Bab 54

6.7K 536 54
                                    

SELAMAT MEMBACA ^_^

Jangan lupa vote agar Author semangat update 😘

"Hoekk.. " Di pagi hari ini Ran sudah beberapa kali muntah di kamar mandi. Entah apa yang membuatnya seperti ini.

Tok. Tok. Tok. Di luar, Kenzo mengetuk - ngetuk pintu kamar mandi karena khawatir melihat Ran yang tiba - tiba saja berlari ke kamar saat mereka akan sarapan.

"Ran? Apa kamu baik - baik saja di dalam?"

"Hoeekkk.. hoeeekk.." Bukannya jawaban, namun malah suara muntahan Ran yang terdengar dari dalam.

Kenzo semakin khawatir. Dia menekan gagang pintu dan mencoba mendobraknya, namun gagal.

"Ranya! Buka pintunya!"

Krek. Akhirnya pintu pun terbuka. Sambil memegangi perutnya, Ran berjalan keluar.

"Aku baik - baik saja, Kenzo. Jangan khawatir."

Kenzo memandangi Ran dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lalu dia mengangkat wajah Ran agar dirinya bisa melihat. "Bagaimana aku tidak khawatir? Lihatlah wajahmu sangat pucat. Dan juga tubuhmu terlihat lemas."

"Aku akan membawamu ke rumah sakit." Kenzo menggendong tubuh Ran namun wanita itu memberontak turun.

"Tidak perlu. Mungkin aku hanya kebanyakan makan kemarin. Setelah aku minum obat mual pasti akan sembuh sendiri."

"Tapi..."

"Kenzo." Ran mencengkram lengan Kenzo agar pria itu berhenti membantahnya. "Lebih baik kamu cepat sarapan sekarang. Kalau tidak, pasti akan terlambat ke kantor."

Kenzo akhirnya menurut. Namun dengan terpaksa. Dia menarik Ran duduk di tepi kasur.

"Kamu istirahat saja disini. Aku akan menyuruh bibi membawakan air hangat."

Ran hanya mengangguk.

Kenzo keluar dari kamar dan menuruni tangga. Di lantai bawah dia mencari pembantunya yang bertugas di dapur untuk memintanya membawakan air hangat ke Ran.

Sedangkan di kamar, Ran sibuk mencari obat antimual di setiap laci meja sebelah ranjang. Namun hasilnya nihil.

Dia pun beralih ke lemari baju dan mencari kotak P3K yang biasa disimpan disana. Setelah ketemu, Ran mengeluarkannya. Dia membuka kotak tersebut dan mengacak - acak isinya. Namun hasilnya tetap sama.

Ran menghela nafas. "Jangan - jangan obatnya habis dan lupa aku beli lagi."

Saat memasukkan kembali kotak P3K di lemari, tiba - tiba saja sebuah kotak kecil jatuh ke lantai. Ran segera mengambilnya.

"Alat tes kehamilan?" Ran berpikir sejenak. Dia teringat bahwa dia membeli alat tersebut tepat setelah pulang dari Paris. Hal itu didasari atas rekomendasi dari Sunny. Katanya untuk persediaan di rumah karena Ran dan Kenzo mulai aktif berhubungan intim.

Ran mengerutkan alis. Hatinya seketika menjadi ragu. Apakah mual yang dia rasakan merupakan tanda kehamilan atau hanya masalah pencernaan? Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba, bukan?

Ran mengangguk - angguk sendiri. Setelah itu dia berjalan ke kamar mandi dan mulai melakukan pengetesan.

***

Tuuut. Tuuut. Tuuut. Bunyi yang berasal dari ponsel yang sedang melakukan sebuah panggilan ke seseorang.

"Hallo?" Terdengarlah suara wanita dari dalam ponsel.

"Sun-ny... a-apa-kah a-ku bi-bisa ikut de-ngan-mu ke ru-mah s-sa-kit ha-ri ini?"

"Ada apa denganmu? Mengapa perkataanmu terbata - bata begitu?"

Ran mengatur nafasnya mencoba menenangkan diri dari kegugupan. Matanya terus melirik ke alat tes kehamilan yang ada di tangan kanannya.

"Ran?" Tegur Sunny karena tidak ada respon dari Ran.

"Bisakah?"

"Kamu ingin ikut ke rumah sakit denganku? Apakah kamu sakit?"

"Aku ingin memastikan sesuatu."

"Memastikan apa?"

"Nanti aku akan ceritakan disana. Sekarang apakah aku boleh ikut, Sunny?"

"Y-yaa. Boleh."

***

Sunny, Taka dan Raiden duduk di kursi lorong rumah sakit. Mereka sedang menunggu antrian dokter kandungan yang akan memeriksa kandungan Sunny.

"Oh? Ran." Sunny mendapati Ran yang berjalan tergesa - gesa ke arah mereka. Namun dia jadi khawatir melihat raut wajah Ran yang pucat.

"Apakah kamu sakit, Ranya? Wajahmu terlihat pucat sekali." Tanya Taka.

"Benar. Kamu baik - baik saja, kan?" Tanya Sunny.

Ran menggeleng pelan. Kemudian dia duduk di sebelah Sunny dan mengeluarkan alat tes kehamilannya.

"Hiks.. aku..aku tidak tahu apakah..hiks ini benar?" Entah mengapa tiba - tiba saja Ran terisak. "Aku.. aku sungguh.. gugup.. hiks.. bagaimana ini?"

Sunny mengambil alat tersebut dan memperhatikannya. Lalu menoleh kr arah Taka sambil menutup mulut dengan mata yang membulat.

"Hiks..hikkks.. aku.. tidak tahu..apakah alat itu.. akurat? Hikss... jadi aku.. menelponmu..dan..meminta untuk ke.. rumah sakit.. bersama."

"Sebentar. Jadi kamu meminta ikut ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan disini? Untuk memastikan apakah kamu benar - benar hamil?" Tanya Sunny panjang lebar.

Ran hanya meresponnya dengan anggukan.

"Ya ampun." Sunny tertawa kecil. "Apa yang harus kamu periksa lagi disini? Alat ini tidak salah. Kamu sungguh hamil, Ranya."

"Benar. Alat ini tidak mungkin salah. Sunny sudah dua kali memakainya saat mengandung Raiden dan adiknya." Taka tersenyum. "Jadi, kamu sungguh hamil anak Kenzo."

Sunny ikut tersenyum. Tangannya menghapus air mata Ran yang mengalir di kedua pipinya.

"Selamat, ya. Akhirnya kalian punya baby."

TBC

My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang