Part 22

249 22 2
                                    

Gass aja biar cepet ya gaes wkwkwk
Karena part" kemarin malah meluber masalahnya, sekarang balik fokus ke kutukan Nafa dulu

Happy reading!

***

Pikiran Nafa dipenuhi amarah. Bahkan hingga saat dia sampai di pegunungan. Tempat para penyihir tinggal. Nafa dilempar di atas lantai. Sambil menahan sakit, bocah itu mencoba berdiri.

"Lho? Siapa ini, Gundalf?"

Suara wanita tua mengagetkannya. Wanita berambut pirang dengan mata hijau menoleh ke arah penyihir tua itu. Dia duduk di singgasana dengan pakaian glamor serta topi khas penyihir.

"Duchess Antonia Nafa, Yang Mulia," jawab Gundalf dengan hormat.

"Hah? Dia? Antonia? Kau bercanda? Hahaha!" tawanya menggelegar di ruangan itu. Ruangan yang seperti aula yang hanya berisi pilar-pilar dan singgasananya. Nafa masih terdiam, jika cerita Gundalf benar, mungkin wanita itu yang dia panggil Ratu Penyihir.

Wanita itu berjalan mendekati Nafa yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan tajam. Kembali melayangkan tawa dengan tatapan mengejek. "Menyedihkan. Ini penerus Antonia?"

"Siapa kau?" tanya Nafa dengan hati-hati.
Nafa lemah. Dia tak bisa bela diri dengan tubuh mungil ini. Dengan Gundalf saja dia tidak berdaya, apalagi wanita ini. Bisa Nafa rasakan mananya yang cukup besar. Aura penguasa juga melekar pada wanita tadi.

"Berani sekali kau menatap bahkan berbicara sebelum kuizinkan, Bocah Sialan!"

Tiba-tiba, Nafa merasa terhempas ke belakang dengan cepat. Punggungnya menyentuh salah satu pilar hingga menimbulkan keretakkan di sana. Rasa sakit yang luar biasa juga dia rasakan. Saat meluruh ke lantai, mulutnya mengeluarkan darah.

"Sudah menyedihkan, lemah lagi. Gundalf, kau tak salah orang?"

Samar-samar, Nafa masih bisa mendengar suara wanita tadi. Kepalanya masih tertunduk, mencoba mengabaikan rasa sakitnya meski tak mampu. Tubuhnya terasa hancur saat itu. Nafa mati-matian menahan kesadarannya.

"Tidak, Yang Mulia. Dia memiliki rambut putih seperti yang Anda bilang. Meski penampilannya seperti itu, umurnya sudah tujuh belas tahun. Informasi saya tidak mungkin salah," jelasnya.

Alis wanita itu menukik. "Hah? Bayi itu berumur tujuh belas?"

Gundalf mengangguk. "Anda ingat tentang sihir kutukan yang Anda berikan padanya saat kecil? Sihir yang mengabulkan permintaan apapun dari seseorang yang membencinya. Pangeran Cruise yang mengatakan jika dia menginginkan Duchess menajdi bayi. Karena itulah penampilannya menjadi seperti itu."

Zay? Jadi, ini memang salahnya? Dari sekian banyak orang yang membencinya, justru pangeran yang tak menyadari keberadaannya yang mengutuknya. Ingatkan Nafa untuk memukul kepalanya setelah kembali nanti.

Wanita tadi tertawa, kini semakin besar suaranya. Dia lalu menerbangkan tubuh mungil Nafa untuk mendekat ke arahnya. Nafa menatapnya dengan mata setengah terbuka.

"Kasihan sekali. Tapi, masih beruntung, ya kau. Kenapa tidak memintamu mati saja, ya? Sayang sekali, Keponakan."

"Ke ... ponakan?" lirih Nafa mengulang kata yang mungkin dia salah dengar.

"Oh iya, aku belum memperkenalkan diri, ya? Aku adalah Antonia Sylphy, Ratu dari para penyihir dan juga kakak dari ibumu," lanjut wanita itu tersenyum miring. Dalam sekali libas, rambut pirangnya berubah menjadi putih. Ciri khas keluarga Antonia.
Kelopak mata Nafa melebar. Pikirannya mencoba mengulang memori masa lalinya. Masa ketika orang tuanya masih ada. Ketika mereka masih bersama. Apakah ada wanita yang mengaku sebagai kakak ibunya itu? Tidak, Nafa tidak menemukan apapun.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang