Part 10

477 48 1
                                    

Wah update lagi:)
Rajinnya aku wkwkwk

***

"Zay!"

Langkah sang empu terhenti. Suara berat yang meninggi di langit biru itu mengingatkannya pada sesuatu. Bahkan ketika si pemanggil berada di hadapannya, Zay masih bergeming. Merasa ada hal yang aneh dengan keberadaannya.

"Zay, kenapa akhir-akhir ini kulihat banyak prajurit berkeliaran? Apa yang terjadi?" tanya si pemanggil sedikit membisik. Mata hijaunya menatap penuh selidik saat pengawal yang berdiri di belakang Zay.

"Kenapa kau masih di sini?" Zay mengabaikan pertanyaannya.

Namun, Chris justru berkedip bingung. "Ya karena aku belum pulang."

Tanpa jeda, Zay memukul kepala berambut pirang itu begitu saja. Mengantarkan rasa kesal atas jawaban polosnya. "Iya, tapi, maksudku kenapa belum pulang juga?!"

"Kau mengusirku?" tuduh Chris membinarkan mata. Memasang wajah memelas dengan tangan di kepala. Bekas pukulan Zay yang sebenarnya tak seberapa.

"Kenapa lama sekali, sih?!"

Zay belum sempat merespon. Interaksi kedua lelaki itu terhenti. Kompak menengok ke arah bawah. Sosok anak kecil yang ikut ternganga melihat mereka. Chris menatapnya dengan lipatan dahi.

"Siapa anak itu?"

Di antara sang anak dengan Zay sama-sama melotot dengan tubuh kaku. Keringat dingin membanjiri tubuh mereka. Melalui tatapan mata, keduanya seolah bisa bertelepati.

Kenapa kau ke sini?! Ini teriakan batin Zay.

Aku menyusulmu karena terlalu lama. Maaf! Aku nggak tahu kalau ada orang lain. Ini batin anak perempuan yang tak lain adalah Nafa.

Interaksi mata mereka masih berlanjut hingga mengabaikan sosok Chris yang sejak awal membuat mereka terdiam.

Chris mencebik karena diabaikan. Dilambaikan tangannya ke depan wajah Zay. "Hei, Zay! Kenapa kau menatapnya seperti itu?"

"Eh? Ehm, nggak apa."

Zay melirik ke arah Nafa. Gimana ini?!

Nafa mencoba berpikir. Karena terlanjur ketahuan juga. Apa dia harus mengatakan yang sebenarnya?

Ah, nggak. Nanti malah tambah runyam kalau sampai orang luar tahu. Tapi, harus gimana? Pikirnya makin buntu.

Apa aku pura-pura jadi bayi? Tapi, bayi itu gimana sih?! Agh, sial!

"Jadi ... dia itu ...." Sayangnya, Zay juga tak ada ide.

Akhirnya, Nafa mengambil jalan pintas. Jalan yang mungkin dia lakukan, tapi harus karena keadaan. Dia mengabaikan harga dirinya kali ini.

"Huaaa! Mama!"

Kedua lelaki itu kembali terkejut. Beruntung, Zay dengan sigap menggendong Nafa dalam pelukannya. Memberikan tepukan ringan di punggungnya sembali menyembunyikan wajahnya di pundak. "Cup, cup."

Tapi, gerakannya terhenti karena suara di dekat telinganya terdengar menyeramkan. "Cukup, hentikan itu," bisik Nafa dengan raut wajah yang tak ingin Zay lihat.

"Bikin kaget aja. Ini yang nggak kusuka dari anak kecil. Suka nangis tiba-tiba. Dia anak siapa sih? Adikmu? Kayaknya bukan, sih."

Zay berkedip pada Chris. Masih memposisikan Nafa dalam gendongannya. "Kenapa kau berpikir begitu?"

"Nggak mirip ayah dan ibumu. Mana rambutnya putih gitu."

Zay sempat mengumpat. Padahal adik adalah alibi yang cukup bagus. Dia harus mencari alibi lain. Namun, apa? Kenapa pula Chris ini penasaran sekali?!

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang