Kisah Rahades Gema Lengkara
"Pertahananku hancur karena senyumanmu."
Rahades Gema Lengkara. Sosok otoriter di SMA Chircelion dan ketua dari Geng Skull Bulldog yang galak, kejam, dingin, egois, sombong bahkan semena-mena. Selain memiliki jabatan seor...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
halo temen-temen, pretty balik nih.. yang kangen koment di bawah yaa, ku tungguu reaksi kalian sama chapter iniii...
hayuu komentttttnyaaaa jann lupaaaaaaaa
46. Anak haram Ares
"Kalau gitu thankyou, Om Lio udah di bantuin cari riwayat transferan Om Ares." Raksa mengucapkan terimakasih kepada seorang laki-laki paruh baya yang menatapnya tulus dengan senyuman.
"Kalian berdua jangan aneh-aneh lagi setelah ini, Om takut kena semprot Ares. Paham? Memang apa yang mau kalian konfirmasi? Takut kalau Ares judi?" laki-laki itu menunjuk Raksa dengan terkekeh sebentar. Ia adalah Lionel, asisten pribadi Ares sekaligus sahabat Ares dari kuliah.
Dengan wajahnya yang datar Raksa mengangguk. "Iya, Raksa sama Hades cuman mau cari tau sesuatu, bukan hal penting juga. Raksa minta tolong jangan ngomong ke Om Ares, iya?" pinta Raksa.
"Om nggak bakal lapor kalau kamu kasih tau buat apa dulu.." Lio terlihat curiga.
Raksa melihat amplop coklat di tangannya. "Hades mau tau siapa yang selama ini selalu dikirimin uang sama Om Ares."
Lio bergumam sebentar. "Bukannya kamu tau siapa?" ungkapnya menyudutkan Raksa.
Raksa menatap Lio dalam diam.
"Om tau kamu tutupin hal itu dari Rahades selama ini, tinggal kamu nggak kasih semua kertasnya aja. Cari yang paling dibutuhin Hades udah cukup." ucapnya serius. Lio memegang pundak Raksa. "Ares akhir-akhir ini sering gelisah, Om tau itu ada hubungannya sama kalian. Jadi, Om minta jangan lakuin hal yang bakalan buat rugi kalian sendiri,"
"Om nggak perlu ikut campur." tukas Raksa. Ia selama ini memang selalu tanpa ekspresi, tapi sekarang ia terlihat gusar walaupun sendirinya sangat baik menutupi perasaan gaduhnya.
"Iya-iya, terserah kamu! By the way, Om tanya. Ares lagi berantem sama Diana? Mukanya ke kantor asem banget soalnya, Om jaga-jaga takut di semprot aja sih." tanya Lio.
Raksa mengangkat bahunya. "Raksa nggak tau."
Lio hanya mengangguk-angguk paham. "Kalau gitu, Om titip salam ke Mama kamu, udah lama nggak ketemu ... kayaknya terakhir kelulusan kuliah deh," Lio melirik Raksa. Suaranya memang terdengar seperti candaan, tapi bagi Raksa itu adalah peringatan. Memang benar laki-laki itu satu-satunya orang yang memperhatikannya selain Hades di Jakarta. Tapi itu semua hanya karena suruhan seseorang.
"Ibu baik-baik aja di desa." ucapnya tanpa merasa takut.
Melihat reaki Raksa yang tidak suka, Lio menarik ujung bibirnya. "Yaudah kalau gitu, Om mau ke cafetaria dulu. Om laper,"
Raksa hanya mengangguk pelan saat ditinggalkan oleh Lio di parkiran bassemen kantor Ares. Dirinya membuka amplop ditangannya, mengambil salah satu kertas. Meremasnya hingga berbentuk bulat tak beraturan dan membuangnya di tempat sampah.