Part 27

182 31 0
                                    

Happy Reading, gaes~

***

"Jangan bercanda! Anak gagal sepertimu ... Anak haram sepertimu bahkan tidak pantas menyandang nama Antonia! Ini pasti kesalahan! Silvia bahkan tak bisa menggunakan sihir. Ini pasti hanya gertakan saja. Benar, soalnya anak sepertimu tidak mungkin bisa menggunakan sihir, hahaha!"

Mendengar penuturan serta tawa menggelegar dari Sylphy membuat telinga Zay berdengung. Otaknya mungkin tak bisa menangkap banyak informasi, tapi satu hal yang pasti, Zay tak menyukai wanita yang disebut 'Bibi' oleh Nafa.

Kakinya melompat, melesat cepat ke arah kedua penyihir dengan tatapan kebencian yang begitu ketara. Saat pedangnya nyaris menebas tubuh Slyhpy, saat itu Gundalf merapal mantera. Memberikan sihir pertahanan sekaligus langkah mundur.

"Aw!"

Sepertinya Zay masih menang cepat. Pipi Sylphy tergores dan mengeluarkan darah. Tidak ada lagi tawa atau senyum meremehkannya. Hanya ada wanita gila yang menyalang marah padanya. Namun, Zay juga masih emosi. Apalagi ketika usahanya gagal dalam membunuh Slyhpy.

"Dasar bocah! Apa yang kau lakukan? Kau tak tahu betapa berharganya kulit mulusku? Kau ingin mati?" Sylphy berteriak marah, mengabaikan Gundalf yang berusaha menyembuhkan lukanya.

"Aku tak peduli. Wanita jelek sepertimulah yang lebih pantas untuk mati!"

Wajah Sylphy semakin memerah. "Jelek katamu?! Matamu yang katarak! Aku ini wanita paling cantik sedunia, tahu!"

"Ha! Baru tahu aku kalau definisi cantik itu baju compang-camping, rambut afro yang berbau asap, dan bedak hitam," sindir Zay tersenyum miring.

Itu sukses membuat Sylphy melihat ke arah dirinya sendiri dan berteriak kaget. Dia baru menyadari penampilan menyedihkannya. Sontak, dia membentak Gundalf dan memintanya untuk segera mengurusnya agar kembali cantik.

"Hei, Zay! Aku sudah memintamu untuk pergi! Tapi, apa yang kau lakukan?" Nafa ikut berteriak kesal. Langkah mungilnya dia bentak-bentakkan ke tanah, menyalurkan emosi.

Alis Zay kembali menukik. Tatapannya mengarah ke Sylphy yang masih memarahi penyihir tua itu. "Jangan sok mengaturku! Terserah, dong aku mau ngapain." Detik selanjutnya, Zay terpekik menyebut huruf pertama dalam abjad.

Terkejut karena sosok mungil yang tidak dia perhatikan itu justru mengigitnya seperti seekor anjing. Tepat di lengan bawah tangan kiri, yang tidak memegang pedang. Dia lantas menggoyang-goyangkan tubuh Nafa agar melepaskan gigitannya. Tak berhasil, Zay lantas mengusap perlahan puncak kepalanya.

"Maaf. Tapi, aku tak tahan mendengarnya mengolokmu."

Nafa tertegun. Gigitannya berangsur melonggar. Gadis itu lantas melepaskan diri dan berdiri di depan Zay. "Tidak usah. Ini urusanku dengan Bibi."

Zay meringis. Gigitan bocah itu begitu dalam hingga meninggalkan bekas. Segera saja dia melepas gulungan kemejanya dan menutupi bekas gigitan tersebut. Zay harus mempertimbangkan untuk tak membuat Nafa marah lagi. Bisa-bisa dia terkena rabies.

"Tidak lagi." Zay melangkah dan memposisikan diri di samping Nafa. "Wanita jelek-- Bibimu itu adalah pelaku kejahatan yang mengancam kedamaian dunia. Jadi, dia bukan hanya tanggung jawabmu. Aku juga harus menghancurkannya demi Kerajaan Api," tutur Zay serasional mungkin. Walau dalam hatinya, dia memang ingin ikut campur dengan urusan Nafa.

Namun, kalau tidak begitu, Nafa pasti mengajaknya berdebat lagi. "Kau benar, sih. Tapi--"

"Apa? Kau punya rencana?" potong Zay sedikit kesal.

Nafa mengangguk mantap. "Begitulah. Makanya, kau pergilah. Bawa prajuritnya juga."

Syaraf otak Zay bekerja lebih keras dibanding hari biasanya. Informasi masuk dengan kecepatan cahaya dan datang ke otak untuk diolah. Menarik sebuah kesimpulan yang membuat si empu melotot tajam. "Kau ingin mengorbankan dirimu sendiri? Tidak boleh! Aku tidak mengizinkannya!"

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang