24. SEPI

726 64 5
                                    

-RAHADES-

Merasa Indah-Tiara Andini

24. SEPI

Hari sudah berganti di senin pagi tanpa sepengetahuan Sherly. Gadis manis yang terlihat lelah dan matanya yang sayu itu tak bisa terlelap dengan nyenyak dalam tidurnya seperti biasa. Malam yang dilaluinya sendiri membuatnya tak bisa mengistirahatkan tubuh. Malam panjang membuatnya harus mengirim ratusan panggilan untuk seorang laki-laki yang dua hari ini membuatnya khawatir, pesan demi pesan tak terbaca sudah menumpuk dikirimnya. Ia sadar akan kesalahannya tapi harinya tak mungkin berhenti begitu saja, ia harus kembali ke aktivitasnya.

Seperti pagi ini ia harus duduk mendengarkan materi kimia yang dijabarkan oleh seorang guru muda di depan. ia sama sekali tak memperhatikan apapun selain handphone yang berada dalam genggamannya itu. wajahnya yang melamun membuat Beby menyikut Sherly pelan, sahabatnya itu ikut khawatir akan keadaan Sherly.

"Jangan melamun Sher!" Bisiknya pelan.

Sherly yang kelabakan menatap Beby kaget. "O-oh," lirih Sherly dan membuka notifikasi hpnya kembali untuk mengecek sesuatu.

"Nanti gua bantu cariin ke markas. Jangan terlalu dipikirin, oke?" tenang Beby sedikit meyakinkan Sherly.

Sherly mengangguk lemah. Ia sudah tau kalau kemungkinan Rahades tidak ada di sana karena pagi ini ia kesana namun hanya ada beberapa anak Skull Bulldog yang berbincang-bincang. Bahkan setelah bertanya pun mereka hanya menjawab 'Sudah dua hari Bos ga ke markas.'
Ia langsungn patah semangat karena hal itu dan membuat perasaannya campur aduk dari pagi.

"Lo nanti ke kelasnya Bang Hades?" Tanya Beby menengok ke arah Sherly.

Sherly mengangkat kepalanya dari hp untuk mengangguk sekilas dan menundukkan kepala lagi.

"SHERLY!"

Teriakan seseorang membuat Sherly mendongak dengan cepat, ia melotot saat ada guru yang sudah berada di depannya. Gadis itu mengumpat pelan dan tersenyum canggung. "Mati aku." lirihnya.

"Kamu main hp di jam pelajaran saya?" Tanya guru itu, dia adalah Pak Billy. Guru muda yang terkenal tegas karena ia menjabat sebagai kesiswaan di awal tahunnya di angkat menjadi guru. Bukan rahasia lagi kalau banyak murid yang sering kena semprot walaupun sudah berhati-hati.

Sherly menggaruk tengkuk lehernya sambil menunduk. "Iya Pak."

Pak Billy menghela napasnya pelan. "Biasanya kamu tuh ga berani buat bandel di kelas saya, kenapa tiba-tiba kayak gini?" Pak Billy mengambil hp dari tangan Sherly. Sherly terlihat sedikit kaget. "Kamu ke ruang TU, minta surat permohonan maaf, isi dan taruh di meja saya. Itu untuk peringatan kamu yang pertama. Ngerti?" Jelasnya tegas.

"Baik Pak." Sherly berdiri sambil melirik Beby.

"Nanti gue susul!" Ucap Beby pelan. Sherly hanya tersenyum kecil.

"Kamu mau ikut Sherly, By?!" Suara Pak Billy meninggi membuat Beby kaget.

"Kaga Pak, kan ntar lagi istirahat. Ya nanti lah, nunggu Bapak keluar."

"Oh, kamu pengen saya keluar cepet-cepet. Gitu?!"

Beby menepuk jidatnya sendiri. "Udah Pak ngomongnya, mending ngajar lagi. Saya bakalan dengerin."

RAHADESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang