Bab 43

142 13 0
                                    

Sorry lupaaaa
Yah, pokoknya ini udah mau ending wkwkwk

Happy Reading

***

Christhoper menggebrak meja. Menatap lurus ke depan, ini tatapan serius yang baru ditemui oleh semua orang. Bahkan para sohibnya merasa terkejut. "Aku akan kembali ke kerajaanku."

"Sama."

Kedua pangeran itu lantas menoleh ke arah Zayden yang masih terdiam cukup lama. Mereka tidak ada yang bertanya, hanya memilih untuk diam dan menunggu. Para gadis juga berusaha untuk tidak ikut campur.

"Mau ikut aku saja, Zay? Kau berhutang budi padaku kalau kau lupa," tawar Christhoper sedikit menyindir.

Zayden terkekeh sejenak. "Kau benar. Toh, aku sudah tak bisa melakukan apa-apa untuk kembali. Kalau boleh jujur, aku juga tak ingin menjadi raja."

"Ha? Kau serius?" kaget Rose mewakili yang lain.

"Iya. Aku menjadi pangeran mahkota saja rasanya sudah melelahkan. Setiap waktu pergerakanmu diatur, dikekang, seperti tak memiliki kebebasan. Lagipula, siapa yang bilang jika harus anak raja yang pertama yang menjadi penerus selanjutnya, bukan? Andai aku punya saudara, sudah pasti kuberikan gelar ini padanya. Paman Sam menurutku adalah orang yang cocok untuk menjadi penguasa. Mungkin caranya merebut agak sedikit licik, tapi aku yakin dia bisa memerintah dengan baik. Kerajaan Api butuh orang yang seperti itu," terang Zayden panjang lebar sembari menaruh gelas minumannya.

Dia lantas melirik pada Nafa yang menatapnya lekat. "Kau kecewa?"

Nafa justru tersenyum tipis. Dia menggeleng, "Tidak. Kau lebih cocok menjadi pria yang bebas. Kita sama-sama dipaksa menjadi penguasa oleh keadaan dan garis keluarga. Mungkin karena itu juga, aku berpikir untuk lebih baik hidup menjadi orang biasa."

"Tuh, kan! Kau memang yang paling pengertian, Naf!"

Zayden dengan girang memeluk Nafa tanpa peduli tatapan datar orang lain.

"Ah, mereka sudah baikan, ya?" gumam Rose. Dia menoleh kembali pada Christhoper yang memasang ekspresi tenang. Tak biasa, sebab lelaki itu lebih ekspresif dari kelihatannya. "Jadi, setelah kau kembali ke kerajaanmu, apa yang akan kau lakukan, Chisthoper?"

"Akan kutemui si Tua Bangka itu dan memaksanya bangun," sarkas Christhoper. "Enak saja, setelah puas mengirimku ke kerajaan lain dia malah tidur. Memangnya rakyatnya tidak butuh dia apa?"

Zayden melepas pelukannya. "Tidak usah tsundere begitu, Chris."

Christhoper mengamuk. "Ha?! Siapa yang kau sebut tsundere?" Tangannya menarik kerah kemeja hitam milik Zayden dan hendak memulai pertarungan. Namun, Satoru dengan cepat melerai keduanya, seperti kebiasaannya di akademi dulu.

"Intinya, Zay akan ikut Chris, begitu, kan? Aku ingin menolong juga, tapi sayangnya aku memiliki masalah sendiri." Satoru duduk diantara Zayden dan Christhoper untuk mencegah pertengkaran.

"Masalah apa yang akan menimpa pangeran mahkota yang serba sempurna ini?" sindir Christhoper menatap sinis Satoru yang memang dikenal dengan kesempurnaannya. Wajah tampan, nilai akademik yang seratus, fisik yang kuat, kemampuan pedang yang setara dengan sword master, dan sederet kesempurnaan yang lain.

"Ayah akan menjodohkanku."

"Kau pamer?"

"Bukan, Chris!" Kini, dia yang memukul kepala pangeran berambut pirang yang tak tahu diri itu. Gantian Zayden yang melerai keduanya. "Kau lupa jika aku ini perempuan yang menyamar?"

"Ah, calonmu nanti pastinya perempuan. Dan dia bisa saja tahu lalu membocorkannya," kata Rose yang ikut tegang.

Satoru menggaruk rambut panjangnya. Dia sudah lelah menipu, kini harus dihadapkan dengan perjodohan. Kenapa percintaan di lingkungan keluarga kerajaan selalu memusingkan?

"Ya sudah, kau saja, Risa! Kau gantikan perempuan yang akan menikahi Toru. Masalah selesai, bukan?" usul Christhoper sembarangan.

"Kau gila, ya? Memangnya aku lesbi? Namaku juga Rose, bukan Risa!"

"Kan cuma pura-pura. Yang penting Toru lolos dari perjodohan." Christhoper emang paling handal dalam memancing pertengkaran. Ucapannya yang blak-blakan dan asal tuding membuat orang emosi terhadapnya. Rose yang sudah tak sabar pun menarik rambut pirangnya tanpa ampun. "Agh! Sakit! Lepaskan, hei! Bunga Mawar!"

Mengabaikan perseteruan keduanya, Satoru masih dilanda kegalauan. "Tapi, kalau aku asal memilih gadis, Ayah bisa menolaknya dan tetap menjodohkanku."

"Memangnya kau dijodohkan dengan siapa? Anak seorang Duke?" tanya Zayden menepis tangan Christhoper yang meminta bantuan. Biar dia belajar menjaga mulutnya.

"Iya, dia Lady tercantik di Kerajaan Angin. Dia juga berada di puncak sosial berkat arahan ibunya. Cukup sulit mencari Lady yang bisa menandinginya."

Rose merasa puas setelah mencabuti beberapa helai rambut pangeran dari Kerajaan Air itu. Selama dia masih menjadi bangsawan, dia tidak mungkin bisa melakukannya. Namun, kini dia tinggal sebatang kara, status itu hilang bersama rumah dan kekayaannya. Kini, dia hanyalah seorang rakyat jelata yang tidak peduli dengan etika. Sedikt menyenangkan sebenarnya, dia tidak perlu lagi mementingkan kehormatan nama keluarganya lagi.

Samar-samar, dia mendengar ucapan putus asa dari Satoru. Dan dia tentunya tidak akan lolos dari kriteria untuk menjadi pengganti pengantinnya. Lalu, Rose mendapat ide. "Kenapa tidak kau saja, Fa?"

"Ha?"

"Yah, kau ini kan cantik, jarang-jarang ada perempuan berambut putih keperakan sepertimu. Lalu, statusmu sebagai mantan putri mahkota jelas lebih unggul dari Lady manapun. Kau dulunya juga seorang Duchees, itu bisa menjadi nilai tambah," terang Rose kembali duduk tenang.

"Hei, hei, hei! Dia sudah bertunangan denganku, ingat?!" Otot wajah Zayden mengeras hingga memunculkan perempatan jalan di sana.

"Kau juga sudah mati, ingat? Bagi orang luaran sana tentunya. Justru ini kesempatan yang bagus. Kalian ingin hidup seperti orang biasa, bukan?"

Di saat Zayden dan Nafa tidak mendapat jaringan untuk mencerna ucapan Rose, Satoru dengan kecepatan berpikirnya bertepuk tangan. Ini ide yang bagus dan bisa menyelamatkan semuanya.

"Ah! Jika aku bilang ingin menikahi Lady Antonia karena wasiat sahabatku yang sudah meninggal, Ayah pasti mengizinkannya!"

"Aku masih hidup!" protes Zayden lagi. "Kalau kau menikahinya, aku tidak bisa menikah dengan Nafa! Kau menikungku?"

"Bukan, Zay! Kau tetap bisa menikahi Lady Antonia secara diam-diam. Setelah urusanmu dengan Christhoper selesai, kau bisa ke Kerajaan Angin dan akan kujadikan sebagai asisten pribadi pemaisuri. Dengan begitu, kau bisa bersama Lady Antonia tanpa rasa curiga. Kau bisa tetap mempertahankan penyamaranmu begitu juga denganku. Bukankah ini jenius?!" usul Satoru menggebu-gebu.

"Kenapa aku merasa seperti seorang sampah?" gumam Nafa mendengar rencana perselingkuhan terselubung ini.

"Tunggu." Christhoper kembali dengan keadaan acak-acakan. Namun, dia masih mendengar semuanya. "Kau berencana mempertahankan identitas laki-lakimu selamanya?"

"Tentu saja! Jika tidak, saudaraku pasti akan menggulingkanku. Sampai aku resmi menjadi raja, aku tidak akan menyerah, Chris! Menjadi raja adalah satu-satunya yang diajarkan oleh orang tuaku." Tekad Satoru sudah bulat. Dia akan mencari semua peluang dan menyingkirkan kesempatan bagi orang lain yang ingin merebut posisinya.

"Jadi, bagaimana?"

Christhoper dan Rose terdiam. Mereka tidak memiliki hak untuk berbicara. Hingga akhirnya Zayden pamit dengan menggandeng Nafa keluar gubuk.

"Aku ingin berbicara dengan Nafa sebentar."

***

Nah lho gimana tuh:v
Agak nyeleneh tapi gpp keknya bagus yekan

Fiks, keknya tokoh utama di sini Christhoper wkwkwk

TBC...

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang