Part 7

563 53 0
                                    

"Pukul berapa ini?"

Dengan mata setengah terbuka, anak mungil itu bangkit dari tidurnya. Membiarkan pelayannya melakukan tugas. Dari merapikan tempat tidurnya hingga memandikannya. Mengganti baju tidurnya dengan sebuah gaun yang sedikit berlebihan bagi Nafa.

Gaun seukuran dengan tubuhnya, tapi aksesorisnya melebihi gaun yang biasa dia pakai. Bertaburan berlian di setiap sisinya, tangan, kaki, bahkan kepalanya juga memiliki aksesoris tambahan. Setiap ditanya kenapa harus memakainya, pelayan pribadinya selalu menjawab, "Karena Tuan Putri cocok memakainya."

"Pukul sembilan pagi, Tuan Putri."

"Ah. Semakin siang saja aku tidur. Kau seharusnya membangunku lebih awal, Lily," kata Nafa sedikit kesal dengan dirinya sendiri. Semenjak kembali menjadi bayi, dia bahkan tak bangun jika tidak bangunkan. Di tubuhnya yang dulu, Nafa justru terbiasa bangun karena suara kecil. Sudah terlatih untuk bersiaga dalam kondisi apapun.
Kini, semua itu hilang entah ke mana.

"Tidak bisa, Tuan Putri. Jika Tuan Putri menolak untuk tidur siang, setidaknya Tuan Putri harus bangun siang. Kalau tidak, Tuan Putri akan kelelahan," nasehat Lily sambil menepukkan bedak pada wajah Nafa.
Nafa hanya pasrah diapakan oleh pelayannya itu.

"Nah, sudah! Tuan Putri cantik seperti biasanya. Mari, Pangeran Zayden pasti sudah menunggu."

Lily menggendong majikannya lalu meminta pelayan lainnya membukakan pintu. Kebiasaannya, selalu membawa Nafa dalam gendongan. Padahal, bayi itu masih kuat jika diminta berjalan hanya di sekitar istana.
Keduanya lantas berjalan ke ruang kerja milik Nafa. Yang di khususkan untuknya bekerja. Mengingat masalah di wilayahnya yang selalu saja ada.

"Selamat pagi, Pangeran. Semoga kehangatan menyertai kerajaan," sapa Lily seraya merunduk. Tangannya lalu menurunkan sang putri di hadapan sang pangeran.

"Pernak pernik apa lagi di kepalamu itu?" tanya Zay yang sedikit merasa aneh dengan penampilan Nafa.

Wajah Nafa semakin tertekuk. "Jangan tanya apapun!"

Keduanya pun masuk ke dalam ruangan dan langsung disuguh dengan kumpulan kertas. Zay tentu tak semangat melihatnya. Terjebak dalam satu ruangan dengan tekanan yang cukup membuatnya gila. Namun apa daya, dia hanya bisa menganggukan kepala.

Baik Nafa ataupun Zay bekerja dalam diam. Hingga suara coretan tinta terdengar di telinga. Tak lama, suara ketukan pintu terdengar, tapi keduanya sama sekali tak terganggu. Fokus utama hanya pada tumpukan kertas yang semakin lama semakin banyak saja.

Alhasil, seorang pelayan membukakan pintu dan orang itu masuk ke dalam. Berjalan mendekat pada sang pangeran lantas memberi hormat. "Maaf menganggu waktunya, Pangeran. Namun, Pangeran Christopher datang untuk menemui Anda."
Gerakan pena itu terhenti. Milik Nafa juga, mata bulatnya melirik ke arah Zay yang sedang berkedip bingung. "Menemuiku? Memangnya ada janji sebelumnya?" tanyanya.

Orang itu yang tak lain seorang prajurit kembali membungkuk. "Mungkin Anda sudah melupakannya. Pangeran Christopher sudah mengirimkan surat beberapa hari yang lalu."

"Oh, iya," ingat Zay mengenai surat dari negeri lain itu. Pangeran itu melirik ke arah Nafa yang masih meliriknya. Setelah beberapa detik bertatapan, sang putri mendengus dan melanjutkan kegiatannya. Keduanya seolah sedang bertelepati, karena Zay langsung berdiri meninggalkan ruangan itu.

***

"Zay! Sahabat dari Kerajaan Api, Pangeran Cruise Zayden Denshaun! Bagaimana kabarmu?" sapa sosok lelaki muda dengan senyum sumringahnya. Penyambutan yang ceria seperti biasanya.

"Aku baik, Chris," jawab Zay seadanya. Memintanya kembali duduk di dalam paviliun yang terletak di taman istana. Di tengahnya terdapat meja yang bersajikan teh dan beberapa camilan. Zay ikut duduk berhadapan dengan Chris.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang