Part 6

654 61 0
                                    

Holaaa ada yang kangen? :)

***

"Hari ini kan peringatan kematian orang tuamu."

Zay menghentikan langkah. Entah mengapa, tubuhnya memilih untuk bersembunyi di balik pilar besar yang ada di sepanjang lorong. Jarak lorong dengan paviliun hanya sekitar lima meter. Percakapan kedua gadis itu terdengar jelas di telinga pangeran.

Pangeran teringat setumpuk kertas yang dibawakan Justin, sang kepala pelayan kemarin malam. Berkas perihal keluarga Antonia di wilayah barat itu. Zay membaca dokumen itu dengan wajah serius. Ditemani dengan cahaya lilin dan suara angin malam yang berdesing.

"Antonia dulu termasuk jajaran Grand Duke? Bagaimana bisa?"

Justin yang masih berdiri di tempat menunduk sembari menjelaskan. "Antonia adalah keluarga pengguna sihir terbaik sepanjang sejarah Kerajaan Api, Pangeran. Namun, berkat suatu insiden, mereka diasingkan hingga dilupakan."

Alis Zay tertekuk. "Insiden?"

"Tidak ada catatan mendetail mengenai hal itu, Pangeran. Mungkin Anda bisa menanyakannya pada Yang Mulia Raja," kata Justin mencoba tetap menghormati Zay.

"Pasti insiden yang besar. Namun, mengapa disembunyikan? Bahkan catatan tentang keluarga ini seolah lenyap begitu saja. Yang tersisa hanyalah kisah tentang Antonia yang miskin dan tinggal di wilayah Barat. Hanya tinggal Duchess yang tersisa bukan? Kau tidak merasa ini hal yang aneh, Justin? Seolah-olah semua ini disengaja."

Zay menompang dagu, masih kebingungan dengan semua misteri yang tiba-tiba hadir. Jatuh berulang kali tanpa memberinya jeda untuk memahami. Terlalu rumit, terlalu menjengkelkan.

Justin hanya terdiam, dia tak bisa menjawab dan merasa tak layak jika ikut menerka-nerka. Sebagai bawahan yang menurut, dia memilih untuk tetap berdiri di sana mendengarkan gumaman sang pangeran mahkota.

"Tinggal sendiri. Mengelola tanahnya sendiri. Dipaksa mandiri di usia muda. Sekarang ditambah tubuhnya kena sihir. Bukannya ini terlalu ironis? Apa salah Duchess hingga harus menerima itu semua?"

Zay menyugar rambutnya yang masih sedikit basah akibat ritual mandinya tadi. Beberapa bulir air juga menetes mengalir melalui leher putihnya dan jatuh ke jubah tidur miliknya. Penampilan pangeran memang tidak pernah jauh dari kata mempesona di kondisi apapun.

Mengabaikan rasa peningnya, Zay lantas beralih pada lembar dokumen yang lain.

"Duke dan Duchess Antonia yang sebelumnya dinyatakan bunuh diri setelah ditemukan mayatnya oleh sang putri, Antonia ... Nafa ...."

Sungguh, Zay tak sanggup membacanya lagi. Semakin dia mencari tahu, semakin dia merasa tersiksa. Membayangkan sosok anak perempuan yang melihat kedua orang tuanya tewas di depan mata pastinya bukan kenangan yang menyenangkan.

"Hah, apa yang sudah kulakukan? Aku benar-benar biadab, Justin," lirih Zay mengusap wajahnya dengan perasaan menyesal. Rasa bersalahnya semakin besar ketika melihat masa lalu gadis yang dia kutuk waktu itu.

Mulai sekarang, Zay harus memperlakukannya dengan lebih baik.

***

Nafa tidak mengantar Rose sampai ke gerbang. Dia hanya melambai singkat ketika sahabatnya itu pergi sembari membawa bingkisan. Itu adalah hadiah dari Nafa untuk kedua orang tuanya. Setelah kepergian Rose, Nafa hanya menatap cangkir kosong di tangan mungilnya.

"Kau sudah selesai dengannya? Kupikir para Lady senang berbincang dalam waktu yang lama."

Nafa menoleh. Mendapati sosok lelaki jangkung berambut hitam yang akhir-akhir ini sering dia jumpai. Padahal, sebelum ini, melihatnya saja hanya lewat koran. Saat di akademi dulu juga tak saling bertatapan. Namun, lihatlah sekarang. Nafa bahkan sampai bosan melihat perpaduan hidung mancung dan mata biru itu. Bibir tipis yang sering mengeluarkan kata-kata menyebalkan itu sialnya terlihat seksi.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang