Sorry gaes. Hampir sebulan nggak kulanjut. Dua minggu aku sibuk uts. Terus mager wkwkwk
Tapi aku kaget loh, ternyata masih banyak yang baca dan vote 😭🙏
Makasih banyak-banyak.Enjoy the story!
***
Nafa perlahan membuka mata merahnya. Dia menguap sejenak dan sedikit menegakkan punggung. "Jam berapa ini, Lily?" tanyanya dengan nada serak khas orang bangun tidur.
"Sepuluh. Sebaiknya kau cepat bangun jika tak ingin melewatkan sarapan."
Alis Nafa mengernyit. Selain suara Lily yang berbeda, nada bicaranya juga terdengar lain. Lily biasanya bersikap sopan meskipun umur mereka tak terpaut jauh. Ya, Lily adalah pelayan sekaligus teman pertama Nafa. Mereka berdua tumbuh bersama-sama hingga kini. Karena itulah Nafa sangat mempercayai pelayan pribadinya itu.
Kembali ke pembahasan. Nafa menoleh pada sumber suara. Dia berkedip sangat cepat untuk memastikan penglihatannya.
Bibir tipis itu menyungging senyum. "Bagimana rasanya? Bangun tidur dan pemandangan pertamamu adalah cowok ganteng? Pasti jantungmu berdetak kencang, bukan?" tanyanya penuh percaya diri.Sedang Nafa dengan cepat memukul wajahnya dengan bantal. "Apa yang kau lakukan di kamarku? Keluar!"
Zay menyingkirkan bantal tadi dan dilemparnya ke sembarang tempat. "Sudah! Jangan banyak protes dan cepat habiskan sarapanmu. Jadwalmu terlambat satu jam karena kau masih terlelap dalam mimpi," titahnya menyodorkan nampan berisi roti, salad, dan segelas air.
"A-aku tidak--"
Ucapan Nafa tenggelam akibat sebuah roti yang disumpal oleh pangeran mahkota itu. Dia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk berbicara. Setelah menelan, sodoran makanan demi makanan terus menggerakkan mulutnya untuk mengunyah. Hingga di suapan terakhir, gadis mungil itu disodori minum. Untuk kali ini, dia melakukannya sendiri.
"Sudah kenyang? Mau nambah, nggak?" tawar Zay mengambil gelas kosong dari tangan Nafa dan menaruhnya kembali ke nampan.
"A-aku tidak serakus itu!" Nafa meneriakkinya dengan wajah memerah.
Zay yang duduk di samping ranjangnya berkedip bingung. "Aku kan cuma nawarin makan. Siapa yang menyebutmu rakus?""Tapi, kau mengatakannya seolah orang yang banyak makan," cemberutnya.
"Apa salahnya orang banyak makan? Bukannya itu bagus?" Ucapan Zay mengubah pandangan Nafa yang awalnya ke bawah menjadi ke arahnya. Tatapan yang menunjukkan bahwa dia tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut sang pangeran. "Terlebih untukmu, kalau cuma makan sedikit, kau tak akan cepat tumbuh besar."
Zay mengangkat tangan mungil Nafa. Dia merasa kasihan karena tangan itu begitu kecil digenggamannya. Nampak sekali Zay memegangnya dengan hati-hati. Dia bisa merasakan jika hanya dengan sedikit energi, tangan itu akan hancur.
Namun, dia tak sadar jika pernyataanya justru menyulut emosi Nafa. Benar saja, gadis kecil itu langsung menarik tangannya dan kembali memukuli Zay dengan bantal.
"Kau mengejekku, ya?!"
"Aduh! Nggak, woe! Stop!"
Setelah beberapa detik bertengkar, Nafa memutuskan untuk menyerah. Tangannya menolak pinggang dan yang satunya berperan sebagai kipas. Mencoba menghalau keringat yang merembas keluar.
"Sudah! Aku keringetan bertengkar sama kamu. Mending aku mandi," katanya lantas turun dari ranjang.
"Tunggu," cegah Zay. Dia menengok ke arah pintu, "Margaret!"
Sosok pelayan wanita tua masuk setelah mengetuk pintu. Dia memiliki banyak keriput dan rambutnya telah memutih. Entah di istana memiliki batasan usia pensiun atau tidak, Nafa hanya menganggap Zay keterlaluan memperkejakan orang yang bisa disebut nenek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Babysitter [END Masih Lengkap]
FantasyZay, pangeran mahkota yang menolak dijodohkan mengutuk tunangannya menjadi bayi! Sang tunangan yang tak terima memintanya untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Namun, sayangnya Zay tak tahu bagaimana caranya. Lantas, dia diminta untuk tanggun...