SELAMAT MEMBACA ^_^
Jangan lupa vote agar Author semangat update😘
Keesokan harinya Kenzo pulang. Jasnya terlihat sangat rapih meskipun dasinya tidak terpasang. Dia memang sengaja memperbaiki penampilan agar orang - orang di rumah tidak curiga.
"Tuan? Anda baru pulang?" Seorang pembantu yang ada di ruang tengah yang sedang membersihkan perabotan menyapanya.
Kenzo hanya mengangguk. Namun ketika melewati ruang makan, dia berhenti. Dilihatnya meja yang masih tertata rapih dan penuh dengan makanan.
"Tuan Kenzo, Anda sudah pulang rupanya." Seorang pembantu yang ada disana mendekat. "Apakah Anda ingin makan dulu?"
Kenzo melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul 10 pagi. Tapi mengapa makanan di atas meja masih utuh? Herannya dalam hati.
"Apakah Ranya tidak makan?"
"Nyonya.."
"Ada apa?"
"Nyonya daritadi tidak keluar kamar, Tuan. Saya sudah mencoba mengetuk kamarnya berulang kali namun tidak ada jawaban."
"Mengapa bibi tidak membuka kamarnya secara paksa?!" Kenzo terlihat marah. Selama ini dia tidak pernah membiarkan istrinya itu terlambat makan ketika dirinya sedang berada di rumah. Jika terlambat, maka dia akan menyuruh pembantunya untuk memanggil Ran atau Kenzo sendiri yang memanggilnya.
"Ma-maafkan saya, Tuan."
"Ck!" Kenzo membanting tasnya ke lantai dan menaiki tangga menuju kamar Ran yang letaknya berhadapan dengan kamarnya.
"RANYA! BUKA PINTUNYA! RANYA!" Kenzo menggedor - gedor pintu kamar Ran. Namun tidak dibukakan. Saat dia berniat mendobraknya, tiba - tiba pintu terbuka dari dalam dan Ran keluar berhamburan memeluknya.
"Kenzo! Hikss..mengapa kamu tidak pulang semalam? Hikks.. hiks.. aku takut..semalam aku bermimpi..kamu bersama kekasihmu...hikss..Kenzo.. aku salah, kan? Kamu...kamu tidak bersamanya, kan?"
Kenzo melepaskan pelukan dan dilihatnya wajah Ran yang dua kali lebih sembab dari yang kemarin.
"Kenzo..jawab aku.."
Melihat reaksi Kenzo yang terdiam, Ran tahu jawabannya. Dia pun berjongkok sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Kembali menangis tanpa bersuara. Sejujurnya dia sudah lelah. Percuma juga jika dia menunjukkan kesedihannya, Kenzo tidak akan pernah mengasihaninya dan mengerti perasaannya. Hatinya terasa sakit seperti ditusuk - tusuk oleh benda tajam.
"Bibi! Bibi!!"
Dengan tergesa - gesa seorang pembantu naik ke atas menghampiri mereka. "Ya, Tuan?"
"Ambilkan handuk dan air dingin."
"Baik, Tuan."
"Satu lagi. Suruh yang lainnya panaskan makanan yang ada di meja makan. Lalu antarkan ke kamar."
"Baik, Tuan."
Kenzo menarik tangan Ran masuk ke dalam kamar dan mendudukinya di pinggir ranjang. Ketika sang pembantu kembali dengan baskom dan handuk, dia langsung menyiapkan kompres.
Sang pembantu yang diam - diam memperhatikan Ran bertanya. "Nyonya.. Anda.. baik - baik saja?"
"Jangan beritahu keluargaku ataupun keluarganya." Ucap Kenzo dengan dingin dan terkesan mengancam. "Biar aku sendiri yang akan selesaikan masalah ini."
"Bb..baik..Tuan."
"Pergilah. Lanjutkan pekerjaan bibi kembali."
"Baik, Tuan." Sang pembantu yang ketakutan buru - buru keluar. Tidak lupa dia menutup pintu kamar kembali.
Kenzo mengambil posisi jongkok di depan Ran. Saat dia hendak mengompresinya, tangannya ditepis.
"Aku bisa melakukannya sendiri."
"Jangan banyak tingkah."
Ran langsung memalingkan wajah yang membuat Kenzo menghela nafas kesal. "Ranya! Jangan membuatku semakin marah padamu."
"Mengapa? Mengapa kamu yang marah kepadaku?" Ran yang tersinggung menatap Kenzo dengan marah. "Bukankah seharusnya aku? AKU LAH YANG SEHARUSNYA MARAH KARENA DI TINGGAL SUAMI YANG ASIK BERMESRAAN DENGAN KEKASIHNYA!"
"APA KAMU PERNAH MENGERTI PERASAANKU, KENZO?" Ran menggeleng. "TIDAK! TIDAK SEDIKIT PUN KAMU MENGERTI BETAPA SAKITNYA HATIKU!" Ran bangkit dan pergi keluar.
"Ranya! Sshh.."
Kenzo yang hendak mengejar meringis memegangi bokongnya yang sejak awal dia tahan. Sekarang dia tidak bisa berpura - pura lagi. Rasa sakitnya semakin menjadi - jadi, meskipun Kris sudah mengolesi krim pereda nyeri. Bahkan sampai ke usus besarnya. Entah bagaimana keadaan lubangnya sekarang.
Dengan susah payah Kenzo berdiri dan berjalan ke kamarnya. Dia melucuti seluruh pakaiannya dan mandi. Di bawah shower, dia perlahan menggosok tubuhnya dengan spons yang sudah dilumuri sabun. Untungnya Kris tidak meninggalkan bekas pada bagian leher. Ini sudah menjadi kesepakatan mereka di setiap percintaan panas yang mereka lakukan.
"Shh.."
Kuku Kenzo mencakar dinding kamar mandi menyalurkan keperihannya saat dua jarinya dimasukkan ke dalam lubangnya. Dia bermaksud membersihkannya dengan cara mengeluarkan benih Kris yang masih tertanam disana. Tapi, ternyata yang keluar selain benih Kris yang berwarna putih ada juga bercak darah berwana merah.
Kenzo memucat. Meskipun semalam Kris tidak jadi memasukkan miliknya bersamaan dengan alat seks, namun dia menidurinya dengan ganas dan menggebu - gebu. Mungkinkah karena hal itu lubangnya menjadi robek? Sepertinya setelah ini dia harus memeriksanya ke dokter.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beauty Husband (Sedang Proses Revisi Dan Penamatan)
RomanceMemiliki suami yang tidak percaya akan adanya cinta yang tumbuh dalam kehidupan antar lawan jenis? Bagaimana kelanjutan hubungan ini? Apakah pernikahan yang telah dibangun selama 5 tahun akan kandas? Atau memilih untuk tetap bertahan demi keluarga? ...