IM : 32

1K 57 4
                                    

Haiii haiiii haiiii
I'm comeback again.

Selamat pagiii...
Happy weekend guys,

Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat selalu, ya.

Maaf menunggu lama, semoga selalu sukaa dan setiaa menunggu.

Sebelum bacaa part ini, silahkan tap bintang di pojok kiri ya, nah iya tap disitu dan di part sebelumnya😗.

Yuk jangan lupa komen n share ya bestieee🖤.

Ninda membelakkan matanya dan spontan ia berteriak, "APAAA?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ninda membelakkan matanya dan spontan ia berteriak, "APAAA?"

Aqila dan Hanin terlonjak kaget, refleks tangan mereka mengelus dada masing-masing. "Astaghfirullahalazim, Kak. Aqila sama Hanin kaget loh, emang kenapa kak? Nggak boleh ya," tanya mereka bersamaan.

"Eh, mmm maaf- maaf kalo bikin kaget yah," Ninda menunduk lalu mendekap Aqila dan Hanin.

"Gapapa, Kak."

Ninda terdiam melepaskan dekapannya, ia menimbang keputusan untuk menelfon Alif atau tidak, di satu sisi ia merasa gengsi disisi lain ia tak tega melihat raut wajah Aqila dan Hanin yang sangat merindukan Alif.

"Nanti kalo gue telfon dia, dia makin songong secara dia kan nyebelin cap katak. Ish enggak, enggak," Ninda menggelengkan kepalanya.

"Kak, kenapa geleng-geleng?" tanya Aqila menatap Ninda yang sedikit nyeleneh.

"Eh, nggak. Emm iya boleh kakak telfonin." lirihnya. "Tapi HP kakak diatas, kakak ambil dulu ya."

"Iya,"

"Oke kalian tunggu disini."
Aqila dan Hanin mengangguk paham, "siap kak."

Ninda bergegas menaiki tangga untuk sampai di kamarnya, setelah sampai di dalam ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas ranjang.

Berulang kali ia menarik napas guna menetralisir rasa tak karuan di dada,

"Kasian mereka, yaudahla demi ini gue singkirin gengsi." gumamnya saat menuruni anakan tangga.

Ninda berjalan menghampiri Aqila dan Hanin kembali, ia mengulas senyum lebar tangannya menekan panggilan video untuk Alif berdering namun tak kunjung diangkat! Sengaja Ninda meloudspeaker supaya Aqila dan Hanin mendengarnya juga.

"Kok ga diangkat yah Kanind, Kak Aqil?" lirih Hanin.

"Lagi sibuk mungkin, dek." Aqila mencoba menghibur.

"Sabar, yah, kakak coba sekali lagi. Jangan nangis dong!" pinta Ninda mengelus pipi Hanin.

Ninda menekan kembali masih sama berdering tak kunjung diangkat,

"Yaudah Kanind gausah ditelpon mungkin kakak ganteng lagi sibuk, Kak."lirih Hanin.

Ninda mengangguk lalu ia mematikan panggilan itu. "Udah gausah nangiss, lain kali kakak telponin lagi ya atau ketemuan langsung," hiburnya.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang