7. MUNGKINKAH ITU ANCAMAN?

954 70 0
                                    

-RAHADES-

Witt Lowry, Ava Max-Into your arms

7. MUNGKINKAH ITU ANCAMAN?

Setelah Regi pergi dari taman belakang, diikuti teman-teman Rahades. Sherly masih diam berdiri di samping Rahades yang membuatnya kesal setengah mati. Lengannya sedari tadi masih digenggam erat oleh cowok itu.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Sherly.

"Bokap lo,"

"Ayah kenapa?!"

"Beliau masuk Rumah Sakit Putra Waspada."

Deg..

Hatinya seakan hampir keluar mendengar ucapan dari Rahades. Ia terdiam, dadanya naik turun.

"Sher?"

Sherly melihat ke arah Hades dengan mata yang berkaca-kaca. "A-ayah kenapa? Sakit?"

Rahades merasa aneh saat Sherly melihat ke arahnya dengan tatapannya yang seperti itu. "Ka-kata bokap gue, jatuh dari tangga di kantor bokap lo." Jawab Hades pelan melihat ke arah lain, saat sadar kalau tangannya masih menggenggam pergelangan Sherly.

Sherly malah memegang lengan Hades membuat cowok itu tambah kikuk. "Tolong anterin aku kesana!" Air matanya turun sampai ke pipi, hal itu langsung disadari oleh Rahades.

"Kalau gitu jangan nangis! Dikira gue ngapa-ngapain lo ntar! Lagian katanya be-beliau udah gapapa, cuman keseleo dikit."

"Aku nggak peduli, anterin aku kesana!" Kekeuh Sherly.

"Iya-iya! Dasar bocil!"

*****

"AYAH!!!" Teriak Sherly setelah masuk ke ruangan 109, kamar rawat inap milik Marga.

"Astaga Sherly... kamu apa-apaan ini rumah sakit!" Kesal sang ayah karena Sherly yang baru datng sudah teriak-teriak.

"Kakak kan memang begitu Yah, udah biasa!" Jawab Cheril memajukan bibirnya.

Rahades mengikuti Sherly dari belakang gadis itu, dan berdiri di samping Ares dan Diandra.

"Maafin Sherly, ya Pak Ares," Ujar Marga melihat kedua orang tua Hades.

Sherly memagang kedua lengan Marga, ia dengan teliti melihat ke seluruh badan Marga. "Ayah! Yang mana yang sakit? katanya ayah jatuh dari tangga? Kok bisa? Siapa yang bersih-bersih pagi itu, pasti ngepelnya nggak dikeringin dulu! Gimana sih!"

"Sherly! Malu." Ujar Marga pelan. Marga hanya tersenyum canggung ke arah Ares. Ares yang melihat hal itu ikut meyunggingkan bibirnya.

Diandra tertawa pelan. "Ternyata Sherly anaknya lucu juga ya, Pah." Ujarnya pelan.

"Iya Mah, makin setuju kalau dia jadi menantuku. Tapi sayang, sepertinya memang Sherly gamau berubah pikiran." Jawab Ares. Sherly hanya bisa mengerjabkan matanya beberapa kali, bingung ingin menjawab atau tidak.

Ares berjalan mendekati Sherly, memegang lengan gadis itu lembut. "Sherly ikut Om sebentar, boleh? ngobrol kecil."

Sherly melirik ke arah Marga. "Cuman ngobrol, masa mau kamu tolak kayak lamaran, jahat banget kamu, Sher!"

RAHADESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang