Ada yang nungguin? Hihi
Selamat membaca♡
***
"Lily?"
Nafa mengucek matanya. Sinar mentari begitu terik ketika dia membuka mata. Semua jendela sudah terbuka, suara burung pagi pun sudah tiada. Kamarnya kosong, hanya ada dirinya. Aneh, ini tidak seperti biasanya.
Lily biasanya sudah berada di sampingnya setiap saat. Meskipun akhir-akhir ini majikannya bangun siang, bukan berarti pelayan itu harus ikut bangun siang juga, bukan?
"Oh? Kau sudah bangun?"
Anak kecil itu menguap. Telinganya merasa mendengar sebuah suara, tapi itu bukan Lily. Mungkin dia masih mengantuk, alhasil dia masih berimajinasi. Mimpinya semalam pun tak bisa dikatakan mimpi yang indah.
"Aku akan meminta pelayan mengambilkan sarapan. Sudah, berhenti mengucek matamu! Cepat cuci muka dan mandi!"
Tunggu, kenapa suara itu masih terdengar? Nafa merasa dia sudah sepenuhnya sadar. Dia berkedip singkat dan menatap ke arah sumber suara. Belum usai memproses, sebuah tangan besar terselip di antara ketiaknya.
"Kau?! Apa yang kau lakukan di kamar seorang Lady?!" teriak Nafa setelah melihat sepenuhnya orang tersebut.
Mata biru itu menatapnya datar. "Lady? Siapa? Kau? Aku tak yakin."
"Hah?! Kau ini! Turunkan aku!"
Zay mengabaikan pukulan ringan dari anak kecil di gendongannya itu. Dada bidangnya dilatih dengan keras. Kepalan tangan anak berumur tujuh tahun tentu bukan tandingannya. Langkahnya tegap dan lurus menuju kamar mandi yang tersambung dengan kamar milik Nafa.
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!"
Zay menatapnya polos. "Apa lagi? Memandikanmulah!"
Sontak saja, pipi Nafa memerah. Dia kembali memukul sang pangeran mahkota. "Dasar mesum! Tidak sopan! Biadab! Binatang! Lepaskan aku Pangeran Mesum!"
"Hah? Eh, tunggu dulu!"
Pukulan Nafa mulai tak terarah. Awalnya di tubuh, sekarang mulai menggila di bagian kepala pangeran. Dia juga mulai mencakar dan menjambak rambut hitam Zay. Penampilan yang susah-susah disiapkan hancur dalam sekejab mata.
Telak, Zay tak bisa menahannya lagi. Sifat memberontak sang Duchess membuat tangannya melepaskan gendongan. Nafa pun dengan cepat berlari dan bersembunyi di balik guci.
"Ah! Kamu ngapain, sih? Sakit tahu!" seru Zay menyentuh bekas cakaran serta kepalanya yang panas akibat jambakan Nafa.
"Kau yang ngapain!" Nafa membalas dengan galak. "Aku nggak menyangka kalau pangeran mahkota semesum ini. Apa kau tidak diajari tata krama?"
Kepala Zay miring. "Hah? Mesum? Kamu ngomong apa sih, sejak tadi? Aku ini sedang mencoba membantumu, tahu!" dengus Zay.
Yang kurang tata krama itu sang Duchess. Dia menawarkan bantuan bahkan secara cuma-cuma. Namun, malah luka yang didapatnya. Dia ini pangeran loh? Para gadis biasanya akan tersenyum saat bertemu dengannya.
"Bilang saja kalau modus! Kau hanya ingin melihat tubuhku, bukan?!"
Zay menghela napas. "Aku hanya ingin membantumu mandi. Aku tak ada niat lain, astaga. Untuk apa pula aku melihat tubuh anak-anak?! Kau pikir aku pedofil?!"
Nafa menatap ke arah tubuhnya. Ah, dia melupakan fakta jika dia menyusut menjadi anak kecil.
"Ta-tapi tetap saja! Aku nggak mau! Panggilkan Lily saja!" titah Nafa kekeh tidak mau disalahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Babysitter [END Masih Lengkap]
FantasyZay, pangeran mahkota yang menolak dijodohkan mengutuk tunangannya menjadi bayi! Sang tunangan yang tak terima memintanya untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Namun, sayangnya Zay tak tahu bagaimana caranya. Lantas, dia diminta untuk tanggun...