IM : 58

1K 53 0
                                    

Haiii assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang.
Apa kabar semuah?

Semoga selalu sehat dalam penjagaan-Nya ya. Mon maaf baru bisa posting, baru sempat nulis ada beberapa urusan yang perlu ekstra lebih di urus😁.

Semoga masih ada yang nungguin cerita ini. 🤗

Sebelum baca part ini, silahkan tap bintang di part sebelumnya ya bestie ku. 😍













Sepanjang perjalanan pulang Jazz putih itu diisi gelak tawa dari pasangan muda. Mencoba menyelami karakter satu sama lain dangan mengobrol hati ke hati, melakukan pendekatan layaknya pacaran.

Tiba-tiba Ninda merasakan sakit di area perutnya, seperti di remas-remas.

Ia pun mengubah posisinya menjadi menyender sambil mengelus perut agar rasa sakit itu segera sirna. Namun, bukannya sirna sakit itu semakin menjadi hingga ia meringis kesakitan, hal ini kerap terjadi saat datang bulan melanda.

Alif yang menyadari perubahan raut wajah Ninda, langsung bertanya. "Kamu kenapa, Nin?"

Ninda menggeleng lalu tersenyum. "Aku nggak papa, cuma sakit perut-

"Kamu salah makan ya? Apa karena es krim kemarin atau nasi goreng? Kita ke rumah sakit ya!" cecar Alif panik.

Ninda terkikik, ia pun menggelayut manja di lengan kiri Alif. "Lebay, ish! Aku sakit datang bulan doang, Bang."

"Serius nggak papa?" tanya Alif memastikan.

"Serius," Ninda mendongakkan kepalanya menatap wajah sang suami. "Sakit kaya gini udah biasa tiap bulan, Mama dan Bunda juga dulunya ngerasain."

Alif menghela napas lega. "Aku kira kamu sakit karena salah makan kemarin, terus gimana biar bisa sembuh?"

"Aku kompres pakai air hangat, kamu gak usah mampir minimarket buat beli jamu instan itu. Aku nggak suka, kurang sehat juga." Perempuan ayu kembali menggelayut manja di lengan kekar sang suami.

Alif mengangguk. "Oke, kamu jangan gini. Biar lebih enakkan nyender di kursi aja,"

Ninda mengabaikan ucapan Alif, ia malah memejamkan mata sebab hawa dingin dari AC membuatnya mengantuk.

Alif tersenyum tipis mendengar dengkuran halus dari bibir Ninda, ia pun menepikan mobil lalu mengubah posisi Ninda untuk duduk menyender di kursi.

Setelah itu ia memasangkan safety keamanan untuk sang istri,wajah mereka sangat dekat sehingga deru napas saling beradu. Bibir merah tipis Ninda mampu membuat Alif tak berkedip sedikitpun.

Mati-matian Alif mencoba menahan gejolak aneh dari dalam tubuhnya untuk tidak mencicipi bibir Ninda, meskipun Ninda halal baginya namun Alif tak ingin membuat kekasih halalnya itu marah, biarlah nanti Ninda dan dirinya melakukan dengan rasa cinta tanpa ada sedikit unsur terpaksa.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang