Part 8

475 57 3
                                    

Nggak-nggak. Ini naskahnya udah keendap di word. Kan aku cuma revisi. Jadi ini naskah lama

Part sebelumnya tuh baru aku tambahin makanya lama. Revisi itu emang bikin capek.

Dah, intinya gitu. Aku up segera biar aku juga segera nulis wkwkwk

***

Hening dan sepi. Suasana yang memang biasa terjadi di sekitar bayi perempuan itu. Namun, entah kenapa hatinya merasa gundah. Ini tak biasa, apakah karena dia kembali menjadi anak kecil dia jadi sensitit? Nafa tak mengerti.

Tak.

"Butuh sesuatu, Tuan Putri? tanya Lily yang berada di dekatnya. Selalu sigap saat majikannya membutuhkannya. Meski kini dia juga tak yakin, sang Duchess hanya meletakkan penanya lantas menghela napasnya panjang.

Nafa terdiam. Tatapannya menerawang jauh entah ke mana. Pekerjaannya masih saja menumpuk dan sedikit demi sedikit dia terbiasa dengan tubuhnya. Penyihir Gundalf hanya memeriksanya jika ada terjadi sesuatu. Kadang hanya seminggu sekali penyihir itu berkunjung. Sungguh disayangkan, padahal Nafa ingin berbincang jauh dengan penyihir tua itu. Namun, lagi-lagi pekerjaannya menunggu.

"Aku ingin makan beri. Blueberry dan ... ehm. Ada yang warnanya hitam?"

"Maksud Tuan Putri, blackberry? Akan kami sajikan segera. Mau dimakan langsung saja? Atau mau kudapan berbahan kedua beri ini?" tawar Lily.

Nafa berkedip. "Kalau bisa kudapannya saja. Tapi, dua berinya harus ada. Yang biru di bawah, yang hitam di atas," titah Nafa.
Lily merunduk. Segera pamit undur diri dan berjalan menuju dapur koki. Kepalanya sedikit kebingungan dengan permintaan aneh dari sang Duchess.

Biru dan hitam. Sepertinya mirip sesuatu. Batinnya meletakkan jari telunjuk di dagunya, berpikir. Ah! Rambut berwarna hitam dan mata biru milik Yang Mulia Pangeran. Tuan Putri ingin memakan pangeran? Apa sebenci itu beliau padanya?
Lily bergedik ngeri. Pelayan itu segera mengenyahkan pikirannya sendiri dan bergegas sebelum tuan putrinya murka.

Dalam langkah setengah berlarinya, pendengaran Lily menangkap suara pedang yang saling beradu. Dia sudah terbiasa, mungkin para prajurit yang sedang berlatih. Dengan pemikiran yang seperti itu, Lily tak ambil pusing dan terus berjalan lurus ke tempat masak.

Mengabaikan fakta bahwa dia sedang di tengah istana. Bagian istana yang hanya terdiri dari ruang-ruang pribadi dari Raja dan keluarganya. Dipisahkan dengan taman megah yang membuat kagum semua orang. Dan prajurit berlatih di sisi kanan istana, berkumpul di sebuah lapangan yang nyaris tak ada bunganya.

"Tuh, kan! Kemampuanmu melemah, Chris!" kata seorang yang telah melepas atribut kerajaannya dan hanya mengenakan kemeja dalam berwarna hitam.

Lawannya berdecih. Sama sepertinya, dia hanya memakai kemeja dalam pula. Namun, miliknya berwarna hijau yang senada dengan warna matanya. "Kau hanya sedang beruntung!" pekiknya lalu mengangkat pedangnya lagi.

Kedua orang itu sedang berduel di taman megah yang bertumbuhkan rumput yang berkualitas. Selalu dirawat, begitu pula dengan bunganya. Berdoa saja mereka tidak merusak tatanan bunga yang susah payah dikerjakan oleh para penjaga bunga.

Zay terkekeh. Memasang kuda-kuda dan bersiap untuk ronde kedua. Sedangkan di sisi sana, Chris berteriak dan berlari menerjangnya. Pedang itu menghunus dari atas dan hendak menebas Zay jika pedangnya tak menahannya.

Suara pedang yang sedang berciuman menggema. Saling bergeser lantas keduanya melompat mundur. Chris tak menyerah, kembali dia menyerang, tapi lagi-lagi Zay berhasil menahannya. Keduanya beradu dengan cepat hingga akhirnya Zay sendiri yang lengah.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang