IM: 65

929 49 1
                                    


Haii hai Haii

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagiii, selamat hari sabtu. 🤩

Apa kabar semua? Semogaa selalu sehat dan bahagia ya.

Mohon maaf baru bisa posting lagi, alhamdulillah aku sudah sehat, doakan semoga selalu sehat ya.💞

Agar bisa merampungkan cerita ini, boleh minta komen "🌻🌻🌻🌻" disinii yak?

Jangan lupa sebelum baca part ini, tap vote dulu di part sebelumnya. Budayakan baca urut ya Kakak-kakak agar kalian bisa enjoy menikmati cerita ini💅🏻.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Part 65.

Malam hari geng ubur-ubur datang, mereka pun melancarkan aksinya barbequan di taman belakang. Sinarnya bulan menjadi saksi gelak tawa dari mereka yang tengah berbahagia.

"Gue besok terbang ke London," ujar Juan lesu membuat enam pasang mata menatap tak percaya.

"Ngapain lo ke sana? Ngamen apa ngemis?" ejek Fahri.

Juan menoyor kepala sahabatnya itu dengan kuat, membuat Fahri mencebik kesal. "Nyusul nyokap, bege."

"Kirain mau ngemis disana, ha ha ha!" Fahri tertawa garing.

"Lo yakin sanggup di sana?" tanya Daniel melihat raut keraguan terpatri di wajah Juan.

Juan menghela napas berat. "Kagak! Gue males sebenarnya, tapi kasian nyokap gue di sana sendirian."

"Kenapa nyokap lo gak balik ke sini aja."timpal Devina. "Kasian banget lo, Ju. Wisuda Mama lo ga datang."

"Nyokap udah terlanjur nyaman tinggal di sana." Juan mengembuskan napas berat. "Mama gue terlalu sibuk, jadi buat melihat wisuda anaknya gak ada waktu. Miris."

Alif tahu perasaan Juan, ia pun tersenyum dan menepuk bahu kekar itu memberi afirmasi semangat.  "It's oke, gak masalah kok lo pergi justru disana lo bisa ngembangin bisnis nyokap lo, lo kan anak semata wayang jadi harta warisan pasti jatuh ke tangan lo, Ju."

Perkataan Alif benar, ia merupakan ahli waris sang Mama dan rasanya sudah cukup hidup berjauhan dari Mamanya. Kini, waktunya Juan kembali menjaga janda cantik itu.

"Oke deh, makasih ya atas kebersamaan kalian selama ini. Gue bakal kangen deh nongkrong kaya gini,"

Fahri mendadak murung. "Gue jadi sedih nanti gak ada yang somplak lagi."

Juan tertawa teebahak. "Lo gantian yang somplak."

"Dih," Fahri mendecih. "Gue kalau kangen gimana, Ju? Mana nyusul juga jauh."

Juan bergidik ngeri. "Najong lo, Fah! Kangen tinggal telpon urusan beres."

"Dasar kalian aneh, dekat berantem mulu. Jauh saling merindu," sinis Daniel. "Pesan gue disana lo hati-hati, syukur ketemu bule terus ajak kemari."

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang