Part 5

836 74 0
                                    

Wah gila hampir sebulan aku nggak lanjutin ini. Mohon maap ya. Kedepannya aku usahain seminggu sekali deh

Aamiin.

***

"Ada tamu, Yang Mulia."

Baik Zay maupun Nafa bergeming. Mereka mengabaikan pelayan yang datang menbawa kabar. Masih berkutat pada kegiatan masing-masing. Fokus mereka tak boleh terpecah kali ini.

"Lalu? Suruh masuk saja!" titah Zay masih tak bisa melepaskan pandangannya.

Sang pelayan pria itu nampak kebingungan. Wajahnya mengeluarkan bulir keringat dingin, ragu dengan apa yang ingin dia ucapkan. Meski pada akhirnya, terlontar juga.

"Ehm, itu. Katanya beliau ingin bertemu dengan Duchess Antonia."

"Hah? Aku kan sedang sakit. Bukannya kau tahu itu?"

Kini, giliran Nafa yang bersuara. Namun, tetap dengan fokus yang sama dengan Zay. Pelayan itu benar-benar terasingkan di ruangan yang tak lain adalah kamar sang Duchess.

"Nah, itu dia masalahnya, Yang Mulia. Tamu ini tahu jika Duchess tidak sakit. Melainkan menjadi anak-anak," lanjut sang pelayan lantas tertunduk dalam. Seolah tahu dengan reaksi yang akan diberikan majikannya.

"Oh, gitu doang?"

Pelayan itu melongo. Dia mengangkat kepala, melihat aktivitas kedua orang tadi. Sedetik kemudian, kedua orang itu saling menatap. Memproses perkataan pelayan dengan kecepatan kepalanya yang di atas rata-rata.

"Hah?!"

"Aw, hei apa yang kau lakukan?!" Ini suara Zay yang duluan terdengar setelah mereka kaget bersamaan. Kuas yang dipegang anak kecil itu menusuk ke arah pipinya yang tirus. Meninggalkan bekas cat yang tebal di sana.

"Hahaha! Lihat wajahmu!" Kekagetan Nafa teralihkan karena wajah cemong sang pangeran. Walau dia sendiri tak sadar jika wajahnya juga tak kalah cemong.

Zay mendengus. "Ngaca dulu sana!" titah Zay lalu mencoba membersihkan cat di wajahnya.

Benar-benar salah. Zay salah menantang anak itu melukis. Sebenarnya dia lebih ingin memperlihatkan ilmu berpedangnya, tapi itu terlalu keras untuk anak perempuan. Ya sudah, Zay pun memutuskan untuk menantangnya dalam bidang yang dia kuasai kedua setelah seni berpedang.
Namun, bukannya melukis di atas kanvas, keduanya justru melukis di wajah. Zay melukis di wajah Nafa, begitu pula sebaliknya.

"Astaga! Apa yang kau perbuat dengan wajah imutku?!" Nafa berteriak kaget setelah mendapat sodoran cermin oleh pelayannya, Lily.

"Bagaimana? Jadi tambah imut, bukan?" Zay terkikik melihatnya.

"Imut darimana?! Kau bercanda? Apa-apaan lingkaran hitam di jidatku ini?! Sama sekali tidak berseni!" sungut Nafa menyentuh jidatnya yang terdapat cat hitam yang hampir memenuhi dahinya.

"Itu tompel."

Nafa sontak melempar cermin ke arah sang pangeran. Beruntung Zay bisa menghindarinya dengan cepat. Membuat sang pelempar berdecak kesal dengan tawanya. Menyebalkan!

Sedangkan pelayan pembawa kabar itu semakin kebingungan. Dia tak tahu harus kembali berbicara atau menunggu lagi. Sedangkan kedua orang itu justru saling bertengkar dan mengejek.

"Wajahmu jelek!"

Zay tak mau kalah. "Wajahmu juga jelek! Bahkan kuyakin ketika dewasa, wajahmu tetaplah jelek!"

"Sembarangan! Aku sudah dewasa tahu!" teriak Nafa tak terima. Dia melompat cepat ke arah Zay dan mencekik lehernya.

Zay terdorong hingga dia berbaring di lantai. Namun, mulutnya justru terkekeh. Kekuatan anak kecil itu tak bisa menyakitinya.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang