Bab 25

211 27 0
                                    

Sorry, baru update. Kelupaan sama alurnya wkwkwk

Kalian masih stay baca ini nggak? Atau udah pada kabur? :')

***
"Lepaskan aku! Hei, kau dengar tidak?! Aku ini anak Count, kau harusnya mendengar perintahku!"

Seorang anak perempuan meronta-ronta dalam gendongan. Tangannya terikat di belakang, membuatnya semakin tak berdaya. Apalagi gaun biru muda yang menghalangi kakinya untuk bergerak bebas, semakin jelas jika dia tak mampu berbuat apa-apa. Gendongan yang berada di pundak salah satu prajurit juga mempersulitnya.

"Mohon ampun, Nona Rose. Tapi, ini juga perintah dari Count. Kami tidak bisa melawan." Pria berzirah perak itu juga merasa kebingungan sekarang.

Nona yang dia bawa adalah atasannya. Tapi, di sisi lain, Count juga atasannya. Otoritasnya jauh melebihi Rose yang hanya sebagai anak. Bagai buah simalakama, apapun yang dipilih sang prajurit, hanya akan merugikan dirinya.

"Terserah! Pokoknya lepaskan aku sekarang! Atau kau akan kupecat nan-- hmmp!"

"Maaf, Nona. Tapi, kami juga terpaksa melakukannya," cicit prajurit lain yang bertugas mengawal. Dia menempelkan sebuah solatip di mulut cantik Lady Rose untuk meredam suara ocehannya.

Rose semakin meronta, tapi dia tidak bisa apa-apa. Tanpa tahu apa yang diucapkannya pun prajurit itu juga mengerti. Jika semuanya adalah bentuk umpatan. Wajah sang Lady yang memerah marah juga menambah kesan menyeramkan. Tanpa kata lagi, kedua prajurit itu kembali melanjutkan misi.

Suara gesekan besi dari zirah yang dipakai serta suara langkah kaki menggema di lorong yang sepi. Entah ke mana para penghuni, prajurit hanya fokus pada misi yang diberikan. Tidak ada waktu untuk mengeluh apalagi memprotes. Resiko jadi bawahan ya gitu. Buat nuntut gaji lebih aja nampaknya mustahil dilakukan untuk waktu ini. Kalau bukan karena sikap loyal, mereka pasti memilih untuk membuang sang Lady ke semak-semak.

Keduanya lantas berbelok, menuju belakang rumah bagian tembok yang berhadapan dengan pagar dinding batu yang tinggi. Yang satu mengawasi keadaan sekitar, memastikan tidak ada seorang pun yang melihat mereka. Yang satu lagi menghitung bata yang menempel di dinding.

"Sepuluh. Sebelas--"

"Cepatlah, Jack! Aku punya firasat buruk tentang penyihir itu," desak prajurit yang menggendong Rose dengan tatapan khawatir.

"Diamlah! Aku juga sedang mempercepatnya!" Fokus Jack kembali ke batu bata. "Dua belas. Nah, ini dia!"

Ditariknya sebuah batu bata ke luar. Sehingga menimbulkan lubang yang bisa dimasuki oleh tangan. Jack mengulurkan tangannya masuk dan meraba ruang di dalamnya. Setelah merasa menyentuh sesuatu, dia beranjak mundur satu langkah. Sebuah pintu rahasia pun terbuka.

Rose yang baru mengetahui rahasia itu terdiam dengan tatapan kagum. Jack pun meminta temannya untuk lekas masuk sebelum ada yang melihat mereka. Setelah semuanya masuk, Jack menutup kembali pintu rahasia itu dan mengembalikan baru bata kedua belas tadi.

"Jack, api."

Pria yang hanya kelihatan mata cokelat muda itu setengah hati melakukannya. Sepertinya rekan prajuritnya ini jadi manja hanya karena membawa seorang gadis yang tidak ada setengah kwintal kilogram. Rasanya ingin bertukar posisi. Tapi, Lucas pasti tak mau.

Jack pun mengambil korek api di saku celana dan membakar lilin yang tersedia di salah satu sisi dinding. Diambilnya sekalian beserta gagang besi yang menjaga lelehan lilin tidak jatuh ke lantai. Setelahnya, dia memimpin perjalanan.

Di bawah tanah hanya ada saluran air yang menghubungkan seluruh bangunan yang ada di Kerajaan Api. Hanya beberapa orang yang tahu mengenai jalur ini. Biasanya bangsawan tinggi, untuk pelarian saat situasi mendesak.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang