SELAMAT MEMBACA ^_^
Jangan lupa vote agar Author semangat update😘
Mobil memasuki sebuah restoran cepat saji. Setelah parkir dan mematikan mesin, Kenzo mengajak Ran untuk turun sambil membuka sit belt-nya. Namun wanita itu tidak bergeming. Dia masih sedih atas ucapan Kenzo tadi.
"Ran." Panggil Kenzo penuh tekanan. Dia mulai malas meladeni Ran jika wanita itu mulai bertingkah kekanakan. "Dirimu bisa sakit. Ayo makan."
Kenzo hendak membuka sit belt Ran namun dadanya mendapatkan pukulan yang membuatnya cukup terkejut.
"Kamu sungguh kejam! Jahat!" Ran memukul Kenzo dengan cukup keras menyalurkan rasa sedih dan kecewanya.
"Hentikan! Ada apa dengan mu?" Kenzo kewalahan menahan tangan sang istri yang terus menyerangnya.
"Kamu membenciku kan? Ya! Aku juga membencimu." Ran memberontak dari cengkraman Kenzo. "Lepaskan! Lepaskan aku!"
"RANYA!!"
Deg! Perasaan Ran yang rapuh ditambah dengan bentakan Kenzo barusan membuat emosinya meledak. Dia menangis. "Kamu membentak ku..hiks..apakah sebesar itu kesalahanku? Aku hanya ingin melakukan yang terbaik untukmu..hiks..aku sangat merindukanmu. Aku.. ingin cepat bertemu...dengan mu.. Tapi aku.. tidak tahu..bahwa kamu tidak suka.. jika aku yang..menjemputmu.."
Kenzo menghela nafas. Sepertinya Ran ini salah paham dengan sikapnya. "Kemarilah."
Kenzo menarik Ran ke dalam pelukannya. "Aku hanya tidak suka jika kamu selalu terlambat makan. Aku tidak mempermasalahkan hal lain."
Ran masih sesegukan.
"Ayo tenangkan dirimu. Kita harus masuk ke dalam."
"Apa kamu..hiks.. juga akan makan?" Ran mengangkat kepalanya perlahan.
Sebenarnya di pesawat tadi sang pramugari sudah membagikan makan siang. Tapi karena terlalu sibuk mengurusi dokumen, Kenzo sama sekali tidak menyentuhnya. Dia jadi malu sendiri. Dia marah kepada Ran karena selalu menganggap remeh kesehatan yang padahal dia sendiri juga begitu.
"Kenzo?"
"Hm, aku akan makan bersamamu." Jawab Kenzo sambil mengusap pipi sang istri yang basah.
***
Di dalam restoran ternyata mereka kedapatan barisan yang paling belakang. Kenzo agak menyesal menyadari nama restoran tersebut. Ternyata itu adalah restoran yang sedang populer belakang ini, makanya ada banyak pengunjung yang berdatangan meski waktunya bukan jam makan siang lagi.
"Duduklah. Biar aku yang pesankan makanannya."
Tapi Ran menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Baiklah. Terserah dirimu saja."
Mata Kenzo beralih ke daftar menu yang ada pada layar LCD supaya saat memesan dia tinggal menyebutkannya. Dia terlalu fokus sampai tidak sadar Ran menggandeng lengannya. Namun dia tidak protes. Dia membiarkan wanita itu menyentuhnya.
"Selamat datang. Ingin memesan apa Tuan.. Nyonya..?" Sapa sang kasir saat tiba giliran mereka.
Kenzo pun menjawab dengan menyebutkan nama - nama menunya. Setelah itu dia membayarnya menggunakan kartu dikarenakan dirinya baru pulang dari luar negeri sehingga tidak ada sepeserpun uang tunai yang tersimpan di dompetnya.
"Baik. Mohon tunggu sebentar."
Setelah menunggu, akhirnya pesanan mereka siap dan Kenzo membawanya menuju tempat duduk kosong diikuti oleh Ran yang membuntutinya di belakang.
"Selamat makan."
Kenzo melirik Ran yang duduk di depannya. Wanita itu terlihat bersemangat melahap makanannya. "Makanlah perlahan. Perutmu bisa sakit jika terburu - buru begitu."
Ran menurut. Dia memperlambat gerakan mengunyahnya sambil memperhatikan Kenzo diam - diam. Makan bersama dengannya di luar seperti ini rasanya mereka seperti sedang berkencan. Dia sangat senang. Akhirnya dia bisa merasakan kencan sungguhan dengan Kenzo. Sejujurnya dia telah lama menantikan moment ini.
Kencan pertama kita. Ran menyentuh dadanya yang berdebar - debar.
"Pfttt..imutnya.."
Kenzo mengangkat kepalanya dengan wajah penuh tanda tanya ketika tiba - tiba mendengar Ran tertawa kecil.
Ran mengambil tisu dan mengusap mulut sang suami yang berantakan dengan saus. "Haruskah aku membersihkannya dengan mulut juga?" Canda Ran yang diselipkan dengan godaan.
Kenzo membulatkan matanya terkejut. Berani sekali sang istri berbicara selantang itu di depan umum. Apalagi disekitar mereka ada banyak orang yang memperhatikan. Tapi bukannya malu, dada Kenzo justru berdebar. Aneh. Apakah dirinya sedang terbawa suasana karena jika dilihat lebih dekat Ran memiliki paras yang sangat cantik? Apalagi ketika dia tersenyum dengan kedua pipinya merona merah seperti dihadapannya saat ini.
"Selesai~ Hm? Mengapa melihatku begitu?" Ran keheranan melihat sang suami yang terdiam menatap ke arahnya selama beberapa detik.
"Apakah aku terlihat cantik?" Ran yang terlalu percaya diri menyentuh kedua pipinya dengan tangan.
"Ya. Cantik..."
Ran mengedipkan kedua matanya berkali - kali. Dia tidak menyangka dengan apa yang didengarnya barusan. Kenzo... memujinya? Ini mimpi, bukan?
"Ma..maksudku...." Kenzo yang salah tingkah menjadi gelagapan. "A..aku.. "
Ran tersenyum. Dia memajukan wajahnya dan mengecup bibir Kenzo. "Terima kasih atas pujianmu. Aku senang mendengarnya."
Bagaimana reaksi Kenzo? Pria itu mematung membuat Ran tertawa gemas dalam hati.
"Ayo kita habiskan makanannya. Perjalanan bisnismu pasti melelahkan. Setelah ini beristirahatlah yang banyak di rumah."
"A..ah..hm..ya.."
"Nanti biarkan aku yang menyetir. Akan bahaya jika membiarkanmu menyetir."
Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang memperhatikan dari kejauhan di luar restoran. Kebetulan posisi mereka berada di dekat kaca sehingga bisa terlihat dari luar. Orang tersebut mengepalkan tangannya kuat - kuat ketika melihat moment kemesraan pasangan suami istri itu.
"Bukankah kamu bilang kamu tidak tertarik padanya? Tapi mengapa sekarang kamu mengkhianati perkataanmu sendiri?" Kris merapatkan gigi menahan amarah. "Wanita itu. Lihat saja. Aku tidak akan membiarkan Kenzo padanya."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)
RomanceMemiliki suami yang tidak percaya akan adanya cinta yang tumbuh dalam kehidupan antar lawan jenis? Bagaimana kelanjutan hubungan ini? Apakah pernikahan yang telah dibangun selama 5 tahun akan kandas? Atau memilih untuk tetap bertahan demi keluarga? ...