Part 12

419 46 3
                                    

Hay. Aku kembali wkwkwk
Belum masuk konflik utama. Masih santai"

Selamat membaca♡

***

"Tapi, ini mengejutkan. Tak kusangka Pangeran Air akan mengalir sampai ke mari," sindir seorang Lady yang meletakkan cangkirnya ke piring kecil yang berwarna serupa dengan cangkirnya. Gaun biru mudanya melekat dengan sempurna di tubuh semampainya.

Di saat tenang seperti ini, Rose terlihat anggun. Bukan seperti beberapa saat yang lalu. Saat dia menggemparkan istana dengan tingkah barbarnya. Beruntung dia tidak diusir kali ini.

Chris, yang menjadi lawan bicaranya kali ini mengendikkan bahu. "Aku mengalir secara legal kok. Bukan semacam bunga mawar yang tumbuh dengan liar dan menusuk orang yang menghalanginya."

Rose mengulas senyum lebarnya. Terlalu lebar hingga Chris khawatir garisnya akan melewati wajah putih ayunya. "Hahaha. Kurasa itu tidak buruk, Pangeran Air. Mawar yang liar pun tetap terlihat indah," balas Rose dengan nada yang berbanding terbalik dengan wajahnya.

"Sayangnya, aku alergi bunga."

"Eh, yang benar?" Rose berkedip kaget. Padahal nada Chris barusan adalah sebuah nada sinis. Namun, informasi barusan nampaknya lebih membuatnya tertarik. Dengan sengaja, dia menarik bunga di topi kecil yang bertengger di rambut merahnya. Menghempaskannya di dekat Pangeran Angin.

"Heh!" Chris panik lalu menepisnya dengan tangan. Kakinya refleks berdiri dan segera memasang kuda-kuda.

Sedangkan Rose tertawa sampai terpingkal-pingkal. Wajah pias dari Chris menjadi hiburan barunya. Membuat Pangeran Angin itu mendesis. "Puas?"

"Tidak!" jujur Rose yang masih meneruskan tawanya.

"Dasar, kau memang Lady yang tidak punya tata krama," decih Chris kembali duduk dengan tenang. "Tidak berubah sama sekali."

Gumaman Chris menyudahi tawa Rose. "Lho, kau kenal aku?"

"Jelas. Memangnya siapa yang sering membuat keributan saat di akademi dulu? Tidak ada yang mengenal kau dan sahabatmu itu. Mungkin Zayden yang memang dasarnya tak peka," cebik Chris dengan sarkas. Mungkin ini sisinya yang lain. Di depan Zay saja dia tidak pernah sebenci ini menatap orang. Apalagi di hadapannya adalah seorang Lady.

"Sahabatku?" Lagi, Rose teralihkan dengan topik yang lain. "Memangnya kau mengenalinya?"

"Tahu, kok! Dia berambut putih kayak nenek itu, kan?"

Seketika, Chris mengaduh setelah mendapat pukulan telak di kepalanya. Rose terlanjur mencerocos sebelum dia memprotes. "Siapa yang kau sebut nenek?! Rambut Nafa itu putih keperakan! Bukan seperti rambut uban. Huh! Dasar lelaki. Mana tahu soal keindahan rambut wanita. Pantas kau jomblo sampai sekarang."

Chris berhenti mengusap kepalanya, ucapan sang Lady barusan cukup menggelitik. "Tidak mengaca kamu?" balasnya.

"Aku? Aku tak butuh laki-laki. Yang kubutuhkan cuma harta." Rose bersedekap dada dengan tatapan angkuh.

"Halah! Kau hanya belum menemukan lelaki yang pas. Aku yakin seratus persen pandanganmu akan berubah karena cinta!" cebik Chris tersenyum miring.

Rose menggertakkan gigi, mencoba tetap tenang. "Sok tahu!"

"Nggak kok. Buktinya si Zayden. Bilangnya nggak tertarik sama wanita, pada akhirnya tunangan juga. Tatapan dan perlakuannya sudah berubah. Cowok secuek Zay saja bisa perhatian pada wanita yang tepat. Apalagi cuma kamu?"

"Tunggu," cegah Rose dengan tatapan mata yang hampir keluar. Perkataan Chris yang enteng itu memiliki makna yang begitu dalam. "Kau ... tahu? Kalau anak tadi itu Nafa?"

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang