Bab 2

45.5K 971 14
                                    

SELAMAT MEMBACA ^_^

Jangan lupa vote agar Author semangat update😘

Besok paginya Ran yang tertidur dengan posisi berbaring miring di pinggir ranjang tanpa selimut terbangun membuka mata perlahan karena mendengar pintunya diketuk dari luar.

"Nyonya, apakah Anda sudah bangun? Tuan sudah menunggu Anda di meja makan."

Namun setelah beberapa detik menunggu sang pembantu yang ada di depan kamar Ran yang tidak mendapat jawaban dari dalam langsung turun ke lantai bawah untuk melapor pada Kenzo.

"Nyonya sepertinya belum bangun, Tuan."

"Baiklah, Anda bisa kembali bekerja."

Setelah sang pembantu kembali ke dapur, Kenzo berjalan ke tangga hendak menyusuli sang istri ke kamar. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok Ran telah muncul menuruni tangga dengan wajah sembab habis menangis semalaman.

"Kamu menungguku sarapan? Untuk apa? Bukankah kita adalah suami istri palsu?"

Spontan Kenzo langsung mencengkram lengan Ran sambil melihat ke sekitar mereka berharap para pembantunya tidak berkeliaran disana dan menguping.

"Jangan membuatku marah lagi. Ayo makan!"

Tatapan Kenzo yang begitu dingin membuat hati Ran kembali bersedih. Lalu dia diseret ke ruang makan tanpa dipedulikan rintihan kesakitannya karena ternyata Kenzo menariknya pada pergelangan tangannya yang terluka akibat semalam.

"Kasar! Sungguh kasar! Beginikah kamu memperlakukan istrimu sendiri?"

Kenzo tidak menanggapi perkataan Ran. Setelah mendudukinya di kursi, dia mengambil jas beserta tas kantornya dan pergi tanpa berpamitan. Ya, mungkin lebih baik dia cepat pergi sebelum Ran kembali berbicara yang aneh - aneh seperti semalam.

"Dasar sialan!"

Ran meraih pisau makan dan melemparnya ke arah Kenzo yang sudah menghilang dari balik tembok seiring dengan tangisannya yang memecah karena kesal.

"Hikss..hikss.. memang lebih baik kita bercerai saja.."

***

Ran menatap jalanan yang berada diluar jendela. Dia tidak sadar sudah melamun selama hampir 10 menit sebelum sebuah tangan menepuk pundaknya yang membuatnya mengerjapkan mata kembali tersadar dengan dunia nyata dimana dihadapannya sekarang tampak seorang wanita cantik yang seumuran dengannya yang terduduk dengan poni dan rambut pendek yang diikat yang menatapnya dengan wajah khawatir.

"Ada apa? Apa kau sedang ada masalah?"

Kemudian dia menyipitkan matanya dengan curiga ketika Ran hanya menjawab dengan senyuman dan gelengan kepala.

Sejujurnya sejak awal dia sudah memperhatikan sahabatnya itu yang tampak tidak fokus saat mereka tengah berbincang mengenai bisnis yang sudah mereka jalani bersama beberapa tahun belakangan ini.

"Aku tahu kamu sedang menutupi sesuatu. Cerita saja padaku." Dia yakin masalah yang dialami Ran berhubungan dengan matanya yang sembab meski dia sudah menutupinya dengan riasan.

Ran awalnya ragu, namun melihat Sunny yang mengangguk meyakinkan membuatnya lebih berani untuk mengungkapkannya.

"Aku ingin cerai dari Kenzo."

"Cerai? Tiba - tiba saja?"

"Benar. Aku hanya berpikir jika aku terus mempertahankan pernikahan ini justru akan percuma. Aku merasa aku semakin menderita."

Sunny diam sejenak, lalu berbicara. "Apa suamimu itu masih dengan kekasih gay-nya?" Selain Ran, dia adalah orang kedua yang mengetahui hal ini.

Ran mengangguk kemudian menjatuhkan kepalanya dengan lesu ke atas meja sambil menghela nafas. "Aku gagal membuatnya jatuh cinta padaku."

"Apa kau sudah memikirkan hal ini dengan matang? Apa kau sungguh yakin solusi terakhir adalah bercerai?"

"Aku tidak tahu. Aku hanya merasa jika kami bercerai, kami bisa sama - sama bahagia. Dia bisa bersama dengan kekasihnya dan aku bisa menikah dengan pria normal yang bisa mencintaiku sepenuh hati."

"Kau sangat mencintai Kenzo. Apa kau bisa melupakannya secepat itu setelah kalian bercerai?"

Ran pun terdiam. Baginya kalimat barusan terdengar masuk akal. Meskipun pernikahannya didasari perjanjian kedua pihak keluarga, namun seiring berjalannya waktu Ran semakin tenggelam dalam cintanya pada Kenzo. Tapi dia belum bisa memastikan alasannya. Entah karena sikap Kenzo yang diam - diam perhatian atau .... permainan Kenzo saat memuaskan dirinya (?)

Sunny mengangkat kepala Ran agar dia bisa menatapnya. "Jangan menyerah begitu. Aku yakin, jika kau bertahan sedikit lagi Kenzo pasti akan berubah."

"Aku tidak yakin, Sunny."

"Kau harus yakin, Ranya." Sunny menoleh ke arah tasnya. Lalu dia mengambil sesuatu dari dalamnya yang ternyata sebuah buku. "Untukmu. Bacalah."

"Apa ini?"

"Panduan sex."

Ran yang terkejut langsung menutup mulutnya dan menumpuk buku tersebut di bawah kertas - kertas yang berserakan di meja. Bola matanya bergerak begitu panik melihat sekitar. Untung saja semua pegawai mereka sibuk dengan pelanggan.

"Sunny! Mengapa... mengapa kau bawa - bawa buku seperti itu?"

Tawa Sunny pecah melihat reaksi Ran yang berbisik - bisik panik seperti anak di bawah umur yang takut terpergok orang tuanya memegang buku terlarang.

"Jangan menertawaiku begitu. Kau tidak sadar apa yang sedang kau berikan barusan padaku?" Protes Ran dengan bibir yang memanyun.

"Aku tahu. Buku panduan sex." Sekali lagi Sunny memperjelasnya dengan lantang membuat Ran melolot kesal. "Tidak perlu bereaksi berlebihan begitu. Kita kan sama - sama sudah dewasa dan menikah. Menurutku wajar saja jika kita membahasnya."

Ran menepuk keningnya sendiri. Dia juga tahu. Tapi setidaknya Sunny membahasnya di ruangan pribadi jika ingin membahas hal seintim ini.

"Tapi, mengapa kamu memberiku ini?"

"Tentu saja untuk kau pelajari."

Sunny tersenyum kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Ran yang terbengong dan berbisik. "Rahasia mempertahankan pernikahan. Sekaligus membantu Kenzo kembali ke jalan yang benar."

TBC

My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang