"Hah? Mati?"
Bibir mungil yang terkejut itu segera ditampar pelan. "Meninggal, ya," tegur si pelaku.
Gadis berambut putih dengan gaya pony tail itu mendelik ke arahnya. "Tingkah Anda lama-lama seperti bapak pada anaknya," sindirnya halus.
Namun, lelaki yang sedang menyarungkan pedang itu tak tersinggung. "Kau kan emang anakku, kalau sesuai rumor."
Usai melakukan latihan pedang dipagi hari, Zay dikejutkan dengan kehadiran Justin yang datang bersama Nafa. Menyampaikan berita yang cukup menggemparkan di istana. Untuk sekarang, berita ini belum tersebar ke luar. Entah apa yang terjadi jika berita itu bocor. Ada kemungkinan, jika kudeta akan benar-benar terjadi.
"Jadi, bagaimana bisa?"
Nafa melirik ke arah Zay yang bertanya barusan. "Bukannya kau yang meminta seseorang membunuhnya?"
"Jangan menuduh sembarangan," kata Zay menarik poni rambutnya yang basah karena keringat ke belakang. "Walaupun memang aku ingin, tapi menahan diri untuk mengormati keputusanmu. Lagipula, dia bunuh diri, kan?"
"Benar, Yang Mulia," jawab Justin. "Hana, pelayan yang kemarin diduga sebagai mata-mata, ditemukan tewas di dalam kamarnya. Ketika kami menginterogasi rekan sesama pelayannya, tidak ada yang mengetahui alasan mengapa Hana bunuh diri. Hana adalah tipe pelayan yang periang, dia seolah tak memiliki masalah apapun. Keluarga juga tak punya, jadi agak sedikit sulit membayangkannya bisa memilih untuk bunuh diri."
"Atau mungkin karena dia tahu kalau ketahuan, makanya bunuh diri? Bagi mata-mata, ketahuan identitas itu sama saja mati."
"Bukan. Hana dibunuh."
Ketiganya menoleh ke sumber suara. Lily, pelayan yang baru sampai di sana langsung menunduk hormat. Sekaligus meminta maaf karena menyela pembicaraan. Setelahnya dia melanjutkan pembicaraan.
"Saya baru saja dari kamarnya. Menyelidiki kasus bunuh diri yang dilakukan oleh Hana Sclumber. Mungkin benar jika dia digantung dengan tali, tapi saat saya mencoba mengukur tali dengan tinggi badan Hana, itu tidaklah sama. Ditambah, di bawahnya tidak terdapat bangku atau benda untuknya naik. Dengan kata lain, seseorang menggantungnya di sana. Bukan Hana sendiri."
"Tunggu dulu, dibunuh? Untuk apa membunuh pelayan? Dan kenapa harus disamarkan seperti ini?" tanya Zay.
"Mungkin, kita sudah ketahuan. Lady Lucarion itu tahu jika informasinya palsu. Atau menganggap Hana sudah tak memiliki manfaat lagi," jawab Lily.
Keempat orang itupun terdiam. Pikiran mereka bercabang. Masalah demi masalah datang menggempur tanpa belas kasihan. Satu belum usai, sudah beranak satu lagi. Mereka kekurangan tenaga untuk mengatasinya.
"Hei, Zay!"
Lalu, keajaiban itu terjadi. Seorang bala bantuan datang menyelamatkan.
***
Seratus meter dari istana, terdapat bangunan megah dengan cat bewarna putih dengan ornamen emas. Terlihat mewah dan elegan karena bangunan yang di design minimalis dan dekat dengan jalan utama. Beberapa pagar terlihat alami dengan tanaman rambat yang memiliki bunga yang selalu bermekaran tiap tahunnya.
Di dalam bangunan itu, terdapat seorang Lady yang sedang membaca buku. Sesekali dia menyesap teh hangatnya sembari menikmati semilir angin yang menerbangkan surai bewarna emas miliknya.
Kegiatan tenangnya tiba-tiba terusik.
"Pe-permisi, Lady. An-Anda mendapati ta-tamu," lapornya dengan rasa gugup yang luar biasa. Kegugupan dan ketakutan yang seolah menjadi kewajiban setiap pelayan di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Babysitter [END Masih Lengkap]
FantasyZay, pangeran mahkota yang menolak dijodohkan mengutuk tunangannya menjadi bayi! Sang tunangan yang tak terima memintanya untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Namun, sayangnya Zay tak tahu bagaimana caranya. Lantas, dia diminta untuk tanggun...