Hai hai! Ada yang kangen? :v
Ini kutulis ngebut gaes. Mana bentar lagi aku ujian akhir. Kalian udah pada libur belum?***
Demi keamanan, keempat orang itu luntang lantung pergi dari ruang rahasia itu. Bisa gawat jika Yang Mulia Raja tahu. Mereka bergegas ke kamar dan mengunci pintu. Tak lupa memberi interupsi pada pelayan untuk merahasiakan kegiatan di tengah malam itu.
Meski dengan pemikiran terpecah, keempat orang itu mulai merebahkan diri di kasur.
Nafa juga melakukan hal yang sama. Bedanya, dia overthingking terlebih dahulu sebelum tidur. Membuat insomia seperti yang dia lakukan dulu ketika masih memiliki tubuh besarnya. Ini tak baik untuk tubuh mungilnya, tapi pelayan pribadinya membiarkannya kali ini.
Lily memikirkan hal yang sama dengan Nafa. Sejujurnya, dia memikirkan hal ini sudah dari lama. Dia juga sudah mewanti-wanti majikannya. Namun, Nafa tetaplah Nafa. Gadis sembrono dan keras kepala.
"Bagaimana ini, Lily?" tanya Nafa kebingungan. Atau mungkin sudah pasrah memikirkannya sendiri.
"Ini situasi yang gawat, Tuan Putri. Anda harus ekstra hati-hati mulai sekarang. Gelajanya sama persis seperti dulu. Namun, kali ini berbeda. Anda sudah mengetahui bagaimana mengendalikannya. Seharusnya ini bukan masalah."
"Tapi, tetap saja," keluh Nafa menggulingkan tubuh di kasur. "Rasanya meluap dan begitu melimpah. Aku yang sekarang akan sulit melakukannya."
"Lantas, apa kita perlu menceritakannya pada Yang Mulia Raja dan Penyihir Gundalf? Mungkin mereka memiliki solusi."
Hening. Nafa memikirkan usul Lily yang sedikit menggoyahkan prinsip dan janjinya. Namun, tidak. Nafa tak boleh melanggar apapun lagi. Nafa tak ingin berkhianat.
"Ini adalah janjiku pada Ayah dan Ibu. Sampai kapan pun, ini akan menjadi rahasia bagi Antonia. Kekuatan ini, sepatutnya hilang dari permukaan bumi. Jika tidak, Antonia akan benar-benar lenyap."
Lily mengangguk patuh. Nafa adalah majikannya, dia hanya mampu memberikan saran. "Kalau Pangeran bertanya soal tadi bagaimana?"
"Bilang aja, nggak tahu, hehe."
Nafa tersenyum tipis. Namun, itu hanya sementara. Karena masalah demi masalah kian menumpuk sedangkan solusi tak kunjung dia temui. Entah karena marga Antonia yang disematkan pada namanya atau memang Dewa tak menyukai dirinya.
Apapun itu, Nafa hanya mampu berharap. Besok menjadi hari yang indah.***
Nafa terlalu naif. Seharusnya dia tahu, kehidupannya selalu diiringi masalah. Kesenangannya hilang bahkan di saat surya masih malu-malu menunjukkan diri. Usai mandi, dia menatap malas ke arah ketika manusia yang berbuat gila di taman.
"Kalian ngapain, sih?" Mulutnya sangat gatal bertanya. Meskipun tatapannya begitu datar, tidak ada minat di wajahnya.
Rose menoleh dengan wajah berbinar-binar. Dia merentangkan tangannya bangga. "Membuat istana pasir!"
"Untuk apa?!" Nafa tanpa sadar meninggikan suara.
Tumpukan pasir putih tiba-tiba muncul di taman rumput istana. Nafa yakin ini perbuatan ketiga remaja itu. Mereka memakai pakaian kasual tanpa aksesoris berlebihan. Rose yang biasanya memakai gaun berat dengan korset, kini hanya memakai gaun satu kain tanpa motif.
Chris dan Zay melakukan hal yang sama dengan Rose. Bermain pasir layaknya anak kecil. Tunggu, Nafa juga anak kecil. Tapi, dia enggan ikut bersama ketiganya.
"Udahlah, Fa. Jangan terlalu dipikirkan. Hari ini kan libur! Mari bersenang-senang!"
Karena tubuh Nafa yang mungil, dia mudah sekali ditarik oleh gadis berambut pink itu. Sesampainya di gundukan pasir, Rose mengajarinya teknik membuat istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Babysitter [END Masih Lengkap]
FantasyZay, pangeran mahkota yang menolak dijodohkan mengutuk tunangannya menjadi bayi! Sang tunangan yang tak terima memintanya untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Namun, sayangnya Zay tak tahu bagaimana caranya. Lantas, dia diminta untuk tanggun...