Banyak yang baca juga ternyata wkwkwk.
Mohon maap ya kalau slow update.
Kali ini kukasih yang rada panjang.
Selamat membaca!***
"Disetujui. Cap. Kirimkan."
Kata-kata itu terulang beberapa kali di mulut mungil sang Lady. Mata merah bulatnya bergerak cepat yang dia bisa. Nafa hanya membaca lalu kembali berucap. Sedangkan pelayan di sisinya bertugas melakukan apa yang diperintahkan.
Membuka surat, menyodorkannya pada sang Lady, memberikan cap, menuliskan balasan, memasukkannya ke amplop, dan membawanya keluar ruangan untuk dikirimkan.
"Ah. Ini sudah surat yang keberapa?" tanyanya lemas. Dahinya mengkerut tak menahan rasa letihnya.
Lily yang disampingnya mengusap peluh di dahi lalu menuangkan teh hangat. "Sepuluh, Tuan Putri. Masih ada beberapa tumpuk lagi!" ujarnya riang seraya menunjuk tumpukan surat yang dibawa oleh pelayan lainnya di atas nampan.
Nafa yang melihatnya hanya tersenyum pasrah.
"Tapi, tumben Tuan Putri mendapatkan banyak surat. Apa ada hubungannya dengan kabar pertunangan Tuan Putri dengan Pangeran Mahkota?"
Nafa menyesap teh hangatnya. Menikmati sejenak aroma yang menenangkan itu. Tak lupa dia juga mengisi energi otaknya dengan cemilan manis yang disiapkan.
"Tentu saja. Semua bangsawan tak mungkin akan melewatkan kesempatan emas ini. Menjalin hubungan baik dengan keluarga kerajaan akan sangat menguntungkan, bukan?" Nafa lantas tersenyum sinis. "Padahal sebelum ini, mereka sama sekali tak pernah menganggap kita. Dasar penjilat," desisnya.
Lily terdiam. Apa yang Nafa katakan benar. Keadaan di daerahnya yang serba kekuranganlah yang menjadi penyebab dia diremehkan selama ini. Ditambah daerah itu dipimpin oleh seorang Lady yang yatim piatu, itu membuat reputasinya jatuh. Gosip yang tak mengenakkan adalah hal yang biasa ditujukan kepada Nafa. Tak jarang pula dia sengaja tak diundang dalam acara-acara bangsawan.
Namun, tak apa. Nafa juga enggan datang ke tempat orang-orang congkak itu.
"I-itu berita yang bagus, bukannya? Dengan begini, daerah barat tidak akan diremehkan lagi. Benar, kan, Tuan Putri?" kata Lily mencoba menyemangatinya.
"Memang ini berita yang bagus. Tapi, kalau kita tak memanfaatkannya dengan benar, kita akan terjatuh."
Lily mengkerutkan dahi. "Maksud Tuan Putri?"
"Mereka kan cuma mencari muka dihadapan baginda raja. Bisa saja mereka ...."
Tuk.
Tubuh mungil itu tiba-tiba lemas. Kepala Nafa terasa begitu berat hingga tak mampu lagi dia tegakkan. Kepalanya menyentuh meja dengan bunyi yang cukup nyaring. Bola matanya juga tak bisa lagi dia buka.
"Tuan Putri!" Hanya teriakan Lily yang menjadi suara terakhir yang Nafa dengar. Setelahnya, dia tak mendengar apapun atau melihat apapun. Semuanya gelap dan kosong. Sama seperti perasaannya yang membeku.
"Huhu. Tuan Putri. Sadarlah."
Setelah beberapa saat. Nafa akhirnya bisa mendengar lagi. Suara isak tangis kini menganggunya. Keheningan tadi sudah cukup membuatnya nyaman. Namun, sepertinya suara itu tak ingin berhenti.
Terpaksa, akhirnya dia membuka mata. Hal itu langsung disambut oleh sosok pelayan berambut cokelat yang tak lain adalah Lily.
"Tuan Putri! Akhirnya anda sadar, huhu. Anda tak berpikir betapa khawatirnya saya melihat Tuan Putri pingsan?! Saya benar-benar takut Tuan Putri akan mati," tambahnya memeluk tubuh mungilnya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Babysitter [END Masih Lengkap]
FantasyZay, pangeran mahkota yang menolak dijodohkan mengutuk tunangannya menjadi bayi! Sang tunangan yang tak terima memintanya untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Namun, sayangnya Zay tak tahu bagaimana caranya. Lantas, dia diminta untuk tanggun...