48. Rumah nyaman yang terlupakan

146 9 3
                                    

-Rahades-

-Rahades-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

48. Rumah nyaman yang terlupakan

"Jadi, besok lo bakal ke sekolah buat mengundurkan diri, Ly?" tanya Virgo berterus terang. Ia menatap Sherly setelah melirik Rahades.

Sherly mengangguk mantap. "Itu pilihan Sherly, Kak. Dan itu memang sudah Sherly pikirkan matang-matang untuk memilih keluar sekolah." ungkapnya.

"Lo tau kan, apa aja konsekuensinya." Raksa ikut berkomentar.

Mereka tengah mengobrol tentang bagaimana keadaan Sherly dengan kabar baru yang mereka dapatkan ini. Kaget, pastinya apalagi dengan umur Sherly yang masih sangat muda. Ia harus mendapatkan titipan dari tuhan yang, sepantasnya ia syukuri. Namun, tidak bisa disangkal semua orang khawatir dan menatapnya iba.

"Gue juga maunya keluar bareng Sherly." Ucap Rahades setelah sekian lama hanya diam.

Keduanya sebelumnya memang sudah mengobrolkan masalah ini, tapi Sherly menolak keinginan suaminya itu. "Aku nggak mau kamu ikutan keluar dari sekolah." tolak Sherly.

Rahades menundukkan wajahnya. Raut mukanya terlihat sedih. "Aku yang bikin kamu kayak gini. Apa mungkin aku biarin kamu yang nanggung semuanya?"

"Ujian kelulusan bentar lagi, nggak nanggung kalau keluar?" tambah Oscar.

"Udahlah, Mas. Nggak ada salahnya kok kamu lanjutin pendidikan. Sherly malah seneng bisa lihat kalian lulus bareng. Lagian, nanti kalau ada paket c aku bisa ikut lagi. Terus aku bisa lanjut kuliah lagi kan?" Sherly mencoba meraih tangan Rahades.

Napas Rahades terlihat berat. Namun, ia mengangguk menyetujui perkataan Sherly.

Sherly akhirnya tersenyum. Ia lega melihat Rahades yang mendengar perkataannya. "Kalau gitu, Sherly ke atas dulu ya? Sherly mau tidur sebentar." pamitnya dengan teman-teman Hades. Mereka mengangguk diikuti Rahades.

Sherly akhirnya pergi meninggalkan mereka dengan situasi yang entah kenapa terasa mencekam. Dingin dan suram lebih tepatnya.

Rahades mengusap wajahnya kasar. "Gue kebablasan." ungkapnya tiba-tiba.

Teman-temannya hanya bisa menutup mulut mereka rapat-rapat. Rahades melirik dari sela telapak tangan. Teman-temannya tidak memberikan respon. "Bajingan ya, gue? Orangtuanya udah nggak ada malah gue buat hamil."

"Lagian, pengaman yang paling penting. Gimana bisa lupa sih, Bos," ucap Oscar mendelik.

Virgo mengangkat bahunya acuh. Ia menyenderkan punggungnya di sofa. "Keturunannya Om Ares sih, gue udah duga bakalan kejadian. Orang dia aja lahirnya kebobolan."

"LO SAMA, YA!" Rahades melirik sinis Virgo. "Lo yang pernah hampir punya anak duluan dari gue, jangan ikut komentarin hidup gue! ... Gue sebenarnya sama sekali nggak nyesel. Cuma, gue nggak tega sama Sherly. Gimana kalau dia masih punya impian, dan gue rampas itu dari dia dengan dia yang besarin anak gue?"

RAHADESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang