Part 33

206 23 0
                                    

Haha, sorry lama gak update. Aku lagi ada wacana selingkuh naskah soalnya eh

Happy Reading!

***

"Nafa, bangun! Sudahi mimpimu dan segera sadar dengan kenyataan!"

Seorang gadis menggeliat dari posisi tidurnya. Merasa kaku karena hanya tidur beralaskan sebuah kain. Sangat berbeda dengan kasur empuk yang biasa dia tempai. Semiskin-miskinnya daerahnya dulu, sang mantan duchess itu masih bisa menikmati kasur.

Namun, kali ini dia harus bersabar dengan tidur di atas tanah, dengan atap langit, dan berbagi tempat dengan orang lain. Nafa seperti sedang melakukan kemah alam dengan arti yang sesungguhnya. Ah, tidak. Setidaknya orang kemah memiliki tenda. Nafa tak tahu harus menyebut apa.

"Rambutmu mekar ketika baru bangun, ya? Aku baru tahu."

Setengah terbuka, Nafa melirik singkat Zay yang berada di belakangnya. "Lily selalu merapikannya setiap aku bangun."

Nafa terdiam sejenak. Mengumpulkan nyawa yang masih menyebar. Sudah dalam posisi duduk, tapi dia masih mengantuk. Sadar akan pergerakan di belakangnya dan percakapan singkatnya dengan Zay, Nafa akhirnya menoleh dengan cepat. Berbalik badan dan menarik rambutnya.

"A-apa yang kau lakukan, Zay?" Nafa meneliti rambut setengah bergelombang miliknya. Yang kini sangat mekar dan berantakan. Selalu begitu ketika dia bangun. Walau sekarang dirinya lebih merasa malu karena penampilannya yang jauh dari kata cantik.

Sudah dari kemarin tidak mandi, pakaian seadanya, rambut berantakan, tanpa riasan, ah, lengkap sudah pokoknya.

"Menyisir rambutmu." Zay menjawab polos dengan sisir di tangannya.

Nafa langsung merebut sisir itu. "Biar aku sendiri. Terima kasih!"

"Kau bisa? Bukannya katamu Lily selalu membantumu? Sudah, biar aku saja. Aku kan babysitter-mu," kata Zay menahan tangan Nafa dan meraih beberapa helai rambut putih ke depan. Melakukan kembali aktivitasnya tanpa beban.

Nafa ingin memprotes lagi, tapi Zay mengatakan hal yang benar. Nafa selalu bergantung pada pelayan pribadinya. Yang kini tidak sedang bersamanya. Nafa merasa semakin tak berdaya. Akhirnya, dia membiarkan Zay merapikan rambutnya dengan tenang. Gadis itu memejamkan mata ketika Zay menyisir poni yang menggantung di dahinya.

Sedang sang pemuda justru memandai gadis di depannya sejenak. Perubahan penampilan Nafa membuatnya tersenyum. Rambut mekar milik Nafa malah menambah kesan imut bagi Zay. Apalagi parasnya yang bertambah cantik. Jantung Zay tak mengelak untuk berdebar.

Dengan terpejamnya mata, Zay merasa semakin leluasa melihat wajah Nafa dari dekat. Perlahan, dia menurunkan tangan yang membawa sisir dan mengangkat tangan yang lain. Mengusap lembut pipi yang dulunya berisi dan sangat kenyal. Kini, hanya terdapat pipi lembut yang berwarna merah.

Eh, merah?

Nafa yang merasakan sapuan tangan akhirnya membuka mata. Terkejutnya dia ketika tatapan matanya bertabrakan dengan Zay. Mereka saling mendalami sorot mata masing-masing untuk beberapa saat. Seolah magnet, wajah keduanya mendekat. Nyaris bersentuhan sebelum suara menyadarkan.

"Waduh, maafkan aku, Pangeran dan Putri. Silakan dilanjutkan."

Dalang perusak suasana yang tak lain salah satu prajurit Zay merunduk menyesal. Segera berjalan cepat menghindari kedua pasangan yang sudah saling berbalik badan.

Apa yang akan terjadi? Runtuk Zay dalam hati. Dia memegangi dagunya dengan wajah memerah. Yang tadi bukanlah rencananya, semua terjadi begitu saja. Zay merasa seperti hewan yang bergerak menggunakan insting.

Prince Babysitter [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang