Part 14

375 43 0
                                    

Sesuai janji. Aku double up! Muahahha!

***

Sesampainya di luar ruangan, Chris menolak ketika Margaret mendekat. Dia terus berjalan di lorong, tapi bukan ke arah kamar mandi. Nafa mengernyit, dia ingin bertanya, tapi sungkan. Berada di dekat Chris membuatnya serba salah. Dia takut keceplosan lagi seperti yang sudah-sudah.

"Nah." Chris menghentikan kakinya di balkon istana. Dia bahkan mengusir beberapa penjaga untuk menjauh. "Akhirnya kita bisa bicara berdua, Duchess Antonia."

Alis bingung Nafa berubah menjadi keterkejutan. Mata merahnya berubah arah. "A-apa yang Kakak katakan? A-aku bukan--"

"Percuma, Duchess. Aku sudah tahu. Kau bukanlah anaknya Zay," ucap Chris dengan datar. "Eh, tapi jangan bilang Zay. Aku ingin melihat wajah bodohnya ketika membohongiku. Saat kubongkar nanti, ekspresinya akan seperti apa, ya? Hehehe." Chris tersenyum jahil dengan tatapan menerawang jauh.

"Orang aneh emang harus berteman dengan orang aneh," lirih Nafa mengangguk dengan argumennya sendiri. "Oh, jadi kau tadi sengaja? Saat kau bilang aku ingin ke kamar mandi?"

Chris kembali menatapnya datar. "Iya. Ah, aku lupa masih menggendongmu. Turun!" perintahnya dengan tubuh seolah tak ingin disentuh.

Nafa awalnya agak bingung. Masa dia langsung melompat begitu saja? Namun, dia tak ingin membuat Pangeran Air itu semakin kesal padanya. Nafa pun meluncur dari tubuh Chris hingga sampai ke bawah. Memperlakukan tubuh semampainya bagaikan pohon.

"Jadi, kau ingin bicara soal apa?" tanya Nafa mendongak.

Chris berjalan santai lalu menyandarkan tubuh di sisi balkon. Membelakangi langit dan angin yang menerpanya dari belakang. "Soal pembicaraanmu saat itu. Kau juga beranggapan jika pelaku pemberontakan di kerajaannku adalah penyihir, bukan?"

"Itu hanya dugaanku, Pangeran William," kata Nafa dengan nada yang lebih santai.

"Christopher. Panggil aku itu saja," koreksi Chris tak nyaman dipanggil dengan nama marganya.

"Oh, oke. Pangeran Christopher. Namun, sebaiknya kita berhati-hati. Seperti yang saya bilang sebelumnya, menuduh penyihir hanya akan menambah masalah."

Chris mengigit ujung jari yang tertutup sarung tangan. "Bukti, aku butuh bukti. Berarti aku harus kembali ke Kerakaan Air?"

"Itu akan sulit. Aku tak yakin Yang Mulia Raja akan mengizinkannya," tolak Nafa yang dihadiahi tatapan kebingungan. "Anda adalah tamu serta sahabat dari Pengeran Zayden. Yang Mulia paham jika keadaan di sana jauh lebih berbahaya. Atau, Anda ingin mencoba pergi diam-diam? Keadaan Kerajaan Api sedang kacau balau karena kehadiranku di istana. Mungkin itu bukan ide yang buruk," usulnya.

"Sial!" umpat Chris mengusap wajahnya kasar. Dia tahu resikonya jika berbuat nekat. Bisa-bisa hubungan kedua Raja akan hancur karena dirinya. Ayahnya pasti akan mengatakan jika Raja Kerajaan Api membiarkannya kabur.

"Seandainya ada penyihir di sekitar sini," gumamnya terdengar di telinga Nafa. Anak kecil itu mendekat pada pagar balkon, menatap pemandangan kerajaan dari sela-sela pagar.

"Ada kok. Kebetulan siang ini aku ada jadwal bertemu dengannya."

Chris segera mengangkat anak kecil itu dengan wajah terkejut. Nafa juga ikut terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba. "Serius?! Siapa?"

Nafa menelan ludahnya kasar. "Penyihir Gundalf. Anda pasti mengenalnya juga," jawabnya.

"Ooh, penyihir hebat, itu! Kemampuannya memang tiada lawan. Meski dia agak keras ketika di kelas Akademi dulu," kata Chris lalu kembali menurunkan tubuh mungil Nafa. Meski tak bisa dibilang lembut juga, tapi setidaknya dia tak menyuruh Nafa untuk turun sendiri lagi.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang