Bab 41

133 18 0
                                    

Hai. Selamat tahun baru:v
Oke telat banget. Gpp ini bab pertama di tahun 2023 :)

Happy Reading!

***

Pemuda berambut hitam nampak menolak pinggang dengan tangan kirinya. Tangan yang lain memijat grabella atau bagian di antara alis. Dia ke mari untuk menanyakan sebab kemarahan Nafa, justru Zayden yang akan terpancing amarahnya. Namun, dia harus tenang. Bisa-bisa mereka bertengkar dan masalah semakin runyam.

"Naf," panggilnya lembut. "Meskipun Toru memiliki rambut panjang yang sehalus sutra, bulu mata lentik, dan suara sedikit nyaring, bukan berarti dia lelaki."

"Kau barusan memujinya, Zay?"

Zayden menautkan alis. Heran dengan pertanyaan Nafa yang diikuti ekspresi lebih masam daripada sebelumnya. Dia salah ngomong lagi?

"Eng. Aw, kepalaku pusing banget."

Keberuntungan berpihak pada Zay, di saat genting, objek yang dibicarakan mengeluarkan suara merintih sembari memegangi kepala. Nafa dan Zayden dengan sigap membantunya untuk duduk dan memberinya minum.

"Terima kasih, Zay," ucap Toru tulus. Setelahnya dia melotot, "Zay?! Ka-ka-kau ... Zay? Hah?"

Kepala yang pusing akibat mabuk alkohol, ditambah dengan bentrokan informasi membuat otak Satoru hendak meledak. Dia menggoyangkan tubuh Zayden bahkan menamparnya dua kali.

"Hei!" Zayden meraih tangannya dan melintirnya ke belakang. Menubruknya ke arah kasur hingga sang empu meringis kesakitan.

"Zay! Apa yang kau lakukan? Dia masih sakit!" Nafa mendorong Zayden dengan tidak manusiawi ke arah tembok. "Kau tak apa? Maafkan orang gila barusan. Dia memang tidak tahu cara memperlakukan Lady dengan baik," tutur Nafa lembut seketika di hadapan cowok cantik itu.

"Hah? Lady?" Terlihat wajah Satoru yang menegang dan sedikit pucat. Namun, Nafa tak mengacuhkannya dan memberinya makan makan. Dia melayani Satoru dengan lembut dan hati-hati.

"Shhh. Naf, kau lupa aku juga sakit?" keluh Zayden mengusap bahunya yang berciuman dengan tembok barusan. "Terus, dia ini lelaki, Naf. Harus berapa kali kukatakan?"

Nafa menarik napas dan menatap Zayden dengan tatapan bosan. Telinganya bosan mendengar alibi lelaki yang tidak berdasar. Lagi-lagi caranya berbohong sangatlah buruk. Memancing jiwa iblis Nafa untuk keluar.

"Pangeran Cruise Zayden Denshaun, bisakah Anda berhenti mengatakan berita kebohongan? Selain menjengkelkan, itu juga hanya akan membuatmu semakin terlihat bodoh." Nafa melancarkan senyum manisnya pada Zayden. Salah satu cara halus menyinggung seseorang, dijamin ampuh karena kata-katanya langsung menusuk ke ulu hati.

"Hah! Kau barusan menyebutku menjengkelkan dan bodoh?" Zayden langsung bereaksi.

"Karena memang itu kenyataannya, Yang Mulia," balas Nafa menekan kata 'Yang Mulia'. "Atau Anda lebih senang jika saya mengatakan kebohongan seperti orang munafik di luar sana?"

Badai menyerang ruangan itu dengan panas. Pertengkaran Nafa dan Zayden membuat suasana terasa berat. Satoru yang diabaikan merasa bersalah. Dia adalah sumber masalah diantara keduanya. Dan hanya ada dia selain Nafa dan Zayden. Harus ada seseorang yang melerai.

"A-anu, jangan bertengkar." Satoru mengatakannya dengan suara lirih, tapi mampu mengambil perhatian kedua pasangan tersebut. "Damai saja, oke?" katanya mengangkat jari telunjuk dan jari tengah menyimbolkan 'peace' yang terkenal dari negerinya.

Namun, nampaknya emosi Zayden yang sudah menumpuk justru meledak di waktu yang tidak tepat. Dia lantas mendekati Satoru dengan langkah tergesa. Tangannya terkepal, salah satunya menarik ujung kerah kemeja putih Satoru agar mendekat pada wajahnya.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang