Sebelumnya, aku telat bilangnya si. Tapi, makasih buat yang udah baca, vote, dan komen cerita ini (つ≧▽≦)つ
Sadar nggak sadar, itu semua bikin aku makin semangat nulis dan manjangin ini cerita wkwkwk
Tapi, asli. Mau aku tamatin sayang banget. Atau kalian mau tamat aja? Udah gitu? ಡ ͜ ʖ ಡ
Happy Reading!
***
Angin malam mulai berhembus kencang. Hawa dingin mulai menyelimuti. Mengelus kulit hingga masuk ke dalam tulang. Kalau tidak dijaga dengan baik, sumber kehangatan, api unggun, akan mudah padam. Apalagi wilayah yang sedang disinggahi adalah pegunungan. Ralat, mantan gunung. Gundukan tanah itu sudah hilang berkat ledakan mana oleh Nafa.
Sedikit dipoles saja, tempat itu bisa menjadi sebuah lapangan baru.
Nafa, gadis yang hanya memakai pakaian sehelai itu tersenyum amat lebar. Pertama, karena dingin yang sudah meresap ke tukang. Kedua, karena pernyataan bodohnya tentang tindakan mencuri harta kerajaan secara diam-diam.
Zay yang berada di sampingnya masih menatap Nafa dengan lekat. Tatapannya lalu beralih pada pundak Nafa yang telanjang dan sedikit bergetar. Paham, lelaki itu lantas mendekatkan diri dan merangkulnya.
"Hiiy!" Nafa tersentak kaget. Elusan di pundak kiri serta pundak satunya yang menempel dengan tubuh Zay membuatnya semakin merinding. Apa Zay tak mencoba menghalaunya kabur?
Bukannya merasa hangat, Nafa justru semakin mendingin.
"Kenapa? Masih dingin?" tanya Zay hati-hati.
Nafa yang mendengarnya justru gelagapan. "Eh? Kau tak marah?"
Zay mendengus. Lebih banyak kesalahan yang dia perbuat pada gadis itu. Sungguh tak adil jika dia marah karena beberapa emas yang Nafa curi. Ditambah, uang itu dia gunakan untuk warganya. Mana mungkin hati nurani Zay tega?
"Tidak. Aku tidak berhak memarahimu. Justru karena perbuatanmu, aku jadi sadar, jika masih banyak wilayah yang harus diperhatikan. Namun, sekarang aku lebih penasaran dengan perkataan Chris." Zay menatap lurus ke arah sahabatnya yang berpura-pura tak melihat interaksi kedua sejoli yang sibuk bucin. "Lanjutkan, Chris."
Chris menghela napas. Mulutnya pedas ingin berkomentar, tapi dia urungkan. Pasti malah berujung perdebatan yang menguras tenaga. "Kau tidak ingin menebak alasan kenapa Zay dianggap memberontak?"
"Nggak. Sudahlah, Chris. Kenapa bertele-tele, sih?"
"Itulah sisi burukmu, Zay. Kau selalu merasa paling benar ketika melakukan sesuatu. Harus ada seseorang yang menyadarkan jika yang kau lakukan adalah suatu kesalahan. Mana lama lagi mengakuinya," keluh Christopher membangkitkan emosi Zay.
"Baiklah-baiklah. Aku akui itu. Kalau begitu, apa kesalahanku kali ini?"
Christopher menatapnya lurus. Pemuda berambut pirang itu memasang wajah serius. "Kau memilih menyelamatkan seorang gadis daripada rakyatmu."
Bukan hanya Zay, Nafa juga ikut kaget mendengarnya. Jadi, ini maksud hubungannya dengan pemberontakan Zay?
"Kalau saja ini novel romantis, tindakanmu sebagai pria patut diacungi jempol. Tapi, posisimu sekarang sebagai pangeran mahkota, Zay. Seharusnya kau lebih melindungi wargamu dibandingkan gadis yang belum sah menjadi tunanganmu itu. Apalagi, membiarkan pangeran dari kerajaan lain membantu. Rakyat tentunya tersinggung."
"Ah, kau benar juga," ucap Rose ikut menimpali. "Reputasi Nafa di mata bangsawan dan rakyat juga sudah buruk. Belum sempat memperbaiki hal itu, Pangeran Cruise malah pergi dan lebih mementingkan penyelamatan Nafa. Bangsawan yang sejak awal tidak menyukai Nafa pasti memancing yang lain untuk membenci kalian berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Babysitter [END Masih Lengkap]
FantasiaZay, pangeran mahkota yang menolak dijodohkan mengutuk tunangannya menjadi bayi! Sang tunangan yang tak terima memintanya untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Namun, sayangnya Zay tak tahu bagaimana caranya. Lantas, dia diminta untuk tanggun...