Part 21

261 26 0
                                    

Kebetulan, moodku lagi bagus wkwkwk

Nggak ding. Ini kan naskah lama. Tinggal revisi aja sih

***

Di sisi lain, Zay meregangkan tubuh. Pekerjaannya hari ini telah usai. Dia kini menikmati angin sepoi-sepoi di balkon. Menatap kerajaannya dari sana. Semuanya berjalan damai seperti biasanya.

"Kapan terakhir kali aku ke kota, ya? Aku ingin rotinya Pak Guy," monolognya mengingat betapa enaknya roti yang sangat terkenal di ibukota.

Zay dulu sering turun ke kota hanya untuk menikmati roti itu. Dia bisa saja memesan roti dan membawakannya ke istana, tapi tidak dia lakukan. Menurut Zay, roti milik pria gemuk itu lebih nikmat di makan di tempat.

Dalam toko yang bercampur dengan restoran. Menikmati hangatnya roti dengan aroma tepung yang menguat. Pak Guy selalu menyajikan rotinya fresh, baru dimasak dari panganggan. Itu membuat rasanya semakin nikmat.

"Kalau semua ini sudah selesai, akan kuseret Chris ke toko itu. Dia pasti senang juga," kekeh Zay mulai menerawang masa depan.
Jika semuanya sudah selesai, tapi kapan? Kutukan yang entah siapa yang memberi. Entah bagaimana bisa menghilangkannya. Benar-benar tak ada kemajuan selama satu bulan semenjak pertunangannya menggelegar.

Para bangsawan mulai mendesak ayahnya. Zay tahu itu, tapi sang ayah bungkam. Entah apa yang beliau lakukan. Zay masih terlalu muda untuk masuk ke dunia perpolitikan, begitu kata ayahandanya. Makanya beliau juga tak transparan dengan apa yang dilakukannya.

"Ngomong-ngomong. Dia suka roti nggak, ya?" gumamnya lagi. "Ah, dia kan sudah bertunangan, harusnya kupanggil Putri Mahkota? Lalu, marganya berubah menjadi Cruise ... Heh! Aku mikir apaan?!"

Zay menampar pipinya yang memerah. Membuat pengawal yang di belakangnya kebingungan. Apakah ada nyamuk yang menyerang sang pangeran?

"Lho ... mereka."

Mata biru Zay tanpa sengaja menemukan Gundalf. Karena berada di lantai bawah, dia bisa leluasa melihat sang penyihir lewat jendela. Di sebrangnya, nampak Nafa yang membentak Gundalf.

Alis Zay mengkerut. Kenapa mereka malah bertengkar?

Gundalf berdiri dari duduknya, Nafa yang nampaknya ingin pergi dicegat olehnya. Gundalf lalu memakai topi dan mengangkat tongkatnya. Menciptakan angin yang cukup besar untuk membuat jendela terbuka dan Zay yang menutup matanya.

"Turunkan aku, Penyihir Tua!"

Teriakan anak kecil membukakan mata Zay. Pangeran itu nampak kaget ketika Gundalf sudah berada di langit bersama Nafa di gendongannya. Yang membuat Zay marah adalah cara menggendong Gundalf yang seperti membawa barang.

Dia nggak tahu cara menggendong yang benar, apa?! pekiknya dalam hati.

"Kerajaan Api! Sudah lama kami menahan diri. Kali ini, kalian akan menjadi korban! Kami akan membumihanguskan tanah kalian dengan nama yang kalian agungkan dalam nama kerajaan. Hahaha!" teriak Gundalf diikuti sihir besar yang melingkar di tengah istana.

Api mulai membesar, keributan mulai terjadi. Zay masih bergeming dengan prajurit dan pelayan yang sudah berlari keluar. Mencari tahu.

"Kami?" gumam Zay. "Apa yang kau lakukan, Penyihir Gundalf?!" teriak Zay tak sabar.
Gundalf menoleh ke arahnya. Tersenyum mengerikan. "Ah, Pangeran Cruise. Betapa naifnya dirimu. Kau masih tak paham juga? Aku akan melakukan pemberontakan."

"Pemberontakan?" ulang Zay tak percaya. Penyihir agung yang dihormati dan disegani di seluruh negeri melakukan pengkhianatan? Apa yang sebenarnya terjadi?!

"Turunkan aku sekarang, Sialan!" Nafa masih mencoba memberontak. Sayang sekali, tubuh mungilnya tak bisa berbuat banyak.

Zay akhirnya menyadari jika Gundalf menculik Nafa. "Duchess!"

"Pangeran! Gundalf adalah dalang semuanya! Dia yang memberikan kutukan pada kita! Semua ini adalah rencana busuknya, dia ingin Kerajaan Api jatuh! Pemberontakan di Kerajaan Air juga tingkah piciknya."

Bukan hanya Zay, Pangeran Chris yang berada di bawah juga mendengarnya dengan tatapan tak percaya. Prajurit mulai mendekat, tapi tak bisa menjangkau Gundalf yang berada di langit.

"Berisik sekali. Kau tidur saja!"

Gundalf memukul tekuk Nafa hingga membuatnya pingsan. Dia kembali merapalkan sihir angin.

"Hei! Kembalikan Duchess! Gundalf!"
Diabaikan. Gundalf terbang melesat keluar istana. Menuju ke arah barat. Zay mengumpat sejenak. Dia harus mengejarnya. Namun, keributan di sana sudah cukup membuatnya paham. Zay harus berperang.

"Turunkan prajurit ke kota! Fokus pada evakuasi warga ke dalam istana. Sisanya tetap di sini dan lindungi Ayahanda dan Ibunda!"

"Baik, Pangeran!"

Tanpa mengganti baju, Zay meraih kudanya dan turun ke kota. Mengatasi pemberontakan sebelum semakin membesar.

Tunggu aku, Nafa. Batinnya dengan tatapan menggelap.

***

"Aduh!"

Habis mengaduh, datanglah mengumpat. Nafa memang meminta Gundalf menurunkannya, tapi bisakah dia melakukannya dengan pelan? Tubuhnya sekarang jauh lebih mudah sakit daripada tubuh orang tua gila itu. Gila? Iya, Gundalf adalah orang paling gila sejauh Nafa temui saat ini.

"Jangan beritahu Pangeran Cruise." Perkataan Gundalf menghentikan langkah mungil Nafa saat masih di istana Kerajaan Api beberapa saat yang lalu.

"Kenapa begitu? Ada yang Anda sembunyikan, Penyihir Gundalf?" simpul Nafa melihat tingkah penyihir itu yang tak biasa. Mulai dari pertemuannya berdua tanpa pangeran, kini juga melarang memberitahu pada pangeran.

Senyum seringai muncul di wajah tuanya. Membuat Nafa tersentak kaget. "Tentu saja, Duchess. Semua orang memiliki rahasia. Hamba, juga Anda."

Perkataannya masuk akal. Namun, Nafa lebih penasaran dengan rahasia yang dimiliki Gundalf. Dia masih terdiam untuk membiarkan sang penyihir berbicara lagi.

"Duchess. Apa Anda memiliki keluarga?"
Wajah Nafa sontak berubah datar. "Kenapa aku harus menjawab?" tanyanya balik.

"Anda menganggap selama ini Anda adalah yatim piatu yang tak memiliki siapapun lagi, bukan? Tidak ada yang menyandang gelar Antonia selain Anda sendiri. Dan saat Anda menikah nanti, marga itu akan menghilang untuk selamanya. Begitu, Duchess Antonia?"

Alis Nafa terangkat. Memang begitu kenyataannya. Namun, kenapa senyum Gundalf masih terasa misterius saja?

Gundalf justru tertawa. "Anda salah, Duchess. Masih ada satu keluarga Anda yang tersisa. Anda tidak sendiri."

"Kau?" tanya Nafa dengan tatapan menyelidik.

Gundalf berkedip sebentar lalu tertawa lagi. "Mana mungkin! Mungkin hamba memang memiliki rambut putih, tapi ini faktor usia. Bukan karena hamba berasal dari keluarga Antonia. Yang hamba maksud adalah Ratu Penyihir," terangnya lagi.

"Ratu? Apa maksudmu? Para penyihir membuat kerajaan?"

Tebakan Nafa benar, penyihir tak lagi bekerja netral untuk seluruh kerajaan di benua. Mereka diam-diam mendirikan kerajaan. Dan yang dilakukan sekarang bukanlah pemberontakan, tapi penyerangan. Mereka memperluas wilayah.

Dipimpin Ratu Penyihir yang entah siapa namanya. Tapi, dari namanya, Nafa tahu. Dia adalah seorang pemimpin dan yang paling kuat dari penyihir yang lain. Padahal Gundalf saja sudah termasuk penyihir yang kuat. Masih ada lagi yang lebih kuat daripadanya?

"Jangan bilang kutukanku dan Pangeran Zay itu ...."

Gundalf hanya tersenyum. Tak berbicara jauh, tapi itu cukup untuk menjawab pertanyaannya. Hal itu membuat Nafa terbelalak. Sedetik kemudian, dia menatapnya tajam dengan tangan mengepal.

"Dasar tua bangka sialan! Aku tak akan membiarkanmu! Lihat, saja!" tunjuk Nafa melupakan tata krama dan segera menerjang Gundalf. Namun, tentu saja Gundalf mampu mengalahkannya dengan mudah.

***

Makin pusing? Sama wkwkwk
Sebenerre aku agak kurang jabarin soal dunianya kek gimana ya. Nanti deh, abis masalah ini kelar ya:)

Tbc...

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang