Part 34

163 17 0
                                    

Aaaa sorry banget baru update. Sebenerre Minggu" lalu udah nulis, tapi malah nggak kesave. Sebel dong saya. Mood nulisku udah susah banget muncul:')

Oke maap malah curhat.

Happy Reading!

***

"Apa maksudmu dengan Zayden menghilang? Katanya pergi menyelamatkan Nafa? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Raja melorotkan bahu ketika mendengar kabar yang dibawa oleh prajurit. Setelah perang usai, sang Raja kembali ke istana untuk mengambil kendali dan mempersiapkan penanggulangan perang. Setiap jamnya, selalu ada laporan yang muncul di ruang singgasana.

Kabar hilangnya sang putra di tengah kondisi berat seperti ini sangat membuatnya syok. Terlampau banyak masalah yang harus diatasi. Raja awalnya berharap Zay segera kembali dan membantunya membereskan masalah tersebut. Namun, putra semata wayangnya justru memberikan masalah baru.

Prajurit yang membawa selembar kertas itu semakin berkeringat dingin. "Benar, Yang Mulia. Ta-tapi, ketika pasukan pergi menuju gunung yang dimaksudkan, yang tersisa hanyalah bekas ledakan yang luar biasa besar. Sangking besarnya, hingga bisa menghilangkan sebuah gunung."

Raja semakin kaget mendengarnya. "Maksudmu putraku tewas?!"

"Bu-bukan begitu, Yang Mulia." Prajurit tadi semakin menundukkan kepala. "Karena tidak ada jejak manusia ataupun mayat, kami masih berusaha mencari keberadaan Pangeran Cruise dan pasukan yang membersamainya. Sementara ini, status Pangeran adalah orang hilang."

Meskipun tidak melunturkan rasa khawatirnya, sang Raja merasa sedikit lega. Dia pun lantas memerintahkan prajuritnya untuk melanjutkan penyelidikan.

"Itu pasti karma karena mengkhianati kerajaan."

"Atau mungkin Pangeran sengaja melarikan diri? Melepas tanggung jawab karena malu."

"Hush, kita sedang di hadapan Yang Mulia."

Percakapan para bangsawan yang sedang berkumpul di aula terdengar jelas. Suasana yang sepi, ruangan yang cukup luas, membuat suara menggema. Terdengar sengaja untuk menyadarkan sang pengasa Kerajaan Api ataupun untuk menghasut yang lain.

Namun, tanpa melakukan hal tersebut pun, kebanyakan sudah menyudutkan sang Pangeran Mahkota, Zayden. Ditambah dengan bumbu gosip, berita keburukan Zay menyebar luas hingga ke rakyat biasa. Kekuatan bangsawan dan rakyat berkumpul, semua menyudutkan sang Raja untu melengserkan posisi Zayden sebagai pewaris tahta.

"Baiklah, lanjutkan penyelidikanmu," titah sang Raja pada akhirnya.

Bohong kalau sang Raja tuli. Dia paling tahu keresahan rakyatnya. Namun, mau bagaimanapun, dia adalah seorang ayah. Pria tua yang mengkhawatirkan anaknya. Tidak ada yang dia harapkan selain keselamatan Zayden.

Sang ratu sudah pingsan sejak berita Zay menghilang pertama kali menggema. Wanita peramal itu pun semakin merasa terpuruk karena kekuatannya tidak bisa digunakan saat genting. Rumor yang memojokkan Nafa sebagai putri kerajaan pun membuat sang ratu semakin bersalah.

Raja sudah berulang kali menjelaskan jika itu bukan kesalahannya. Namun, hal itu tetap membuatnya kepikiran. Kalau saja Ratu tidak memaksa Nafa untuk datang dan menjadi calon mantunya, ini tidak akan terjadi. Perang tidak tercetus dan kehidupan Nafa akan tenang dari terpaan politik.

"Izinkan saya membantu mencari Pangeran Zayden, Yang Mulia."

Para bangsawan terdiam dan melihat sumber suara dengan wajah terkejut. Pria berambut pirang dengan tubuh kekar di balik pakaian kemeja bewarna merah miliknya. Menghadap Raja dengan penuh hormat dan senyum percaya diri.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang