Part 15

389 36 3
                                    

Hola! Ada yang kangen?
Btw ini melenceng jauh dari bayanganku:") apa karena bikin tanpa outline ya?

Tapi anehnya, malah banyak yang baca:")
Oh, nggak aku seneng kok. Cuma kek merasa ceritanya masih jelek gitu.

Udahlah, selamat membaca!

***

"Aku menemukannya, Yang Mulia dan Tuan Putri."

Nafa dan Zay kompak berkedip bingung. "Apa? Harta karun?" tanya Nafa asal.

Sepertinya Lily sudah terbiasa dengan jawaban aneh majikannya. Alhasil dia menggeleng tanpa memancarkan kekesalan. Meskipun dalam batin dia sedikit geram dengan Nafa yang melupakan sesuatu. Terlebih, sesuatu yang penting.

Lily mengedarkan pandangan ke sekitar. Bagus, hanya ada mereka berempat ditambah Justin yang berdiri di sampingnya. Dia mendekat pada kedua orang yang duduk dengan salah satu menjadi kursi. "Saya menemukan mata-mata," bisiknya.

Nafa yang berada di pangkuan Zay hendak menjerit senang. Aksinya terhalang oleh tangan besar yang menyumpal mulutnya. "Tenanglah, kau ingin ada yang lain tahu?" hardik Zay.

Meski Nafa sedikit kesal, tapi dia tak bisa membalas karena Zay benar. Mereka pun akhirnya beranjak mengikuti Lily. Katanya, jauh lebih mudah memberitahu secara langsung. Mereka berbelok di bagian barat istana. Terdapat sebuah bangunan di mana para pelayan tinggal. Barat untuk pelayan wanita dan timur untuk pelayan laki-laki.

Sengaja dipisah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Juga, apabila salah satu bangunan terjadi kehancuran, akan mengurangi jumlah korban.

Mereka datang dengan dalih ingin melihat keadaan bangunan. Untuk pertama kalinya, Zay menginjakkan kaki pada bangunan dengan satu lantai itu. Terlihat beberapa pelayan yang menjerit senang karena bisa melihat Pangeran Mahkota.

Sebelum terjadi kegaduhan, Justin mengeluarkan suara. "Kembalilah bekerja!"

Kelompok pelayan itu pun bubar. Beberapa ada yang keluar bangunan, beberapa lagi tinggal di ruang tengah. Bangunan itu hanya terdapat lorong-lorong kamar serta ruang belakang yang digunakan untuk memasak dan mandi. Di ruang tengah, hanya terdapat empat sofa panjang untuk para pelayan melepas penat dan berbincang.

"Menurut Anda, mana yang menjadi mata-mata dan berkhianat? Salah satunya berada di kumpulan pelayan itu," bisik Lily menatap lurus keenam pelayan yang duduk di sofa. Mereka berpikir sambil ikut menatap lama. Hingga Lily menegur, "Jangan lihat terlalu lama. Nanti mereka curiga."

Akhirnya mereka berjalan perlahan di sisi lorong. Lily memberikan kode pada Justin.

"Ehem. Jadi, bangunan ini sudah berdiri sebelum istana didirikan. Sekitar ...." Mereka dengan apik melakukan penyamaran. Justin bahkan menjelaskan semua hal walau tahu tidak akan didengarkan. Dengan backsound celotehan Justin, Zay menjawab pertanyaan Lily.

"Yang rambut hitam pendek. Dari tadi dia tersenyum aneh padaku," tunjuknya pada pelayan yang berdiri dan menatap ke arah mereka. Benar kata Zay, pelayan itu tersenyum lebar dengan tatapan yang sedikit mengerikan.

Lily akhirnya menoleh pada Nafa. Yang masih di posisi dalam gendongan Zay. "Yang rambut oranye."

"Benar, Tuan Putri. Kemampuan Anda tidak luntur, ya."

Nafa tersenyum menang. "Tentu saja!"

Sedang Zay yang tak paham memprotes. "Tunggu! Kenapa jawabanku salah?"

Nafa dan Lily saling bertatapan sejenak. "Mungkin baiknya kita bicarakan di lain tempat, Yang Mulia," kata Lily menoleh ke arah Justin.

"Di sebelah sana, terdapat ruang--"

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang