?" Tambah Marissa.

"Aku sungguh ingin membahagiakan kalian. Aku sungguhan." Yakin Kenzo agar kedua ibu itu percaya.

"Kalau begitu datanglah untuk konsultasi."

Tidak. Kenzo tidak boleh tinggal diam. Hal itu tidak boleh terjadi. "Bagaimana jika dia tetap tidak hamil? Percuma juga. Kalian harus menghabiskan banyak uang untuk sesuatu yang belum pasti."

Richard yang memperhatikan perdebatan ini sungguh heran dengan sikap putranya. Mengapa dia bersikeras menghindar untuk konsultasi? Apa yang sebenarnya terjadi? Tapi setelah mendengar pernyataan Kenzo barusan, rasa curiga tersebut berubah. Kenzo benar, jika Tuhan belum memberikan kehendak-Nya, semua tidak akan terjadi.

"Tapi tidak ada masalahnya kan kita mencoba dulu?" Akhirnya Jonathan berbicara. "Jangan khawatir dengan uang. Yang penting adalah kebahagiaan untuk kita semua."

Semua orang mengangguk, kecuali Kenzo. Pria itu masih belum menyetujui ide ini. Perkataan mertuanya barusan membuatnya frustasi. Padahal hampir saja dia berhasil membuat seluruh keluarganya percaya atas ucapannya.

TBC

Halo semua👋

Sebelumnya Author tidak membatasi kritik atau saran kalian di kolom komentar. Sejujurnya komentar kalian itu sangat penting bagi Author untuk menentukan sejauh mana Author bisa membuat para pembaca mendalami ceritanya. Author kan sudah bilang dari awal bahwa Author hanya penulis pemula. Jadi Author mohon dengan sangat2 kepada kalian untuk jangan takut untuk berkomentar. Oke?

Oh ya, untuk kemarin2 Author sangat sangat meminta maaf karena jadwal up yang selalu bolong2. Author sebenarnya ingin sekali up setiap hari. Namun saat Author lihat jumlah vote-nya semakin berkurang, semangat Author mulai menurun. Author mengira bahwa cerita ini membosankan dan tidak menarik. Author ingin hiatus gitu. Tapi Author mengurungkan niat tersebut setelah melihat para pembaca yang komen menyemangati Author. Sungguh berterima kasih🙏🥺 Apalagi sekarang jumlah vote-nya semakin banyak. Author tidak menyangka sama sekali🤧 Terima kasih semuanya💙💙💙

Jangan lupa terus dukung novel ini ya😃Salam cinta dari Author😍😘🥰 Selamat pergantian tahun 🎆 Selamat liburan juga🤗

My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang